Jumat, 13 November 2009

Status Anda Yang Baru Di Dalam Kristus




Anda di dalam sebuah gereja lokal dimana anda bergereja dan tercatat sebagai anggotanya saat ini disebut dengan sebutan jemaat. Hal ini berkaitan erat dengan identitas jemaat (baca: Anda) di dalam Kristus sebagai tujuan abadi Allah (Douglas, 2000: 269). Pemberitaan Injil Kristus memberikan dampak pada buah pertobatan dan mukjizat yang menghasilkan iman (KPR 19:9-11,18,19). ”Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17).

Anda yang memiliki status yang baru di dalam Kristus pada hakekatnya telah tersurat di dalam surat Paulus di jemaat Efesus. Pemaparan mengenai status anda di dalam Kristus akan menjelaskan tujuan dari status baru yang anda terima di dalam Kristus. ”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Ef 2:10). Pengetahuan dan kesadaran anda di dalam Kristus itulah yang akan menuntun hidup anda ke arah tujuan ilahi, dimana anda layak disebut sebagi murid-murid Kristus jika anda berbuah banyak. ”


Anda adalah orang kudus ”orang percaya”

Dalam Efesus 1:1,15,18; 2:19; 38,18; 4:12; 5:3; 6:18 Paulus menyapa penerima surat sebagai orang-orang kudus (Yun. hagioi), yakni mereka yang percaya dalam Kristus sebagai gambaran orang beriman. Orang-orang kudus menunjukkan kepada kedudukan dalam Kristus, sementara sebagai orang-orang percaya menekankan sifatnya dihadapan Allah. orang kudus merupakan ”seseorang yang telah mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat.” (Wiersbe, Warrean W. Kaya Di Dalam Kristus. (Bandung: yayasan kalam Hidup, 2001) hal 9)

Orang-orang kudua dan orang-orang percaya keduanya memiliki pengertian yang erat berhubungan, di satu sisi mereka tidak dapat kudus tanpa percaya dan mereka tidak dapat percaya kalau mereka bukanlah orang-orang kudus. Mereka disebut orang-orang kudus, bukan karena mereka sendiri adalah kudus, tetapi karena mereka ”dikuduskan” (Yun. hegiasmenoi, 1Kor 1:2), karena mereka dipanggil menjadi orang-orang kudus (Yun. kletoi hagioi, Roma 1:7; 1Kor 1:2) oleh Tuhan. Hal ini karena anda diselubungi oleh Roh dan hidup Kristus (1Kor 6:11). Kekudusan anda adalah sebuah atau suatu pemberian, anugrah Allah di dalam Kristus. Mereka kudus ”dalam Kristus” (Yun. En Christoi Yesou) yang telah menjadi ”kekudusan” anda (1Kor 1:30; bd. Kol 1:22). Itulah tempat, ruang dan dasar kekudusan anda. Di luar Kristus anda tidaklah kudus (Abineno 2001:4).

John Stott mengatakan bahwa sebutan orang-orang kudus merujukepada semua umat Allah. setiap orang Kristen dapat disebut sebagai orang kidus sebab telah dikhususkan menjadi ”milik Allah”. orang-orang percaya dimaksudkan sebagai orang ”yang percaya” dan ”yang dapat dipercayai”. Orang-orang kudus dan orang-orang percaya di dalam Kristus memiliki arti bahwa seseorang dipersatukan secara pribadi dan hidup dengan Kristus. Hidup yang menggantungkan diri sepenuhnya kepada Kristus sebagai sumber kehidupan itu sendiri (Stott, 2003:17).


Jemaat sebagi umat pilihan Allah

Jemaat sebagai umat pilihan Allah dan mempunyai hak untuk memperoleh segala berkat rohani di dalam sorga (Ef 1:3,4). Allah memilih jemaat, kata memilih disini dalam bahasa Yunaninya adalah bentuk aorist middle indikatif exelaxato yang kata dasarnya adalah eklego. Eklego dipakai dalam kebiasaan pekerjaan Allah dalam memilih bangsa Israel (Henry vol. 6:24). Dalam hal ini anda dipilih di dalam Kristus dan bersifat abadi, selama-lamanya permanen (Baxter 1988:109).

Dasar pemilihan atas diri anda adalah karena Allah telah berkenan memanggil dan memilih (exekaxato) anda (dari umat manusia yang sesat dan hilang, - ”masa perditionis’) menjadi suatu persekutua yang baru, yakni suatu persekutuan untuk kehidupan (keselamatan) yang kekal. Pilihan itu telah Allah buat ”dalam Kristus” (Yun. en Christoi) yang artinya dibuat berdasarkan karya Kristus sebagai juruselamat.

Pemilihan Allah terhadap diri anda berlangsung sebelum dunia diciptakan (Yun. pro kataboles kosmou). Tuhan Allah tidak memilih hanya karena ia mau memilih saja. Ia memilih karena ia mempunyai maksud supaya kita kudus dan tidak bercacat dihadapan-Nya. pilihan Allah adalah pilihan untuk keselamatan (Yun. soteria)). Pilihan ALLAH ITU ADALAH SUATU ANUGRAH YANG HARUS KITA PAKAIKAN UNTUK KEMULIAAN ALLAH (Abineno 2001:10-12).

Pemilihan bersangkut paut dengan penentuan sejak semula, bukan secara kebetulan anda percaya kepada Kristus (Yoh 15:16). Allah telah menentukan pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah (Ef 1:5) dengan maksud supaya menjadi serupa dengan Kristus (Rom 8:29-30), dan memiliki hak waris Kerajaan Allah.


Anda sebagai umat tebusan

Anda sebagai umat tebusan Allah di dalam Kristus ketika anda dalam kematian atas dosa (Ef 1:7; bd. Gal 3:13; 1Kor 6:20). Ia telah menebus kita (Ef 1:7a). Kata menebus berarti ”membeli dan membebaskan dengan membayar sejumlah harga.” Anda dibebaskan dari kuk perhambaan (gal 5:1), dan bebas dari perbudakan dosa (Roma 6) dengan harga yang mahal, yaitu darah-Nya sendiri (1Ptr 1:18) dan itulah yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus (Wiersbe, 2001:20).

Abineno mengatakan bahwa Paulus dalam ayat 7 menjelaskan mengenai kasih yang diberikan kepada jemaat dan Kristus itu ialah penebusan oleh darah-Nya:

Apolutrosis (Ind. Pembebasan, penebusan) biasanya dipakai dalam dua arti. Pertama, pembebasan oleh penebusan dengan uang, umpamanya orang-orang hukuman atau hamba-hamba (bd. A.l. mat 20:28; Ibr 11:35). Kedua, pembebasan atau kelepasan dalam arti yang umum (bd. Dan 4:34). Dalam Perjanjian Baru apolutrosis dipakai dalam arti yang akhir ini dan (kecuali, Ibr 9:15, umumnya juga dalam arti yang mutlak (bd. Luk 21:28; Rom 8:23; Ef 1:14; 4:30). (2001:15).

Paulus menekankan bahwa Allahlah yang memprakarsai dalam penyelamatan umat_nya melalui penebusan di dalam Kristus sebagai berkat yang dianugrahkan kepada jemaat (Stott, 2003:26)

Segala berkat rohani di dalam sorga telah dianugrahkan kepada jemaat di dalam Yesus Kristus Tuhan (Ef 1:3), karya-Nya di kayu salib memungkinkan manusia memiliki jaminan hidup yang kekal bersama Allah. seperti dalam Efesus 3:12 berkata: ”Di dalam dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.”


Anda sebagai anggota tubuh Kristus

Tenney mengatakan bahwa di dalam Efesuslah di dalam Perjanjian Baru, di mana kata ’jemaat’ berarti gereja yang universal, bukan suatu kelompok lokal (Tenney, 1995:394). Jemaat sebagai tubuh Kristus dalam arti lukisan secara universal (Ef 1:22,23; bd. Rm 12:4,5; 1Kor10:16,17; Kol 1;18).

Tubuh Kristus merupakan gambaran yang baru tentang sebuah gereja sebagai suatu tubuh tunggal fungsional ”a single congregation” (1 Kor 12:17), yang terbentuk dari orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan yahudi, yang memiliki norma-normanya sendiri dan terlibat dalam suatu pergumulan rohani. Tujuannya adalah ”kesatuan iman... pengetahuan yang benar tentang Anak Allah...tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Tenney, 1995:396; bd.4:13).

Jemaat memiliki kesatuan dengan Kristus sebagai lukisan antara tubuh dan kepala. Keanekaragaman dalam tubuh Kristus bertujuan untuk saling melengkapi dari aneka karunia rohani yang diberikan oleh Kristus pada jemaat-Nya bagi pembangunan tubuh Kristus. Masing-masing anggota tubuh Kristus memiliki kemuliaan yang sama dan juga dalam fungsinya sebagai anggota tubuh Kristus.

Jemaat adalah Bait Allah (Ef 2:21,22) merupakan kemuliaan Allah yang pernah memenuhi Bait Suci di Yerusalem, dan kini, Yesus Kristus yang adalah kemuliaan Allah memenuhi Jemaat melalui Roh-Nya (Stott, 2003:59)


Jemaat adalah manusia baru di dalam Kristus

Jemaat diciptakan baru di dalam Kristus (Ef 2;15; 4:17-32; bd. 2Kor 5:17). Paulus berangkat dari yang negatif ke yang positif. Dari pembatalan sesuatu yang lama (hukum) ia bergerak menuju kepada penciptaan sesuatu yang baru (manusia baru). Hukum memisahkan antara Yahudi dan non-Yahudi, tetapi setelah hukum sumber perbedaan disingkirkan dari non-Yahudi, maka tidak ada yang dapat memisahkannya. Kristus telah mempersatukannya dalam ”sat manusia baru guna terciptanya kedamaian, satu manusia baru” yang menuju kepada ”kedewasaan penuh” (Ef 4:13). Semua orang Kristen bersama-sama menjadi satu komunitas Kristen, dimana ”tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi” (Kol 3:11; Gal 3:28).

Jadi, pada saat Yesus menderita dan mati di kayu salib memikul kuk hukuman karena dosa manusia, pada saat itulah Ia membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, juga menciptakan ”satu manusia baru” di dalam diri-Nya. ”satu ras manusia baru” yang didamaikan dan dipersatukan Kristus di dalam diri-Nya sendiri (Stott, 2003:96).

Gerald Cowen mengatakan bahwa manusia baru bertujuan sebagai pelukisan. Efesus 2:10 berkata, ”Kita adalah hasil ciptaan Allah yang sempurna di dalam Kristus Yesus untuk tujuan pekerjaan yang baik”. Tujuan Allah adalah hidup yang penuh dengan ketaatan. Hidup kita adalah hidup yang penuh dengan ucapan syukur di dalam Allah. Di mana setiap orang percaya adalah ciptaan baru dan juga sebagai bagian dari ciptaan yang lebih besar berdasarkan penebusan salib Kristus (bd. Efesus 2:15).


Jemaat sebagai pengantin perempuan Kristus.

Jemaat yang dilukiskan sebagai pengantin perempuan Kristus diharapkan jemaat dapat menjaga dan memiliki kesucian dan hidup yang benar di hadapan Allah. Jemaat mengalami pengudusan hidup dari hari, memiliki kesetiaan dalam ketaatan kepada Kristus.

Jemaat sebagai pengantin perempuan Kristus, ia sangat dikasihi oleh Kristus dan menerima anugerah Allah dalam Kristus. Dalam status seperti itulah diharapkan jemaat memiliki relasi yang penuh kasih mesra, relasi yang intim dengan Kristus, oleh karena jemaat ada di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam jemaat. Jemaat yang mengasihi Kristus dalam segenap hidupnya (bd. Yoh 14:23). Ia telah mengasihi kita (Ef 1:6). Kita tidak dapat menjadikan diri kita sendiri dikasihi Allah; tetapi Ia, dengan kasih karunia-Nya, menyebabkan kita dikasihi Kristus. Karena kasih karunia Allah dalam Kristus, kita diterima di hadirat-Nya.

Jemaat sebagai keluarga Allah

”Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”
Efesus 2:19

Dalam Efesus 2:19 menyatakan lukisan yang indah mengenai jemaat, yang berkembang makin dekat dan karib: kamu.....kawan sewarga dari....keluarga Allah. Jemaat sebagai keluarga Allah menunjukkan ia sebagai milik kepunyaan Allah (bd. I Petrus 2:9). Jemaat merupakan anak-anak Allah yang kekasih (Ef 5:1; 1:4-5; bd.Yoh 1:12).

Menurut Martin dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 (Matius-Wahyu) mengatakan bahwa Paulus memiliki kekaguman atas rahasa dan keunikan jemaat sebagai keluarga Allah. Kesatuan masyarakat yang universal ini, yang adalah tubuh Kristus (Ef 1:23; 3:6; 4:4; 5:30) menjadi tumpuan perhatiannya yang besar (Ef 4;3). Melalui karya pendamaian Kristus di kayu salib (Ef 2:16), Allah telah menjadikan Anda manusia baru (Ef 2;15), suatu ”keluarga ilahi” yang didalamnya Yahudi dan bukan Yahudi dimasukkan sebagai sesama saudara (Ef 1:5; 2:19; 4:6; 5:1). Terjadinya keluarga ini, dimana segala rintangan kebangsaan, kebudayaan dan kedudukan sosial diruntuhkan (Martin, 1986:598).

Stott juga memberikan penekanan yang senada dengan Marti bahwa penekanan keluarga Allah disini adalah tentang persaudaraan dalam perkawanan dan kesewargaan, yang melintasi semua kendala baik yang berupa ras, sosial, ekonomu maupun daerah. Dalam Perjanjian Baru ungkapan yang sering muncul dan merujuk kepada orang Kristen ialah ”saudara”. Seorang saudara menikmati hubungan yang akrab, cinta kasih yang dalam, perhatian yang tulus, dan dukungan yang mantap dari keluarganya. Justru kasih akan saudara seharusnyalah senantiasa menjadi salah satu ciri khas sifat setiap warga dari komunitas baru di dalam karya kristus (Stott, 2003:102).

Jemaat adalah keluarga Allah (Yun. Oikos Theou), yang dibangunkan di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan kristus yesus sebagai batu penjuru (Ef 2:19,20). Jemaat sebagai keluarga Allah pertama-tama dibangun berdasarkan pemberitaan Injil Kerajaan Allah, yang dipercayakan kristus kepada para rasul dan nabi. Yang paling penting dalam bangunan tubuh Kristus adalah ”batu penjuru” (Yun. Akrogomaios), yaitu Yesus kristus. Yesus adalah dasar (Yun. Themelios) bangunan (1Kor 3:11).

Kiasan yang dihubungkan dengan Kristus adalah Kepala jemaat (1:22). Ia adalah bagian yang penting dari bangunan (1:21). Jemaat dapat disebut sebagai keluarga Allah apabila ia memiliki hubungan yang erat dan bergantung kepada kristus sepenuhnya (Abineno, 2001: 77-81).

Kamis, 05 November 2009

HOMOSEKSUAL DAN PENANGANANNYA









Pendahuluan

Saya membaca pada rubrik Konsultasi Kesehatan Jiwa di Harian Pikiran Rakyat yang diasuh oleh seorang psikiater yang bernama dr. Teddy Hidayat, SpKJ. Demikian kasusnya:

Saya seorang remaja putra yang memiliki perilaku aneh dalam hal seks. Saya suka masturbasi satu sampai dua kali sehari. Saya selalu terangsang bila melihat sosok pria yang tegap, kekar, berwibawa dan berpenampilan professional. Terutama yang berseragam seperti polisi atau tentara. Di tempat tidur saya suka membayangkan, diri saya adalah seorang tahanan yang menyerahkan diri, diborgol, dikawal polisi ke sel, dirantai dan di penjara. Kemudian membayangkan bahwa saya lama mendekam di sana, menggengam jeruji besi dan menatap sipir berbadan tegap yang berpatroli, mengawasi kalau-kalau saya melarikan diri, walaupun saya senang di dalamnya. Kalau saya membayangkan terus menerus, tidak jarang mengalami ejakulasi secara spontang.

Akibatnya saya tergila-gila pada film tentang penjara, foto-foto tentang tahanan dan berita kriminal. Saya sama sekali tidak tertarik dan bergairah terhadap wanita, sekalipun ia seksi dan cantik. Demikian pula pada gambar porno atau “blue film”, saya tidak tertarik (PR: Pebruari 2005)

Kasus di atas disimpulkan oleh pengasuh bahwa remaja tersebut sebagai seorang homoseksual, walaupun dalam hal ini remaja itu masih dalam tahap awal “kecenderungan homoseksual”, yakni yang disebut dengan pseudohomoseksual. Penulis lebih prihatin lagi mengenai enam (6) solusi yang ditawarkan oleh pengasuh rubrik itu demikian:

Pertama, aversi kimiawi ialah terapi bahan kimia atau obat yang berkasiat untuk membuat rasa mual pada saat mulai terangsang secara seksual. Kedua, sensitisasi terselubung dimana memakai daya khayal untuk mencegah berhentinya rangsangan seksual. Ketiga, sensitisasi bau dimana pada saat timbul rangsangan gairah seksual diberikan rangsangan bau yang tidak sedap. Keempat, fading atau pergantian dimana terapi dilakukan dengan mengunakan foster pria dan wanita telanjang yang tunjukkan secara bergantian untuk membangkitkan ereksi yang kuat bila melihat wanita telanjang dibandingkan dengan melihat poster laki-laki. Kelima, modifikasi fantasi masturbasi. Keenam, meningkatkan tingkahlaku heteroseksual dimana klien dipaksa untuk bergaul dan berperilaku heteroseksual.

Dengan melihat kasus di atas, yang menggambarkan luasnya pengaruh dunia sekuler dalam peranannya bagi kehidupan masyarakat masa kini, dimana terapi dalam dunia sekuler normatifnya sangat bertentangan dengan azas-azas kebenaran Alkitab. Untuk menjawab tantangan jaman ini dibutuhkan pembimbing, pengasuh dan konselor yang takut akan Tuhan, memiliki kompetensi serta dedikasi yang berdasarkan kebenaran Alkitab.

Banyak hal yang dipertanyakan oleh dalam masyarakat mengenai perilaku-perilaku seksual yang menyimpang dari gaya hidup manusia masa kini, seperti eksibisionisme (memamerkan kemaluannya), voyurisme (mengintip hubungan seks), fetihisme (menyimpan benda-benda yang dapat membangkitkan gairah seks), pedofilia (berhubungan seks dengan anak kecil), masokisme (suka disakiti agar memiliki gairah seks), sadisme (suka menyakiti untuk mendapat kepuasan seks), inses ( berhubungan seks dengan orang yang memiliki hubungan darah), sodomi (berhubungan seks melalui dubur), nekrofilia (berhubungan seks dengan mayat), dan homoseksual. Dalam tulisan ini hanya dibahas tentang Isu-Isu Konseling Kontemporer masalah “Homoseksual dan Penanganannya”.

Walaupun Alkitab menghargai seksualitas kita, Alkitab juga memberi peringatan-peringatan. Tentang hal ini sering kali kita memahami seksualitas kita melalui kaca yang gelap. Tugas kita sebagai orang Kristen ialah mencari jalan di tengah-tengah penyelewengan seksualitas dan masuk ke dalam keutuhan seksualitas. Dosa telah menyelewengkan seksualitas dengan berbagai cara. Menurut Foster, penyelewengan itu antara lain pornografi, hawa nafsu seksual, sadisme dan masochisme, seksisme dan homoseksualitas.

Pandangan sebagian orang mengenai homoseksual merupakan sesuatu hal yang wajar dan bisa diterima secara umum di masyarakat, di mana sesuatu yang abnormal sudah dianggap normal, sebab sudah terbiasa melihatnya dikomunitasnya. Maka, untuk menjawab persoalan itu secara kristiani akan muncul pertanyaan: “Bagaimana pandangan Alkitab mengenai homoseksual dan bagaimana menangganinya secara alkitabiah?” Apakah homoseks dapat disembuhkan atau diubahkan? Bagaimana orang Kristen dalam memandang orang-orang yang mengalami penyimpangan seksual seperti homoseks, menghakimi atau menerima dan memberikan pertolongan?


Pandangan Umum

Bagi sebagian orang memiliki pandangan bahwa homoseks merupakan “tipe orang tertentu”, orang yang bagian dalam dirinya berbeda dengan kita. Orang ini mungkin saja dijuluki “aneh”, “gay”, peri”, “ratu, atau “homo”. Biasanya mereka menjalani kehidupan homoseks “karena begitulah dia”. Wanita bercinta dengan wanita bagaikan sesuatu yang wajar, ia melakukannya sesuai dengan dorongan alamiah dan keinginannya. Atau, ia melakukan hal-hal yang tidak semestinya?

Orang Kristen pun menganggap seseorang berdosa karena ia adalah seorang pendosa. Bukan perbuatan dosa yang menjadikan seseorang pendosa, tetapi karena sifat dasariah-nyalah yang membuatnya berdosa. Pernyataan ini tidak seluruhnya benar, sama seperti ide konvensional tentang homoseksualitas. Menurut pandangan ini, seorang bisa melakukan hubungan homoseksul karena ia memiliki sifat dasariah seorang homoseks. Memang benar, orang sebelum melakukan dosa pada dasarnya ia adalah orang berdosa. Yang mendasari ia melakukan dosa, karena ia tidak mengenal Kebenaran Allah, bukan orang berdosa itu pada dasarnya adalah seorang homoseks.


Pandangan Alkitab

Homoseksualitas disebutkan dalam Alkitab hanya sebanyak tujuh kali, itu pun hanya secara singkat. Bagian Alkitab yang memuat tentang homoseksualitas adalah: Kejadian 19:1-19; Imamat 18:22; 20:13; hakim-hakim 19:22-25; Roma 1:25,26; 1 Korintus 6:9; 1 Timotius 1:9,10. dari semua ayat ini, tidak satupun yang menyetujui homoseksualitas.

Beberapa ayat itu menyatakan bahwa praktik homoseksualitas bukan hanya berdosa, tetapi juga tidak wajar dan menyesatkan. Dosa homoseksualitas nilainya sama dengan dosa-dosa yang lainnya, dan dosa dipandang Allah sebagai kejijikan.

Gagasan seksualitas manusia itu sebenarnya bersifat netral, namun ada keyakinan dalam kekristenan bahwa bahwa kita diciptakan dengan sifat heteroseksual bawaan.

Keyakinan seperti itu didasarkan pada Kejadian pasal dua tentang penciptaan laki-laki dan perempuan. Di sini, Allah menciptakan perempuan sebagai “penolong yang sepadan” dengan laki-laki. Selanjutnya, laki-laki diperintahkan oleh Allah untuk bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi sedaging. Meskipun manusia telah jatuh sangat jauh dari maksud Allah yang semula, namun orang Kristen percaya bahwa setiap manusia masih mengemban rancangan Allah yang asali. Ketika rancangan ini dibengkokkan oleh dosa, maka timbullah masalah seperti homoseksual.

Perilaku homoseksual adalah perilaku “hubungan seksual” di antara pasangan sesama jenis untuk mencapai orgasme. Seorang homoseks adalah pria atau wanita yang menjalankan aktifitas dan perilaku homoseks. Homoseksualitas adalah masalah yang biasa terjadi pada kedua jenis kelamin, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Homo berarti “seperti” atau “sama dengan”. Kata homo” tidak hanya untuk pria, tetapi juga pada wanita. Namun pada wanita kata homo dipakai istilah lesbian. Chesser menyebut kaum homo itu sebagai perempuan-jantan dan laki-laki-betina dimana mereka menjadi demikian disebabkan oleh pengalaman-pengalaman hidup.

Contoh, seorang alkoholik merupakan seorang yang terjerat dan terikat dengan minuman keras dan dia tidak bisa terlepas dari minuman keras itu. Sehingga tiap-tiap hari ia adalah hidup sebagai seorang pemabuk, namun siapakah yang mau ditakdirkan sebagai pemabuk. Tidak ada seorang pun dilahirkan sebagai pemabuk, begitu juga dengan seorang homoseks. Tidak ada seorangpun yang dilahirkan sebagai homoseks.

Seorang homoseks bukan pada dasarnya ia dilahirkan sebagai homoseks, walaupun tidak menutup kemungkinan seorang pendosa mempunyai kecenderungan untuk melakukan dosa termasuk salah satunya adalah perilaku homoseks. Namun di sini saya cenderung mendasarkan perilaku homo itu merupakan satu sikap yang dikembangkan terus menerus dalam pikiran dan kehidupannya. Sekali seseorang mengalami kenikmatan dan kepuasan fisik dengan sesama jenis, maka ia akan cenderung mengulanginya. Semakin sering seseorang mengalaminya, maka semakin nyata pola yang terbentuk dalam perilakunya. Apa yang ia lakukan mencerminkan siapa ia dan sebaliknya. Homoseksual merupakan istilah yang tidak bisa terlepas dari unsur moral.


Tipe-Tipe Homoseksualitas

Menurut lionel Ovesey seorang psikoanalis yang menemukan istilah pseudohomoseksual, yaitu orang yang ketakutan kalau dirinya adalah seorang homoseks padahal tidak. Ia menggambarkan tentang perbedaan tingkat atau kadar homoseksualitas di kalangan pria.

Rentangnya dimulai dari pria yang betul-betul heteroseksual sampai kepada mereka yang disebut “Homoseks eksklusif”. Pria yang heteroseksual adalah pria yang kadang-kadang berhubungan dengan sesama lelaki tetapi mereka “lebih menyukai perilaku heteroseksual”, yaitu berhubungan dengan wanita. Pria yang disebut homoseksual eksklusif adalah pria yang tidak pernah menjalin hubungan lain selain hubungan homoseks. Di antara keduanya terdapat kategori biseksual. Pria yang sudah menikah dan mempunyai anak, tetapi di sisi lain ia hidup sebagai gay. Demi kehidupan homoseksual yang harus disembunyikan, maka mereka itu disebut sebagai “homoseks tertutup” (closet queens). Homoseks situasional merupakan perilaku homo yang terjadi karena desakan situasi, dan biasanya terjadi di penjara, di biara, di angkatan bersenjata, dan di ekspedisi ilmiah yang hanya diikuti oleh pria. Homoseks seperti ini selanjutnya dapat dikenal sebagai homoseks aktif dan pasif.

Teknik dalam perilaku seks yang menyimpang. Teknik yang dipakai oleh pasangan homo biasanya dalam berhubungan intim antara pria dengan pria melalui penis yang dimasukkan ke mulut atau di masukkan ke dubur. Demikian pula perilaku homoseks wanita dalam berhubungan intim dengan saling menjilat klitoris atau saling membelai dan menjilati bagian tubuh tertentu yang membuat keduanya mengalami gairah seksual.


Penyebab Homoseksualitas

Menurut beberapa teori analitis, homoseks datang dari keluarga dengan peran ibu yang dominan dan ayah yang pasif serta kurang berwibawa. Peranan seorang ibu yang terlalu dominan dan otoriter serta peranan dan tanggungjawab seorang suami yang melepaskan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga yang dilihat oleh seorang anak, maka anak akan mengalami kesulitan dalam menilai seksualitas dirinya. Pengalaman seperti itulah yang mendorong anak memiliki kecenderungan pseudohomoseksual, dan selanjutnya ia akan rentan untuk berperilaku homo karena pada awalnya ia frustasi dan tidak menyadari atau tidak tahu seksualitas dirinya. Akar penyebab homoseksualitas dan banyak lagi gangguan kepribadian lainnya telah terbentuk sejak masa tiga tahun pertama, kemudian berlanjut hingga usia remaja.

Worthen juga berpendapat bahwa ”akar homoseksualitas yang terdalam adalah retaknya hubungan dalam keluarga yang mengakibatkan ketiadaan rasa memiliki dan dimiliki atau ketiadaan pengakuan. Rasa aman atau sejahtera seorang anak bergantung kepada tiga jalur hubungan: ibu dengan anak, ayah dengan anak, dan hubungan ayah dengan ibu yang sering kali dilalaikan. Keretakan apa saja dalam segitiga hubungan ini akan mengakibatkan keresahan atau hilangnya rasa sejahtera pada anak ” .

Kedua, faktor genetika “kromosom”, bawaan sejak lahir. Bukti-bukti ilmiah sejauh ini tidak menunjukkan kesimpulan yang signifikan bahwa penyimpangan perilaku seksual disebabkan oleh sistem hormonal. Hormon seks bukanlah faktor yang menentukan perilaku seksual atau yang menentukan jenis kelamin pasangan kita.

Ketiga, reinforced learning yaitu faktor pembelajaran yang terus-menerus mendapat penguat. Worthen mengutip pernyataan Badan Pendidikan dan informasi Seks Amerika Serikat dalam buku Sexuality and Man sebagai berikut:

“Manusia tidak memiliki keinginan bawaan untuk mencapai sasaran teretentu dalam hubungan dengan seks, tetapi perilaku seksualnya merupakan hasil menyeluruh dari pendidikan dan kebiasaan yang dialaminya.”

Homoseksualitas terjadi dalam banyak tingkatan dan memiliki bermacam-macam penyebab, banyak diantaranya di luar kendali individu itu sendiri. Seseorang dengan 20 atau 30 persen kecenderungan terhadap homoseksualitas akan merasa lebih mudah “diubahkan” kepada orientasi heteroseksual sepenuhnya daripada orang dengan kecenderungan homoseksual 80 atau 90 persen.


Penanganan Homoseksual

Homoseksualitas adalah usaha pencarian kasih dan pengakuan yang salah arah, dimana dalam usaha tersebut sebuah relasi menjadi hal yang sangat penting. Jika sebagian orang memandang homoseks itu merupakan orang yang normal, maka Alkitab mengatakan orang itu adalah tidak normal. Alkitab memberikan petunjuk yang jelas dan langsung, Alkitab memandang persatuan heteroseksual sebagai maksud Allah untuk seksualitas dan melihat homoseksualitas sebagai sebuah penyelewengan dari pola yang diberikan Allah.

Allah menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan untuk melakukan aktifitas “kontak” seksual menjadi “satu daging” di dalam bahtera rumah tangga, antara suami dengan isteri. Sekali lagi patner yang ditetapkan Allah adalah antara laki-laki dengan perempuan, bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.

Kesadaran untuk menolong para homoseks seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen yang tahu dengan jelas bahwa perilaku homoseksual itu merupakan penyimpangan seksualitas dan abnormal. Demi menolong orang homoseks sebaiknya jangan memberikan penghakiman pada mereka, melainkan dengan kasih kita mengasihi orangnya dan membenci perilakunya. Semua orang yang terjerat di dalam kekacauan kebudayaan dan gerejawi tentang homoseksualitas memerlukan belas kasihan dan pengertian dari kita yang tahu kebenaran. Kita perlu memohonkan pengampunan dari orang-orang homoseks yang telah terasing dan teraniaya. Kita perlu membuka telinga untuk empati untuk memberikan pengertian, nasihat dan pennilaian moral yang bijaksana. Dukungan doa dan kasih persekutuan kristiani mutlak diperlukan untuk menolong kaum homo untuk mengubah perilakunya sesuai dengan dengan terang Alkitab.

Dalam hal ini, demi melakukan pendekatan pelayanan terhadap orang homoseks kita seharusnya lebih menekankan pada perilaku daripada orang yang melakukan, pada gaya hidup yang diadopsi seseorang dan bukan pada orang yang mengadopsi gaya hidup tersebut. Siapa yang mau dekat dengan kita jika kita sudah menghakiminya dan dia sudah merasa tertuduh?

Hal pertama yang perlu dikatakan adalah bahwa mereka tidak memilih homoseksualitas mereka seperti juga dengan seorang anak yang timpang tidak memilih untuk menjadi timpang. Keduanya menyimpang dari maksud Allah, tetapi tidak dapat dipersalahkan. Tetapi walaupun kaum homoseksual tidak bertanggungjawab atas homoseksualitas mereka, mereka bertanggungjawab atas apa yang mereka perbuat. Pilihan-pilihan harus dibuat, dan bagi orang Kristen yang mendapatkan diri mereka memiliki orientasi homoseksual, pilihan-pilihan itu harus dibuat berdasarkan terang kebenaran Firman Allah dan kasih karuniaNya.

Pada umumnya ada tiga pilihan yang mendasar bagi kaum homo: mengubah orientasi homoseksual mereka, mengendalikan orientasi homoseksual mereka, atau mempraktekkan orientasi homoseksual mereka. Yang paling mungkin untuk kaum homo adalah mengubah dan mengendalikan orientasi homoseksualitas. Langkah pertama adalah menyadarkan mereka akan dosa homoseksualitas “bertobat”. Kedua, menolong mereka yang berjuang dalam mengubah perilaku homoseksual pada kehidupan yang normal “kekudusan dan kesucian”. Ketiga, berdoa untuk memberikan dukungan secara rohani. Keempat, membaca Alkitab sebagai cermin hidup dan belajar memahami kebenaran Allah. Kelima, pembaharuan dalam kognitif “konsep” alkitabiah.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. (1 Kor 6:9-11)

sumber: lembar bahasan isu-isu guys counseling center lampung

Senin, 02 November 2009

MENANTANG MASA DEPAN






Introduksi

Setiap insan yang hidup di dunia ini tentu mendambakan hidup yang sukses dan berhasil. Namun pada zaman yang semakin sukar saat ini, persaingan yang sangat ketat dan dunia kerja yang semakin sempit peluangnya (apalagi ditambah harga BBM naik) membuat hampir semua orang mengalami ciut hati. Semua orang dihantui oleh masa depan, tetapi generasi muda tetap bersikap optimis dan menantang masa depan dengan sejuta cita-cita, mimpi-mimpi dan ambisinya. Namun kecenderungan untuk mencapai sukses dengan mengumpulkan materi menduduki tempat teratas, dan melaluinya dapat menjamin masa depan, dan makin nampak sebagai aspirasi tertinggi generasi muda masa kini.

Memperjuangkan nilai-nilai ideologis, politis dan rohani sebagai tantangan masa depan rupanya hanya dilihat oleh satu minoritas generasi muda masa kini. Anda termasuk di mana?


Prioritas

Di tengah-tengah segala perjuangan cita-cita dan ambisi orang-orang muda masa kini datanglah Firman TUHAN: “Carilah dahulu Kerajaan Allah, … Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kausediakan (kekayaan dan kedudukan), untuk siapakah itu nanti?... Pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari TUHAN akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannnya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (Matius 6:33; Lukas 12:20; 1 Korintus 3:13-15).

Firman TUHAN menempatkan hidup kita dalam dimensi yang kekal. Segala hal yang penting namun bersifat sementara dan fana harus dilihat dalam skop yang mahapenting dan kekal. Apa yang merupakan tujuan Allah dalam hidup kita, baik untuk masa kini maupun untuk dunia yang akan datang perlu kita pertanyakan dan yakini kemudian, supaya hidup kita tidak berlangsung di luar rencana Allah.


Konsep Keberhasilan

“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” (Amsal 10:4 bdk. 19:15). Perlu diinggat dalam setiap usaha dan pekerjaan kita Allah turut bekerja, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak menambahinya” (Amsal 10:22).

TUHAN memerintahkan manusia untuk bekerja sebelum manusia jatuh dalam dosa (di taman Eden). “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kejadian 2:15).

Kata “mengusahakan” dalam bahasa Ibrani “dbe –‘abad”, yang berarti menyembah, taat, mengabdi, melayani. Jadi, orang yang bekerja (“abad”) adalah orang yang sedang menyembah, mengabdi, melayani dan taat kepada Allah. Hidupmu adalah untuk Allah!

Apapun pekerjaanmu adalah bentuk penyembahanmu kepada Allah. Oleh sebab itu, bekerjalah dengan benar, setia serta dengan penuh tanggung jawab.

“masing-masing menurut kesanggupannya,… Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar” (Matius 25:15, 21,23). Perhatikan bahwa Sang Majikan bukan berkata: “Hai hamba-Ku yang berhasil”, melainkan “Hai hamba-Ku yang baik dan setia, engkau telah setia dalam perkara kecil…”. Lalu pegawai ketiga bukan disebut “hamba yang gagal”, melainkan “hamba yang jahat dan malas”. Ia dimarahi bukan karena tidak menghasilkan talenta, melainkan karena ia tidak mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya (Matius 25:24-26).

Pokok bahasan cerita ini (Matius 25:14-30) bukanlah tentang jumlah talenta, melainkan tentang bagaimana sikap para hamba dalam (kemampuannya) mengelola talenta. Sikap yang dipuji adalah sikap setia terhadap tugas, yaitu bijaksana dalam mengatur tugas, bertanggung jawab terhadap tugas, rajin dalam menjalankan tugas, waspada dalan melaksanakan tugas, rela berlelah dalam menyelesaikan tugas (bdk. Matius 24:43-44, 45-51: 25:1-14).

Sebaliknya, sikap yang dicela adalah sikap kerja yang asal-asalan, yang dilakukan dengan setengah hati, yang kurang bertanggung jawab dan kesungguhan, yang tidak berencana, yang kurang dipersiapkan, yang kurang cermat dan yang berhenti di tengah jalan.

Standar Yesus bukanlah produk, melainkan proses; yakni apa yang disebut dengan “orientasi proses” sebagai kebalikan “orientasi produk”, di mana seseorang mengalami proses upaya dalam mencapai hasil akhir. Bagaimana dengan cara kerja Anda saat ini? Sudah sesuaikah dengan pandangan Yesus dalam hal ukuran kesuksesan?
Apa gunanya memenangkan, memperoleh atau meraih sebuah hasil yang gemilang, kalau hasil itu didapat secara curang? Apa guna menghasilkan sesuatu dengan jalan pintas dan tergesa-gesa kalau kemudian hari malah menimbulkan bencana (Amsal 19:2)?

Dalam pendekatan orientasi proses, kegagalan itu sendiri bukan merupakan kesalahan; yang salah adalah sikap yang kurang tekun atau kurang cermat sehingga berakibat kegagalan. Yang terpenting kita sudah berusaha dengan penuh kesungguhan, berapapun hasilnya itu bukan soal utama. Ukuran pelayanan dan penyembahan bukanlah hasil, melainkan kesetiaan, ketekunan, kesungguhan, kegembiraan, kerelaan dan kejujuran kita dalam melayani (bekerja). Hidupmu adalah penyembahanmu!

“Hal yang dipikirkan orang dalam hatinya demikianlah ia” (Amsal 23:7, NIV). Jadi, apapun yang menguasai pikiran Anda, menguasai Anda, “What’s got your mind, has got you!” Pepatah Amerika berkata: “Success is not what you achieve, success is what you achieve compored with what you could achieve” (Sukses bukan apa yang Anda capai atau lakukan “hasilkan”, sukses adalah apa yang Anda capai atau lakukan “hasilkan” dibandingkan dengan apa yang Anda sanggup capai atau lakukan “hasilkan”.

Jadi, sukses adalah menerima hal yang paling maksimal dari kemampuan Anda dalam situasi di mana Anda berada saat ini. Sukses tidak ditentukan secara realistis dengan mengukur diri sendiri berdasarkan penerimaan orang lain, penampilan, kekayaan dan apapun juga.

Anda telah sukses tatkala dapat berkata bahwa Anda telah melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan pada suatu waktu. Pertanyaannya: “Apa lagi yang bisa saya lakukan?” (Bacalah Lukas 10:39,42; 14:3-9). Jika Anda tidak tahu tujuan Anda, maka dapat dipastikan bahwa Anda akan tiba di tempat yang lain atau di tempat yang salah.



Kesuksesan adalah Kemampuan Bergantung Kepada Yesus


Ada seorang muda yang memiliki satu pergumulan dalam hatinya. Ia ingin mendapat jawaban atas satu pertanyaan yang terus mendengung, “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal? Pertanyaan itu menyingkirkan segala pertimbangan rasa malu, sehingga ia mengambil keputusan untuk bertemu dengan TUHAN Yesus meskipun di tengah jalan banyak orang yang memperhatikannya. Dunia tahu apa yang menjadi keputusan pemuda tadi dalam hidupnya (baca Markus 10:17-22).

TUHAN Yesus memperhadapkan kepada pemuda itu dengan Hukum Allah. Dengan bijaknya TUHAN Yesus mengambil beberapa hukum Allah yang mempunyai relevansi khusus dengan orang-orang muda, “Jangan membunuh!”. Kita dapat membunuh orang lain dengan tangan, mulut maupun dengan mata dan bahkan dengan tidak berbuat apa-apa “bungkam” sekalipun. “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia” (1 Yoh 3:15).

Mata pemuda tersebut yang berhadapan dengan TUHAN Yesus tetap berani memandang-Nya, lain dari kita yang telah membunuh melalui kebencian dengan langsung atau tidak langsung ikut serta menggugurkan bayi dalam kandungan. “Jangan berzinah!” Pemuda itu belum menundukkan kepala. Meskipun ia memiliki segala sesuatu dan berpengaruh, ia tidak menyalahgunakan kekayaannya untuk terjun dalam dunia pergaulan bebas. “Jangan mencuri!” Kita ingat akan barang-barang yang pernah kita pinjam (hutang) tetapi tidak kita dikembalikan, uang yang kita kumpulkan secara licik, menjadi pencuri di rumah sendiri. Tetapi pemuda itu luar biasa. Ia masih menerima tantangan hukum: “Jangan mengucapkan saksi dusta!” “Jangan mengurangi hak orang lain! Dan hormatilah ayah-ibumu!” Tanpa tergoyang dan tertunduk dengan malu; sedangkan kita sebagai seorang muda masa kini teringat segala dusta yang kasar atau halus, segala usaha mengangkat diri dan menyingkirkan orang lain dan segala sikap serta pembawaan diri yang tidak menghormati orang tua.


Hukum Allah sungguh menjadi cermin dalam hidup kita, sehingga kita bisa tahu siapa sebenarnya kita. Hukum Allah itu menyadarkan dan menginsafkan kita akan dosa untuk memperoleh pengampunan dan penebusan dosa dari TUHAN Yesus. Pemuda itu berani berkata: “Semua itu sudah kuturuti sejak masa mudaku”. Kalau begitu, mengapa ia masih gelisah, datang pada Yesus dan bertanya mengenai hidup kekal?

Penyakit dosa menggerogoti kita dari dalam sehingga kita menjadi orang yang hidup dengan kegelisahan. TUHAN Yesus membuka inti masalah pemuda itu: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki”. Jelas, bahwa si pemuda selama itu menggantungkan hidupnya kepada kekayaannya. Memang ia percaya TUHAN, tetapi ia juga lebih mengasihi uangnya, gaya kehidupannya dan kehormatannya di dunia ini. Ia telah melanggar Hukum Allah yang pertama: “Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku”.

Allahnya adalah harta dan kekayaannya. Ia tidak mengasihi Allah “dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi” (Mat 22:37). Alkitab berkata: “Barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian daripadanya, ia bersalah terhadap seluruhnya” (Yak 2:10), makanya ia tidak memiliki kepastian keselamatannya.

TUHAN Yesus menantang pemuda itu untuk mengambil keputusan: “Datanglah kemari dan ikutlah Aku!” Hal ini berlaku juga bagi kita untuk menentukan masa depan kita: Pertama, berpaling dari apa yang menjadi ilah kita selama ini, baik itu harta, orang yang kita cintai (kekasih), rencana yang kita pegang kuat-kuat, ego kita atau ilah yang lain lagi. Kedua, melepaskan dan menjadikan Yesus sebagai Penguasa Tunggal hidup kita yang sesungguhnya; berpaling dalam arti mengikut Dia sepenuhnya tanpa ada kata “jika” dan “andaikata”. Jangan mengulang kesalahan pemuda kaya itu untuk yang kedua kalinya! “ia pergi dengan sedih”.


Panggilan TUHAN dalam Hidup Seorang Muda

Sebenarnya seorang Kristen tidak ada istilah melayani paroh waktu, ia seharusnya senantiasa melayani TUHAN secara purna waktu; baik di mimbar, kantor, sekolah, kota-desa, dengan gaji kecil-besar, pimpinan-bawahan bahwa semuanya itu membutuhkan SK dari TUHAN sebagai “Boss Tertinggi”. Cara kerja dan pembawaan diri di tempat kerja mempunyai etika dan etos kerja yang berbeda dengan orang dunia (Roma 12:2; 1 Yohanes 2:15-17), sehingga memungkinkan menjadi saksi. Siap sedia meluaskan lingkaran kesaksiannya dari tempat asal-usulnya (Yerusalem), ke daerah sekitarnya (Yudea), melintasi batas suku dan bangsa (Samaria) bahkan sampai ke ujung bumi (KPR 1:8).

Bagaimana dengan hidup Anda? Apakah hidup kekristenan Anda mempunyai sasaran dan tertuju pada sesuatu, dengan tekad bulat untuk memanfaatkan tahun-tahun Anda bagi Yesus Kristus? Atau, apakah Anda luntang-lantung tanpa tujuan, melamun dan menyia-nyiakan waktu dengan melamun saja tiap hari. Jika kita mau sukses, maka kita perlu mengadakan penyerahan diri tanpa syarat kepada TUHAN dan mempersembahkan hidup kita di dalam hadirat TUHAN, sebagai wujud ibadah yang sejati (Roma 12:1).




Reaksi Seorang Muda Terhadap Panggilan TUHAN

Tidak semua orang menjawab panggilan TUHAN dengan menyerahkan diri tanpa syarat kepada TUHAN. Sebaliknya, banyak yang melarikan diri seperti pemuda Yunus, yang mungkin karena begitu kuatnya dia memegang rencana hidupnya sendiri dan tidak mengijinkan TUHAN masuk di tengah-tengah ambisi dan aspirasinya. Mungkin karena tidak menyetujui tempat penugasan TUHAN seperti Yunus ke Niniwe atau mungkin karena mereka merasa tidak mampu melaksanakan panggilan TUHAN seperti Musa dan Yeremia (Keluaran 4:10-14; Yeremia 1:4-10).

Banyak orang muda membuat nazar yang tidak dapat dibenarkan dengan mengatakan bahwa, “Saya mau dipakai TUHAN asalkan segala kebutuhan saya dicukupi dan menyenangkan!” Ini bukan penyerahan total, tetapi penyerahan bersyarat. Keputusan untuk menyerahkan kehidupan kita seluruhnya kepada TUHAN mencakup seluruh waktu kehidupan kita. TUHAN tahu kebutuhan dan apa yang kita perlukan, “Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu” (Matius 6:32).



10 Tips Meraih Sukses


“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi” (Pengkotbah 9:10). Jangan tunda sampai hari esok, jika Anda bisa melakukannya hari ini!

“Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan jangan memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik” (Pengkotbah 11:6).

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah TUHAN”(Roma 12:11)

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk TUHAN dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).

“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kolose 4:2).

“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada” (Kolose 4:5).

Pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, melainkan mereka yang tidak pernah berhenti mencoba”

Kegagalan adalah tidak berhasil memberikan semua hal yang kamu dapatkan ke dalam proyekmu (rencana dan ambisimu). Anda tidak gagal karena membuat suatu kesalahan atau tidak melakukan sesuatu dengan sempurna, atau sekalipun Anda tidak melakukan sesuatu sama baiknya dengan yang Anda sanggup lakukan pada suatu waktu pada masa yang akan datang. “Kegagalan bukan sekedar tidak berhasil, tetapi kegagalan adalah tidak mencoba kembali setelah tidak berhasil”.

“Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh” (Filipi 3:16).

Di manapun Anda berada dalam pertumbuhan Kristen, berikanlah yang terbaik. “Keberhasilan pribadi bagi kita datang pada saat di mana kita tidak dapat melakukan hal yang lebih baik lagi dari pada yang kita sedang lakukan pada saat ini”.

Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.
Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. Bersukacitalah senantiasa.

Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya

(Ams 24:10; 24:16; 1 Tes 5:16-18; Ef 2:10)


SUMBER: LEMBAR BAHASAN ISU-ISU GUYS COUNSELING CENTER LAMPUNG

Kamis, 29 Oktober 2009

Pray until something happens - HANA








1 Samuel 1:1-19
Elkana memperisteri dua wanita. Keluarga ini cukup menarik untuk disimak oleh kita disebabkan ada pelajaran yang dapat kita ambil bagi pertumbuhan kerohanian kita di saat keadaan yang semakin tidak menentu sekarang ini.



HANA
Mandul
Dikasihi
Rendah hati
Saleh
Hati yang hancur



PENINA
Subur
Dipakai ‘melahirkan anak’
Sombong ‘angkuh,
Tradisi ‘agamawi’
Mencari pemenuhan harga diri


Hana mandul dan dikasihi sekalipun tidak melahirkan anak bagi Elkana sebab “TUHAN menutup kandungannya” (1 Sam 1:5,6b). Sementara Penina subur dan dipakai untuk melahirkan anak bagi Elkana (1:4). Hana adalah seorang yang rendah hati dan mencari Allah bukan hanya sebatas kegiatan-kegiatan agamawi “tradisi” (1:3,7a). Penina memanfaatkan anak-anaknya hanya sebatas “kebahagiaan lahiriah” dan bahkan menyakiti, memandang rendah, serta menghancurkan hati Hana (1:6,7b).

Tahun demi tahun Hana berdoa untuk mendapatkan anak (sebab setiap kali beribadah Hana mendapat satu bagian saja, -ayat 5). Alkitab menggambarkan bagaimana suasana hati Hana dari tahun demi tahun dan bukan hari demi hari lagi. Perhatikanlah ayat 8: Elkana bertanya kepada Hana: “Mengapa engkau menangis? Mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga daripada sepuluh anak laki-laki? Elkana mengerti dan “tahu” apa yang dirindukan oleh Hana sebagai seorang isteri dan ibu, tetapi ia pun tidak dapat berbuat apa-apa. Justru disinilah puncak pergumulan Hana!

Pada umumnya ada empat hal yang dialami oleh seseorang jika berkeadaan demikian, yaitu:

1. Kehilangan rasa berarti atau berharga.
2. Kehilangan rasa diterima, ketertolakan, “belonging.” Ada seorang ibu muda yang sangat cantik, tetapi ditinggal suaminya yang menyeleweng dan sekarang wajahnya terlihat jauh lebih tua dari usia yang sebenarnya.
3. Kehilangan rasa dimiliki, sekalipun Elkana menghiburnya.
4. Kehilangan rasa aman, manusia membutuhkan pijakan yang pasti, pelabuhan bagi dirinya dan butuh tempat untuk berlabuh.

Tetapi “Hana menanti waktu yang tepat.” Saya ingin mengajak ibu-ibu untuk memasuki lebih dalam lagi. Saya mencoba untuk mengimajinasikan motivasi hati manusia pada umumnya, khususnya dalam kasus Hana:

Isi doa pada umumnya demikian:

TUHAN berilah seorang anak untuk menegakkan nama suami saya.Karena disakiti “tahun demi tahun” motivasinya berubah dari doa yang umum menjadi doa kemarahan: “TUHAN berilah saya anak karena musuhku.”
Sekarang, bukan kemarin, Hana mengubah isi doa dan motivasinya “Bukan juga karena kurang dikasihi oleh suaminya” (1:8), atau disebabkan untuk menyaingi pesaingnya “Isteri muda suaminya”, tetapi untuk kemuliaan TUHAN.

Perhatikanlah isi doa Hana:

a. Dengan hati yang sedih dan menangis “hati yang hancur”, tersedu-sedu, ia berdoa kepada TUHAN (1:10) Mzm 51:19

b. Hana “merendahkan hatinya”, “Jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hambaMu dan mengingat dan tidak melupakan” 1:11a)

c. Hana bernazar: “TUHAN berilah saya anak dan saya akan , menyerahkan kepadaMu … (1:11b). Sekali lagi, perhatikanlah ayat 11b “janji atau nazar ini adalah untuk kemuliaan TUHAN, bukan untuk menyakiti hati Penina pesaingnya yang selalu menyakitinya”.

Buatlah jalanMu
dalam saya,
ku tanah liat
Kau Penjunan,
bentuklah aku sesukaMu, aku menunggu
di kakiMu




Iman adalah sebuah investasi “benih yang di tanam” dan berorientasi pada perubahan.


Ada tiga sikap iman:

1. Fight to the finish: Hana terus menerus berdoa. Rasul Paulus memakai istilah “tidak tawar hati” (2 Korintus 4:16). Ketika Mike Tyson bertanding melawan Hollyfield ada sebuah komentar yang menarik dari reporter, yaitu; bukan “How to wun but how the winner is?”

2. Weigh your life, yang mengandung dua arti: a. menimbang, b. membongkar hidup. Arti kedua lebih tepat, “bongkar hidup”. Iman berorientasi pada perubahan “tidak mau berada pada situasi dan kondisi yang lama.” Pengalaman Petrus dalam Matius 14:28-29, “Lord if its you, tell me to come to you on the water.”

3. Focus your eye on Him, arahkanlah mata Anda kepada Dia. (Ibrani 12:2).


Mataku tertuju padaMu, segenap hidupku kuserahkan padaMu,
bimbing aku masuk rencanaMu, untuk membesarkan KerajaanMu, ku mau mengikuti kehendakMu ya Bapa, ku mau selalu menyenangkan hatiMu
(2 Korintus 4:18)


PENUTUP


Sekarang bacalah 1 Samuel 1:18, iman tidak hanya berorientasi pada perubahan tetapi bersedia menunggu waktu Allah:

a. Hana mau makan,

b. Mukanya tidak muram lagi.

Sebelum ke Bait Allah, mukanya muram tetapi setelah ia meletakkan imannya di mezbah Allah, tampil beda. Sekarang bacalah 1 Samuel 1:19a, bagian ini sangat indah. Keesokan harinya, bangunlah pagi-pagi, lalu “sujud menyembah di hadapan TUHAN,” sebelum pulang. 1 Samuel 1:19b “Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.” 1 Samuel 1:20, setahun kemudian mengandunglah dan melahirkan seorang anak laki-laki.

Apa yang Hana lakukan selama satu tahun? Apakah ia putus asa? Jawabnya , tidak! Dan ketika anak itu lahir maka diberinya nama Samuel “Aku telah memintanya dari TUHAN” (1:20). Sekarang bacalah ayat 21-28.

Hana melakukan apa yang ia minta karena anak ini milik TUHAN (nazar, Bilangan 6:5)) dan bukan lagi miliknya. Sekarang perhatikanlah 1 Samuel 2:3,5 dan bacalah 1 Samuel 2:21, “luar biasa bukan?” (Mzm 126:3-5; 55:23; 51:19)


Sumber: catatan kuliah IAT

Rabu, 28 Oktober 2009

Makna Kematian & Kebangkitan Kristus



Pengantar

Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dua puncak dari dua peristiwa yang berbeda, namun tak dapat dipisahkan. Kematian merupakan puncak penderitaan bahkan ketika Yesus dikuburkan, merupakan puncak perendahan yang paling dalam. Sedangkan kebangkitan Kristus merupakan puncak kemenangan dalam karya penyelamatan.

Kebangkitan membuktikan bahwa salib dan kematian Yesus pada jum’at agung, bukanlah tanda kekalahan dan akhir dari riwayat-Nya. Kebangkitan menunjukkan atau menandakan bahwa kayu salib, bukan kayu kematian, melainkan kayu kehidupan. Kebangkitan membuktikan bahwa jum’at agung, bukan jum’at kelabu atau hari perkabungan, melainkan wujud anugrah Allah yang dapat mengatasi masa depan yang kelabu. Kematian dan kebangkitan Kristus memproklamirkan seiap Dia yang sebenarnya dan sebagai doktrin yang fundamental bagi kekristenan. Apakah hikmah dan makna dari kematian dan kebangkitan Kristus? bagaimana agar melalui kematian dan kebangkitan Kristus iman kita ditingkatkan? Apakah dampaknya bagi kehidupan kita?

Hikmah dan Makna Kematian Kristus

Kristus mati untuk orang lain atau sebagai pengganti orang berdosa. Alkitab mengatakan: “Penyakit kita yang ditanggungNya, Dia tertikam karena pemberontakan kita, kejahatan kita ditimpakan kepadaNya” (Yes 53:3-6). “...Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa (Rm 5:6,8)). “Kristus mati karena dosa-dosa kita …” (1 Kor 15:3). “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita” (2 Kor 5:21). ”Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib…” 1 Ptr 2;240. “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita…” (1 Ptr 3:18). Sebelum peristiwa penyaliban, Yesus memberitahukan bahwa Ia datang untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:45).

Kematian Kristus memenuhi semua tuntutan yang Allah kehendaki. Kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah (1 Yoh 3:4). Pelanggaran ini mengakibatkan manusia mati secara rohani (Rm 3:23 Ef 2:1-3) atau putus hubungan dengan Allah (Yes 59:1-2). Walaupun Allah Maha Kasih (1 Yoh 4:8), tetapi Ia juga Allah yang Maha Adil yang menuntut agar dosa diselesaikan dengan tuntas. Namun manusia tidak berdaya untuk menyelesaikan masalah keberdosaannya. Solusinya adalah harus ada pengganti orang berdosa yang tidak berdosa. Dan pengganti satu-satunya yang memenuhi tuntutan Allah adalah Krisatus yang rela mati di kayu salib (Rm 3:25-26). Kematian Kristus juga mendatangkan damai bagi manusia dengan Allah (rekonsiliasi). Melalui kematian Kristus perseteruan antara manusia dengan Allah dapat diatasi (Rm 5:1-2,10-11). Singkatnya, kematian Kristus menciptakan pendamaian. Baik itu dengan Allah, sesame, diri sendiri, maupun dengan alam.

Kematian Kristus merupakan korban penebusan (Mat 20:28 bd. Mrk 10:45). Melalui kematian Kristus, manusia ditebus dari kutuk Hukum Taurat (Gal 3:13) dan ditebus menjadi milikNya (Rm 7:4; 1 Kor 6:19-20). Dengan kata lain bahw akematian Kristus menjadikan orang berdosa menjadi orang benar, yakni dibenarkan atau dianggap benar oleh Allah di dalam Kristus. kita yang percaya kepada Kristus telah memperoleh pembenaran oleh Allah.


Hikmah dan Makna kebangkitan Kristus


Mengapa kebangkitan Kristus itu penting? Alasannya adalah sebagai berikut:
a. membuktikan hakekat diriNya sebagai Allah sejati dan manusia sejati (KPR 2:36),
b. menunjukkan bahwa karyaNya bagi keselamatan manusia tak perlu diragukan, yakni pengorbananNya berkenan kepada Allah (Rm 4:25),
c. KebangkitanNya membuktikan bahwa ia bukan pembohong, sebab ia mengatakan bahwa ia akan bangkit pada hari ketiga dan hal itu tergenapi.

Apakah hikmah dari kebangkitan Kristus? kiebangkitan Kristus ataui dikenal dengan sebutan PASKAH, membawa hikmah bagi kita antara lain:

menyediakan keselamatan bagi manusia sejagat (Kel 12:13,23,27; Ef 2:8-9). Allah tidak menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (2 Ptr 3:9). Walaupun keselamatan disediakan di dalam Kristus bagi semua orang dari segala bangsa, namun keselamatan akan dialami hanya oleh orang yang percaya dan beriman kepada Yesus yang mati di salibkan dan bangkit pada hari yang ketiga dan telah naik ke sorga (Yoh 3:14-18,36; 1 Kor 15:3-4).

Kebangkitan Kristus menjamin kebangkitan kebangkitan orang yang percaya atau beriman kepada Yesus (1 Kor 15:12-17). Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka semua pemberitaan tentang Dia hanyalah sebuah isapan jempol (bohong) belaka, masa depan kita suram dan kekristenan kehilangan keunikannya.

Kebangkitan Kristus membuktikan kekalahan maut atau kematian (1 Kor 15:26,54,55). Jika demikian, maka kematian tidak lagi menjadi ‘momok’ bagi kaum dan pengikut Kristus. bahkan maut atau kematian tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Rm 8:37-38).

Kebangkitan Kristus mendudukkan kita bersama-sama dengan Kristus (Ef 2:4-6). Dengan kata lain, kebangkitan Kristus menjamin kehidupan kita di dunia kebakaan.

Kebangkitan Kristus membawa kita pada posisi yang istimewa. Di tempatkan bersama Kristus merupakan kunci untuk saling menghargai. Hidup bersama Kristus merupakan hidup yang berarti, aman dan sukses.

Peningkatan Iman

Kematian dan kebangkitan Kristus menyediakan keselamatan atau hidup kekal bagi setiap orang dari segala bangsa. Tetapi bagaimanakah setiap orang memiliki keselamatan yang ada di dalam Kristus?

Langkah pertama: menyadari diri bahwa diri sendiri sebagai atau dalam kondisi pendosa (berbahaya) dan bertekad meninggalkan dosa. Contoh: anak yang hilang (Lukas 15:17-21).

Langkah kedua: menyadari bahwa semua usaha untuk menyelamartklan diri adalah sia-sia (Ef 2:8-9). Karena dosa telah merusak manusia secara total, maka segala sesuatu yang diperbuat manusia dalam rangka menyelamatkan dirinya tidak memenuhi syarat yang Allah kehendaki.

Langkah ketiga: menyetujui jalan yang telah Allah tetapkan bahwa keselamatan adalah pemberian Allah di dalam dan melalui Kristus. (1 Ptr 2:24; 3:18 bd. Ef 2:8-9).

Langkah keempat: bersedia membuka hati untuk menerima Yesus sebagai TUHAN dan juruselamat atau memberi diri untuk diterima oleh Yesus (Yoh 1;12). Dan barangsiapa percaya dan menerima Yesus memiliki hidup yang kekal (1 Yoh 5:13 bd. Yoh 5:24; 10:28-30; Rm 5:8-11), dan juga menjadi ciptaan baru (2 Kor 5:17). Yang menjadi pertanyaan adalah: “Apakah saya sudah mengalami empat langkah tersebut?”

Dampak Menerima Kristus Bagi Perubahan Hidup

Kehidupan baru di dalam Kristus mengakibatkan moral dan etika menjadi baik. Hidup yang diperbaharui. Yesus berkata bahwa pohon yang baik, pasti menghasilkan buah yang baik (Mat 7:15-20). Moral yang baik merupakan dampak dari kehidupan rohani yang baik (Ef 2:10).

Percaya dan menerima Kristus dalam hati merupakan syarat mutlak untuk bertaqwa kepada Allah di dalam Kristus. Tetapi, apakah artinya bertaqwa kepada Allah (2 Kor 5:14-15). Ketaqwaan kepada Allah dilakukan melalui pengabdian kita kepada sesama. Dengan kata lain siap menjadi garam dan terang dunia sebagaimana pesan Kristus (Mat 5:13-16).

Singkatnya, hidup di dalam Kristus adalah hidup yang telah mengalami transformasi (Yoh 14:15-17,23), dan sekaligus menjadi transformator bagi dunia di sekeliling kita, baik itu di rumah tangga, tempat tugas atau kerja, lingkungan sekitarnya, dll!





jokes..................................

Tukang Cukur

Seperti biasanya, seorang laki-laki, sebut saja John, datang ke sebuah salon untuk memotong rambut dan jenggotnya. Ia pun memulai pembicaraan yang hangat dengan tukang cukur yang melayaninya. Berbagai macam topik jadi pilihan, hingga akhirnya TUHAN jadi pokok pembicaraan. “Hai Tuan, saya ini tidak percaya kalau TUHAN itu ada seperti yang Anda katakan tadi,” ujar si Tukang Cukur. Mendengar ungkapan itu, John terkejut dan bertanya, “Mengapa Anda berkata demikian?” “Mudah saja, Anda tinggal menengok ke luar jendela itu dan sadarlah bahwa TUHAN itu memang tidak ada. Tolong jelaskan pada saya, jika TUHAN itu ada, mengapa banyak orang yang sakit? Mengapa banyak anak yang terlantar? Mengapa banyak sekali kejahatan dan penderitaan? Jika TUHAN itu ada, tentu tidak ada sakit dan penderitaan. TUHAN seperti apa, yang mengijinkan semuanya itu terjadi…?” ungkapnya dengan nada yang tinggi. John pun berpikir tentang apa yang baru aja dikatakan si Tukang Cukur. Namun, ia sama sekali tidak memberi respon agar argument tersebut tidak lebih meluas lagi. Ketika si Tukang Cukur selesai melakukan pekerjaannya, John pun berjalan ke luar dari salonnya. Baru beberapa langkah ia berpapasan dengan seorang laki-laki berambut panjang dan jenggotnya pun lebat. Sepertinya ia sudah lama tidak pergi ke Tukang Cukur dan itu membuatnya tidak rapi. John kembali masuk ke dalam salon dan kemudian berkata kepada si Tukang Cukur, “Tukang Cukur itu memang tidak ada!” Sang Tukang Cukur pun terkejut dengan perkataan John tersebut. “Bagaimana mungkin mereka tidak ada? Buktinya saya adalah Tukang Cukur. Saya ada di sini dan saya adalah seorang Tukang Cukur!” sanggahnya. John kembali berkata tegas, “Tidak, mereka (tukang cukur) memang tidak ada. Kalau mereka ada, tidak mungkin ada orang yang berambut panjang dan berjenggot lebat seperti contohnya pria di luar itu!” “Ah, Anda bisa saja… Tukang Cukur itu selalu ada di mana-mana. Yang terjadi pada pria di luar itu adalah bahwa dia tidak mau datang ke salon saya untuk dicukur,” jawabnya tenang sambil tersenyum. “ “Tepat!” tegas John, “Itulah poinnya. TUHAN itu ada. Yang terjadi pada umat manusia adalah karena mereka tidak mau datang mencari dan menemui-Nya. Itulah sebabnya mengapa tampak begitu banyak penderitaan dan kejahatan di seluruh muka bumi ini, bukan…?”

Arti dan ruang lingkup keselamatan








Prawacana

Kebanyakan orang Kristen hanya menikmati sebagian saja dari kebahagiaan yang direncanakan Allah bagi mereka. Keselamatan yang menyeluruh (konfrehensif) hanya mungkin dinikmati oleh seseorang yang terbuka terhadap aktifitas Roh Kudus dalam kehidupan sehari-harinya (Roma 8:9).

Ada dua konsep yang kita temukan pada umumnya dalam keyakinan orang “Kristen”. Pertama, ada yang menganggap bahwa percaya kepada Yesus adalah menyangkut soal lahiriah saja “kebahagiaan di sini” (Yoh 10:10).

Dengan perkataan lain, “percaya Yesus” semuanya beres dan tidak ada masalah. Kedua, keselamatan bergantung pada perbuatan. Apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus masih memerlukan daya juang manusia.

Jadi, yang bagaimanakah keselamatan konfrehensif itu? Keselamatan konfrehensif mencakup masa kini dan masa depan atau di kehidupan di sini dan kehidupan di seberang sana. Keselamatan konfrehensif tersebut dapat dijelaskan di bawah dua gugus utama yang disebut: “Keselamatan Yuridis” dan “Keselamatan dinamis.”

A. Keselamatan Yuridis

Yuridis berarti “dari segi hukum” yang menyangkut pengampunan dosa, kepastian tentang keselamatan dan hak kedudukan istimewa (Kolose 1:13).

Pengampunan dosa.
Oleh karena TUHAN Yesus Kristus telah mati tersalib sesuai dengan firman Allah (1 Korintus 15:3-4), demi segala dosa kita, maka kita tidak di hukum lagi (Yohanes 5:24; 1 Petrus 2:24; Yohanes 11:25).

Kepastian telah selamat.
Allah adalah Allah Maha Adil dan tidak pernah ingkar janji, maka kita dapat berpegang pada janji-janjiNya tanpa ragu-ragu. Segala “ucapan moga-moga” atau “mudah-mudahan” perlu disingkirkan dalam sikap atau keyakinan seorang pemercaya atau dari mulut bibir seorang Kristen (Yoh 3:36; 8:36; 1 Yoh 5:11,13; Roma 8:9-11; Efesus 1:13,14).

Kedudukan baru.
Karena percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, maka setiap pemercaya telah diangkat (diadopsi) menjadi anak-anak Allah. Orang yang dulu najis diubah menjadi orang kudus. Dari segi yuridis, pengudusan tidak menyangkut sifat atau pembawaan, melainkan relasi dengan Allah (Efesus 2:1-10; 1 Petrus 3:18).

B. Keselamatan Dinamis

Gambaran lengkap dari keselamatan harus termasuk suatu DINAMIKA untuk masa kini atau di sini. Dinamika iman, dimungkinkan oleh wujud keselamatan. Wujud itu adalah bahwa setiap orang yang percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, menerima dan bahkan didiami oleh Roh Kudus. Definisi yang disebut orang Kristen seharusnya adalah orang yang didiami Roh Kudus (1 Kor 6:19-20; Rm 8:9-11). Kehadiran Roh Kudus adalah Perjanjian Bapa dan Perjanjian TUHAN Yesus Kristus (KPR 1:4,8; Yoh 14:17), yang diterima ketika seseorang membuka dirinya kepada karya yang telah dikerjakan oleh TUHAN Yesus Kristus (KPR 4:12; 19:2; Yoh 1:12). Kekayaan keselamatan itu dapat dinikmati dalam lima aspek khusus, yaitu:

Aspek Teologis.
Orang Kristen diijinkan bersekutu dengan Allah (Ibr 10:19-25). Relasi ini adalah suatu persekutuan komunikatif (Rm 8:14-16;26-27), di mana DOA lebih bermakna dari pada “sembahyang” yang bersifat ritualisme atau upacara semata-mata, walaupun hal ini juga perlu untuk membangun persekutuan dengan saudara seiman yang lain. Dalam dinamika teologis ini kita dibuat dapat mengerti Firman Allah (Yoh 3; 1 Kor 2; Yoh 7:17). Kemampuan mengerti ini dan semua aspek-aspek dinamis merupakan potensi melalui pembaharuan yang disebut “lahir baru” atau “ciptaan baru” (2 Kor 5:17), yaitu berlaku sejak kita membuka diri terhadap apa yang dikerjakan oleh TUHAN Yesus Kristus. Orang yang belum selamat sukar mengerti Alkitab karena sarana intelek mereka adalah potensi secara lahiriah semata-mata atau potensi yang tersumbat dosa. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani (1 Kor 2:14).

Aspek Nousis.
Dalam bahasa Yunani, NOUS berarti akal budi. Relasi baru dengan Allah (Aspek Teologis) merupakan sumber dari segala dinamika iman. Intelek yang dibaharui merupakan potensi untuk mengerti kehendak Allah (KPR 18:9-10). Artinya, melalui pemekaan akal budi, seorang pemercaya mengenakan kacamata baru di mana dunia ini dilihat dari segi prespektif yang baru. Dengan kata lain, bahwa cara berpikirnya pun juga harus baru. Keselamatan membawa pikiran yang terang dan jernih (Mrk 5:15; Ibr 8:10). Dengan percaya kepada TUHAN Yesus Kristus dan taat kepada kehendak Allah. Melalui firman Allah kita dapat lebih mengerti alam semesta maupun ruang lingkup hidup. Interaksi “komunikatif” dengan Allah, berdampak luas dalam mengimplementasikan iman kepada semua aktifitas kita termasuk relasi dengan orang lain. Daniel adalah contoh klasik. Karena beliau bertekad taat kepada hukum Allah, maka Allah menganugerahkan kepadanya sepuluh kali lebih daripada keahlian para dosennya, “pengajarnya” (Daniel 1:8,17,20).

Aspek Sosiologis.
Yang dimaksud dengan “Aspek Sosiologis” adalah relasi seorang pemercaya dengan orang lain, dan dengan seluruh lingkungannya. Seorang yang telah diampuni oleh TUHAN Yesus Kristus, harus rela mengampuni orang lain (Mat 6:12,18,21-35). Dengan demikian hubungan yang retak dan rusak berubah menjadi persekutuan yang manis. Alkitab memberikan beberapa syarat untuk menyelesaikan masalah-masalah sosiologis (1 Yoh 1:7; Mat 18:15-20).

Aspek Psikologis.
Pembaharuan psikologis dalam Kristus berlangsung melalui dua tahap. Pertama, “lahir dari atas” (palingenesis, Titus 3:5). Kedua, “Penyerahan diri” (Rm 6:13; 12:1-2). Kelahiran dari atas “kelahiran baru” membawa pemekaan terhadap “hati kecil” atau “hati nurani” (baca: roh) agar kita dapat membedakan yang baik dan jahat.

Pembaharuan psikologis ini berkembang secara bertahap, seiring kepekaan dan ketaatan kita terhadap firman Allah. Biasanya, pembaharuan psikologis membawa perubahan pada watak, yang arah perubahannya terlihat jelas melalui buah roh (Galatia 5:22-23). Beberapa contoh dari pembaharuan ini adalah orang yang angkuh berubah menjadi rendah hati, rasa takut berubah menjadi ketenangan (Filipi 4:6-7), dan orang yang rendah diri “merasa tidak bernilai” menjadi bernilai karena Roh Kudus memberi penghiburan baginya. Inilah yang disebut dengan iman yang transparan dalam tindakan.

Aspek somatis.
Kata “soma” dalam bahasa Yunani berarti “tubuh manusia.” Yang dimaksud dengan keselamatan somatis bukanlah sekedar kebangkitan tubuh, tetapi pada umumnya orang Kristen lebih sehat daripada orang lain. Orang Kristen memiliki damai atau ketenangan batiniah. Suasana batin sangat mempengaruhi kesehatan tubuh. Beberapa penyakit yang sering disebut sebagai gangguan “psikosomatis” seperti sakit maag, radang kulit dan TBC biasanya diderita oleh orang yang mengalami tekanan jiwa.

Ketenangan batin mempengaruhi keseimbangan hormon. Di samping memberi beberapa pengaruh langsung seperti di atas, ketidak-seimbangan hormon mengurangi daya tahan terhadap infeksi pada umumnya. Sebaliknya, orang yang tenang jiwanya, maka anggota tubuhnya dapat berfungsi dengan normal. Tidak kebetulan Yakobus 5, menegaskan bahwa orang sakit untuk memanggil majelis atau penatua gereja (baca: rohaniawan) dari dalam dan bukan orang luar. Adakalanya gangguan kesehatan itu disebabkan oleh pengertian yang keliru (nousosomatis) atau sikap membenci (pneumasomatis), yang hanya dapat diselesaikan di bawah pembinaan sesepuh gerejanya yang mengenal seluk-beluk hidup orang tersebut.


C. Syarat-Syarat untuk Memiliki Aspek Dinamika Iman


Keselamatan yang dimaksud di atas, yang demikian itu tentunya ada syaratnya. Oleh sebab itu, ini yang harus dikerjakan oleh seseorang yang mau memiliki keselamatan:

Seseorang harus menyambut TUHAN Yesus untuk mendiami hatinya (Yohanes 1:12). Kehadiran Roh Kudus (Aspek Yuridis) mencelikkan mata rohaninya dan memampukannya untuk menjalankan pola hidup baru (Aspek Dinamis), yang berbeda dari kehidupan sebelumnya, bahkan mengejutkan orang-orang diseputar hidupnya (Kisah Para Rasul 5:13).

Roh Kudus perlu diberi kesempatan seluas-luasnya “tanpa batas,” sehingga tidak ada ruang hampa. Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh (Galatia 5:16,18,25).

Dengan perkataan lain, Roh Kudus memiliki seluruhnya dan mengatur seluruh aspek kehidupan kita termasuk intelektual kita melalui beberapa tuntutan:
a. Apa yang kita pikirkan. Alkitab menegaskan bahwa pola hidup baru (aspek dinamis) berbeda dengan sebelumnya. Bacalah Efesus 4:17-25.
b. Cara berpikir. Berpikir secara rohani “dipimpin oleh Roh”. Roma 8 membandingkan dua cara berpikir rohani dengan cara berpikir duniawi (daging).
c. Pemikiran Baku. Sabda Allah (baca: Alkitab) adalah dasar dari semua pemikiran atau usaha kita, dalam segala bidang termasuk bidang pengetahuan (science). Apa saja yang bertentangan dengan Alkitab haruslah ditolak. Artinya, Alkitab berdaulat penuh atas seluruh aspek hidup seorang pemercaya (1 Korintus 2:14).

sumber: Prof. Dr. W. Steanly Heath (catatan kuliah IAT)




Salib Yesus Mengandung Banyak Segi
(Allan Walker)

Pada jaman gereja mula-mula, tekanan khotbah atau pewartaan Injil adalah “Kristus mati untuk dosa-dosa kita (1 Korintus 15:3-4). Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Galatia menegaskan sikap yang senada, yaitu: “tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib TUHAN kita Yesus Kristus” (Galatia 6:14). Di sepanjang masa, di setiap generasi (baca: dari abad ke abad), pria dan wanita, berlutut dan dengan hati yang hancur di kaki salib Kristus, sambil mengucap syukur dan menerima anugerahNya melalui karya salib. Sejak semula, para pemikir Kristen (bapa-bapa gereja atau para teolog), telah berusaha untuk membuka tabir kematian TUHAN Yesus dan memahami makna salib bagi manusia.

Menurutnya, ada lima prinsip utama yang harus diperhatikan jika seseorang ingin membentuk teori salib, yaitu:

Penjelasan apapun tentang salib TUHAN Yesus Kristus haruslah menghormati Allah. Salib adalah karya Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, tidak ada satu teori atau pengajaran apapun yang memisahkan antara Allah dengan AnakNya Yesus Kristus. Salib harus menyatakan dan bukan mengaburkan wajah Allah.

Dalam penafsiran apapun tentang salib, pikiran TUHAN Yesus merupakan yang terpenting. sikapNya terhadap kematianNya di kayu salib dan menerima salib sebagai suatu jalan melayani Allah BapaNya dan satu-satunya untuk menyelamatkan manusia (1 Petrus 2:24) bdk. Filipi 2:6-11). Karena itu, kembali ke tema Yesaya 53 untuk menemukan inti salib (bacalah : Yesaya 53:3,4,5,12 bdk. Markus 9:12; Matius 20:28).

Setiap penafsiran tentang salib TUHAN Yesus haruslah diingat bahwa keselamatan yang ditawarkan oleh diriNya harus dipandang dari seluruh kehidupan dan pelayananNya.

Inti salib TUHAN Yesus terdapat tuntutan moral dan etis yang luar biasa. Salib TUHAN Yesus adalah tindakan penyelamatan dari Allah Yang Maha Kuasa bagi kita. Pesan salib bersifat horizontal dan vertikal.

Kekuatan rohani yang kita miliki dari salib TUHAN Yesus berasal dari Kristus sendiri (baca: kesediaanNya mati bagi kita), dan bukan dari doktrin manapun atau teori manapun tentang penebusan. Artinya, salib TUHAN Yesus terletak pada diriNya dan tidak ada satupun dari doktrin salib yang menyelamatkan.



sumber: lembar bahasan isu-isu guys counseling center lampung

The five languages of love




















Pengantar

Bahasa Kasih merupakan unsur penting dalam membina hubungan yang harmonis antara suami-isteri, orang tua dan anak.

Anak-anak yang merasa dikasihi orang tua mereka dan sebayanya akan mengembangkan.

Bahasa Kasih emosional berdasarkan konstruksi psikologis mereka yang unik dan cara bagaimana orang tua mereka dan orang-orang penting lain mengungkapkan rasa sayang mereka kepada mereka.


LIMA BAHASA KASIH

Di dalam inti eksistensi manusia terdapat hasrat untuk bergaul intim dan dicintai oleh orang lain. Kebutuhan emosional akan kasih, bagaimanapun, bukan merupakan sekedar fenomena masa kanak-kanak. Kebutuhan itu mengikuti kita ke dalam masa dewasa dan perkawinan kita. Tatkala hal ini tidak terpenuhi, maka akan membuat seseorang mengalami “tangki emosi yang kosong.” Hal ini merupakan hasil dari pola asuh orang tua sejak masa kanak-kanak dan bahkan sejak janin dalam kandungan ibunya.

Orang yang sedang “jatuh cinta” mempunyai ilusi bahwa kekasihnya adalah sempurna. Ibunya bisa melihat kekurangan-kekurangan orang itu, tetapi yang sedang dibuai itu sama sekali tidak bisa melihat apa-apa. Orang-orang yang sedang jatuh cinta akan kehilangan minat untuk mengejar hal-hal lain. Itulah mengapa kita menyebutnya “obsesi.”

Pengalaman “jatuh cinta” (baca: ilusi) tidak terfokus pada pertumbuhan kita sendiri atau pada pertumbuhan dan perkembangan orang lain. Sesungguhnya, pengalaman itu memberi kita perasaan bahwa kita telah sampai pada tujuan.

Kasih dan cinta itu memerlukan usaha dan disiplin. Itulah pilihan yang memerlukan energi dalam suatu usaha demi kebaikan orang yang kita cintai, mengetahui bahwa jika kehidupan dia dibahagiakan oleh usaha kita, maka kita pun menemukan perasaan puas. Kepuasan ini bisa terjadi karena kita dengan tulus telah mencintai seseorang.


Bahasa Kasih # 1: KATA-KATA PENDUKUNG

Salah satu cara untuk mengungkapkan emosi kasih sayang ialah dengan menggunakan kata-kata pendukung. Psikolog William James mengatakan bahwa kebutuhan paling mendalam manusia ialah kebutuhan untuk merasa dihargai. Contoh: “Terimakasih pa, sebab papa telah melakukan pekerjaan dengan tanpa mengeluh untuk kami.”

Sasaran cinta bukanlah mendapat sesuatu yang Anda inginkan, tetapi melakukan sesuatu untuk kebahagiaan orang lain yang Anda cintai. Tetapi, ke- nyataannya adalah bahwa apabila kita menerima kata-kata yang mendukung kita, maka kemungkinan besar akan lebih termotivasi untuk memberi respon yang sama. Membesarkan hati memerlukan empati, maka berikanlah pujian. Pujian pertama adalah pujilah dengan penuh ketulusan dan kedua pujilah secara spesifik. Selanjutnya, kasih tidak akan pernah menyimpan daftar catatan dari kesalahan-kesalahan. Cinta tidak mengungkit-ungkit kegagalan-kegagalan masa lalu. Dan kasih itu selalu memberi.


Bahasa Kasih # 2: SAAT-SAAT MENGESANKAN

Aspek utama dari saat-saat mengesankan adalah kebersamaan. Kebersamaan itu dapat diartikan dengan Love adalah Time adalah Work. “Orang yang mencintai tidak mungkin tidak dapat menyediakan waktunya untuk orang yang dicintainya, dan orang yang mencintai tidak hanya menyediakan waktu untuk orang yang dicintainya tetapi juga harus melakukan sesuatu untuk orang yang dicintainya.”

Saat-saat mengesankan bukan berarti bahwa kita harus menghabiskan saat-saat kebersamaan kita dengan menatap tanpa henti, namun kita sedang melakukan sesuatu bersama dan bahwa kita sedang memberi perhatian sepenuhnya kepada orang di depan kita. Yang penting dari segi emosi ialah bahwa kita sedang menghabiskan waktu yang dipusatkan pada satu dengan yang lain, -kebersamaan.

Saat-saat mengesankan diungkapkan melalui percakapan yang mengesankan pula, yaitu dialog simpatik, di mana dua orang berbagi pengalaman, pikiran, perasaan dan hasrat mereka dalam suatu konteks yang ramah dan tidak terputus-putus. Kata-kata pendukung dipusatkan pada apa yang sedang kita katakan, sedangkan percakapan mengesankan dipusatkan pada apa yang kita sedang dengar.

Satu cara untuk belajar pola baru adalah menentukan waktu berbagi tiap hari di mana Anda masing-masing berbicara mengenai tiga hal yang terjadi pada diri Anda hari itu dan bagaimana perasaan Anda mengenai kejadian tersebut. Selain Bahasa Kasih, dasar dari saat-saat mengesangkan, masih ada satu dialek yang disebut aktivitas mengesankan; tujuannya adalah mengalami sesuatu bersama, dan setelah selesai mengalaminya, Anda mendapatkan perasaan, “Aku peduli padanya,” dan “Ia peduli padaku.”


Bahasa Kasih # 3: MENERIMA HADIAH-HADIAH

Pemberian itu merupakan symbol pikiran kita. Hadiah merupakan ungkapan kasih yang nyata dan terlihat dan teralami oleh seseorang yang menerima hadiah. Bagi yang telah menikah, jika Bahasa Kasih primer pasangan Anda merupakan menerima hadiah, maka Anda dapat menjadi pemberi hadiah yang piawai. Sesungguhnya, inilah salah satu Bahasa Kasih yang paling mudah dipelajari. Namun ingat, hadiah-hadiah tidaklah menggantikan kasih sejati kita; yaitu waktu berkwalitas yang kita berikan, pelayanan, kata-kata dukungan atau sentuhan. Ada satu pemberian yang tidak dapat diraba, tetapi bergema lebih nyaring dari pada pemberian yang bisa dipegang tangan, yaitu pemberian diri Anda. Kehadiran fisik di saat kritis merupakan hadiah yang paling berharga.


Bahasa Kasih # 4: PELAYANAN

Masing-masing setiap hari kita harus memutuskan untuk mencintai atau tidak mencintai sama sekali. Salah satu bentuk bahwa kita mencintai adalah dengan rela melayani. Perbuatan itu membutuhkan pemikiran, perencanaan, waktu, usaha, dan energi. Jika dilakukan dengan semangat positif, maka tindakan-tindakan itu sungguh merupakan pengungkapan cinta dan kasih. Apa yang pernah kita lakukan satu akan yang lain sebelum menikah, itu bukanlah petunjuk dari apa yang kita akan lakukan setelah menikah. Mempelajari Bahasa Kasih pelayanan akan memerlukan usaha dari kita untuk memeriksa kembali keseimbangan peran kita masing-masing.


Bahasa Kasih # 5: SENTUHAN FISIK

Sentuhan fisik merupakan wahana yang luar biasa untuk menyampaikan cinta. Baik itu antara suami dan isteri dan termasuk hubungan dalam keluarga. Sentuhan fisik bukan dilakukan dalam pacaran, jika ini Anda lakukan sebelum menikah, maka Anda sedang “memakai” dan “memanfaatkan” (baca: melecehkan) teman kencan Anda.

Sentuhan fisik bisa membuat atau menghancurkan hubungan. Sentuhan fisik bisa menyampaikan perasaan benci atau cinta. Jika bahasa primer pasangan Anda adalah sentuhan fisik, tidak ada yang lebih penting dari pada memeluknya sementara ia menangis, demikian juga yang diharapkan anak-anak dari orang tuanya. Dalam saat krisis, lebih dari apapun, kita perlu merasa dicintai. Kita tidak bisa selalu merubah kejadian, tetapi kita bisa mengatasinya jika kita merasa dikasihi. Krisis menyediakan kesempatan unik untuk mengungkapkan rasa cinta Anda.


sumber: Dr. Gary Chapman, The Five Languages of Love.

Seorang anak yang tidak pernah mendapat kasih, maka pada masa dewasa ia tidak akan pernah bisa mengasihi.

Rencana Allah di Balik Kesulitan Umat-Nya







(Keluaran 17:1-7)




Introduksi

TUHAN senantiasa menyertai, memimpin dan melindungi umat-Nya dalam segala situasi (Keluaran 13:21,22). Ia juga membela ketika mereka mendapat tekanan politik (Keluaran 14:1-13), menghadapi ganasnya alam (Keluaran 14:15-31), maupun krisis ekonomi (Keluaran 16).

Setelah umat TUHAN mengalami bagaimana campur tangan Allah yang nyata dalam berbagai aspek kehidupan mereka, maka mereka menapaki kehidupan yang berpusat pada kehendak Allah (...berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan sesuai dengan titah TUHAN… ay.1). Namun demikian mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan vitalnya, yaitu air karena mereka sedang berkemah di padang gurun. Tapi mengapa umat TUHAN yang hidupnya berpusat pada kehendak Allah mengalami kesulitan? Apa maksud TUHAN dibalik kesulitan umat-Nya? Mari kita coba mencari jawabnya.

Rahasia di balik Kesulitan

1. Membongkar dosa yang tidak kelihatan (ay. 2-3).

Dosa yang tidak kelihatan sangat berbahaya bagi kehidupan umat TUHAN, karena sering kali tidak disadari. Tetapi TUHAN tahu dan karena itu TUHAN ingin membongkar dan menunjukkannya, agar umat-Nya terus bertumbuh dalam pengenalan akan Pribadi-Nya. Dosa-dosa itu antara lain:

A.Bergantung kepada manusia.
“Jadi mulailah mereka bertengkar dengan Musa… Berikanlah air kepada kami…”. Hal ini menunjukkan bahwa umat TUHAN lebih mengandalkan Musa daripada TUHAN. Mereka beranggapan bahwa segala masalah yang menimpanya adalah tanggungjawab Musa.

B. Mencobai TUHAN.
Ketika bangsa itu merengek-rengek dan bahkan bertengkar dengan Musa karena kehabisan air. Musa menjawab mereka, “Mengapakah kamu mencobai TUHAN?”. Apa sebabnya Musa berkata demikian? Karena ia tahu bahwa TUHAN pasti hadir dan bertindak menolong umat-Nya, sebagaimana sudah terbukti di masa-masa sebelumnya. TUHAN tidak pernah terlambat menyelesaikan masalah bangsa Israel, namun mereka lupa sehingga mereka mengatakan, “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” (ay.7).

C. Bersungut-sungut.
“...bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa…”. Kata “bersungut-sungut” dipakai istilah LIYN (bhs. Ibrani) yang artinya berprasangka buruk. Jadi bangsa itu berprasangka buruk kepada Musa ketika menghadapi masalah. Dosa seperti inilah yang ingin dibongkar oleh TUHAN dalam kehidupan umat-Nya.

D. Dosa ingin kembali pada pola hidup lama (Mesir).
Bangsa Israel berkata kepada Musa, “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir…?” ketika umat TUHAN menghadapi tantangan dalam mengikuti kehendak-Nya, mereka tidak sadar bahwa TUHAN sedang mendewasakan karakter mereka, tetapi mereka tidak mau bersusah-susah sehingga bersungut-sungut dan ingin kembali ke Mesir (gambaran hidup di bawah perbudakan dosa).

E. Mencurigai.
“Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka mencurigai Musa dan menuduh Musa akan membunuh sampai dua generasi Israel bahkan sampai ternak-ternaknya.

Kecemasan ibarat kursi goyang. Ia memberikan pada Anda sesuatu untuk dilakukan, tapi tidak membawa Anda ke mana-mana


2. TUHAN melatih kita berdoa (ay.4).
“Lalu berserulah Musa kepada TUHAN…” Ketika Musa sedang berseru kepada TUHAN, orang-orang Israel justru bersiap-siap untuk merajam Musa. Tapi Musa tidak terpengaruh oleh teror itu. Ia menetapkan hatinya untuk berseru (berdoa) kepada TUHAN. Musa tidak panik sebab TUHAN telah melatih Musa untuk berdoa dalam segala situasi dan kondisi. Ketika keadaan di sekeliling kita kacau dan tidak menentu, apa yang kita lakukan?

3. TUHAN melatih kita untuk mendengarkan Firman-Nya (ay.5).
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa…” Ketika TUHAN berfirman kepada Musa untuk menyelesaikan kesulitan, keadaan orang-orang Israel justru tidak terkendali. Namun Musa menetapkan hatinya untuk mendengarkan Firman TUHAN. Bagi Musa Firman TUHAN yang benar adalah Firman Kebenaran. Dalam hal ini kebenaran Allah adalah mutlak dan absolute, “Di atas segalanya di dunia memerlukan Firman TUHAN.” Inilah transparansi iman yang harus nyata dalam hidup orang Kristen.

4. Cara menyelesaikan kesulitan (ay. 5-6).

Setiap maslah pasti ada jalan keluarnya dan ini dimungkinkan jika orang menetapkan hatinya untuk berdoa dan peka terhadap suara TUHAN. Ada lima (5) hal penting yang perlu diingat ketika menghadapi kesulitan:

Jangan lari dari persoalan atau masalah.
“Berjalanlah di depan bangsa itu…”. TUHAN menyuruh Musa untuk berjalan di depan bangsa itu, artinya supaya Musa tidak lari dari persoalan. Hanya orang yang berani menghadapi persoalan yang akan dipakai TUHAN untuk menyelesaikan masalah atau persoalan.

Mempererat persekutuan dan kebersamaan.
“...bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara tua-tua Israel…”. TUHAN menyuruh Musa untuk melibatkan tua-tua Israel (orang yang memiliki kualitas rohani, karakter dan organisasi) untuk menyelesaikan masalah. Ini menunjukkan bahwa TUHAN menghendaki penyelesaian adalah tanggungjawab bersama dengan jalan mempererat persekutuan dan kebersamaan.

Mengandalkan kuasa TUHAN.
”...bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kau pakai memukul sungai Nil…”. Tongkat Musa melambangkan kuasa TUHAN yang sudah terbukti sanggup menyelesaikan setiap persoalan umat TUHAN apapun, kapanpun dan dimanapun berada.

Kehadiran TUHAN.
“Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu…”. Hal ini menunjukkan bahwa Allah hadir di tengah-tengah kepanikan umat-Nya. TUHAN hadir bukan hanya sekedar menonton, tetapi bersama-sama dengan umat-Nya menyelesaikan kesulitan. Karena itu kehadiran TUHAN sangat menentukan keberhasilan kita dalam mengatasi segala persoalan.

Ketaatan kepada perintah TUHAN.
“...Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.” Semua perintah TUHAN dilaksanakan dengan segenap hati oleh Musa tanpa reserve, meskipun menghadapi ancaman. Komitmen Musa untuk mentaati Firman TUHAN membuat segala persoalan terselesaikan. Berbagai kesulitan dan masalah yang harus kita hadapi bukanlah kutuk, melainkan sarana untuk menyatakan kasih setia, keadilan dan kebesaran TUHAN.



Singkirkan ambisi-ambisi Anda yang kecil

Dibandingkan dengan keberadaan kita nantinya, kita hanyalah setengah sadar. Kita tidak bergairah, lembaran hidup kita penuh dengan coretan. Kita hanya memanfaatkan sebagian kecil dari sumber daya dan mental dan jasmani kita.

Setiap prestasi gemilang yang benar-benar bermanfaat memiliki sebuah label harga.

Singkirkanlah ambisi-ambisi Anda yang kecil! Percayalah kepada Allah yang besar; ingatlah bahwa ALLAH TERLEBIH BESAR!

Pakaian tidaklah selalu menampilkan keadaan seseorang yang sesungguhnya. Mungkin hanya mewakili sebagian kecil dirinya.


Pemanfaatan Peluang atau Kesempatan.

Masa kanak-kanak: tidak ada tenaga, tidak ada uang, tetapi banyak waktu.
Masa remaja-pemuda: ada banyak tenaga, ada banyak waktu, tetapi tidak ada uang.
Masa dewasa: ada banyak tenaga, ada banyak uang, tetapi tidak ada waktu.
Masa tua: ada banyak waktu, ada banyak uang, tetapi tidak ada tenaga lagi.


Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia

(Filipi 1:29)




Perubahan sikap kita merupakan sebuah resiko terbesar dalam mencapai kemaksimalan.

Penyakit-penyakit sikap itu adalah:

Kelalaian: Perampas kemenangan Anda.

Ketidaktegasan: Pencuri kesempatan terbesar Anda.

Kehidupan Petualangan: Kehidupan yang dipenuhi dengan banyak keputusan (baik-buruk).
Keragu-raguan: Salah satu yang terburuk adalah keragu-raguan terhadap diri Anda sendiri.

Kekuatiran: Pembunuh yang sesungguhnya. Kekuatiran dalam tahap akhir dapat mengurangi apa yang Anda harapkan. Hal ini mengakibatkan masalah kesehatan-keuangan Anda.

Sikap hati-hati yang berlebihan. Beberapa orang tidak akan pernah memiliki lebih banyak, sebab mereka terlalu berhati-hati, terlalu takut, sehingga terlalu proteksi diri tanpa melihat penyertaan TUHAN dalam hidupnya. Dengan kata lain meragukan firman TUHAN yang tertulis dalam Alkitab.


Solusi terhadap penyakit-penyakit sikap

Kelalaian: Bergembiralah tentang segala sesuatu dan tempatkanlah diri Anda pada satu arah dan bergeraklah ke arah itu, ‘focus’. Bersemangatlah! Mulailah mencurahkan segala sesuatu yang Anda miliki ke dalam semua yang Anda lakukan!

Ketidaktegasan: Jangan hanya berdiri di sana… Lakukanlah sesuatu! Singkirkanlah hal-hal yang tidak penting dan bertindaklah!

Keraguan: Jangan pikirkan perkara-perkara yang terlalu tinggi! Berpikirlah secara realistis tentang kekuatan, kemampuan, karunia dan talenta Anda. Taruhlah kepercayaan Anda pada kemurahan Allah yang di anugerahkan pada setiap kita. Gunakanlah karuniamu secara maksimal!

Kekuatiran: Firman Allah akan memberikan rasa tentram jika kita mau mempercayai apa yang dikatakan-Nya pada kita (1 Petrus 5:7). Serahkanlah masalahmu pada kaki Yesus! Keuntungan yang nyata adalah bahwa Anda memperoleh kelegaan dan terhindar dari sebuah penyakit.

Sikap terlalu hati-hati inilah sindrom ‘Bagaimana jika’. Apakah Anda pernah ada di sana? 95 % kekuatiran “tidak akan pernah” terjadi. Berani menanggung resiko dan menerima tantangan yang melebihi kemampuan Anda untuk memberikan hasil.



sumber: lembar bahasan isu-isu guys counseling center lampung

PASUTRI sebagai Tim dalam Pelayanan







Dasar Pelayanan PASUTRI

1 Timotius 3:11, isteri-isteri (ay.8-10,12) dan penilik jemaat (ay.1-7) yang melayani bersama suami yang melayani bersama suami (ay.13). Kuasa (kepemimpinan, tanggung jawab) menata ciptaan Allah diserahkan kepada laki dan wanita (“supaya mereka berkuasa,” Kejadian 1:26), karena kedua-duanya “segambar dengan Allah (Kejadian 1:26-28).

Bandingkan dengan Priska (Priskila) dan Akwila yang disapa sebagai teman sekerja Paulus dalam pelayanan (Roma 16:3). Mereka menampung Paulus (Kisah Para Rasul 18:2); menyertai perjalanan Paulus (mungkin membiayai Paulus) (ay.18,19); merevisi ajaran Apolos (Kisah Para Rasul 18:26); (2 Timotius 4:19;18,19,26; Roma 16:3; 1 Korintus 16:19); menyediakan rumah sebagai “gereja”, tempat ibadah atau persekutuan (Roma 16:5; 1 Korintus 16:9).

Perana dan dukungan unik isteri (bdk. Kej 2:18,20), yang tidak dapat diberikan oleh sesame rekan lelaki dalam pelayanan. Secara khusus, dukungan menghadapi lawan jenis yang secara kodrati memiliki perbedaan dengan lelaki (perbedaan sosio-psikologis, perbedaan komunikasi). Sebaliknya, perempuan pun memerlukan perhatian dan “perlindungan” yang tidak dapat atau tidak boleh diberikan oleh lelaki lain, kecuali suaminya sendiri.

Sekalipun suami ditetapkan oleh Allah sebagai kepala dalam keluarga dan dalam ibadah, namun sebaliknya, bahwa suami pun tidak dapat hidup sendiri dan melayani sendirian. Ia memerlukan penolong sepadan. Isteri adalah “contoh unik, spsifik, istimewa” (Kejadian 2:17) dari hal-hal “baik” dalam Kejadian 1 (ay. 4:terang; 10:darat dan laut; 12: tetumbuhan, pepohonan buah; 18: benda-benda penerang di cakrawala, matahari, bulan, bintang; 21: mahkluk laut dan burung di udara; 25: binatang-binatang darat dan ternak; 31: sungguh amat baik. Kesegambaran Allah dalam diri manusia yang ditampilkan dalam Kejadian 1 ditampilkan kembali dalam analogi kesegambaran suami isteri (Adam-Hawa) dalam pasal 2 (bdk. Efesus 5:31-32).

“Ditempatkan” (wayyasem, Kejadian 2:8) dan “ditempatkan” (wayyanihehu, 2:15): “rest” (istirahat) dan “safety” (aman), - Allah “memasukkan” manusia ke dalam taman agar manusia “sentausa” dan “aman” di hadapan Allah, di mana ia dapat bersekutu dengan Allah (Kejadian 3:8). Dengan mengembalikan kata ganti feminism dalam Kejadian 2:15 (-nya) (dan bukan mengubahnya menjadi maskulin singular), maka l’ obdah ul’ somrah yang diterjemahkan sebagai “mengusahakan dan memelihara” dapat diterjemahkan (ulang) menjadi “to worship and obey”. Manusia ditempatkan di taman Eden bukan hanya untuk menjadi tukan kebun, melainkan untuk menjadi imam (Wahyu 22:1-5, puncak pemulihan taman Eden, pemulihan ibadeah secara paripurna).

Jemaat sebagai Keluarga Allah

Jemaat adalah keluarga Allah (1 Timotius 3:15), oleh karena itu, maka pelayanan menurut adanya pelayan yang menampilkan teladan hidup keluarga (ay.1) dan teladan “manajemen” keluarga. Pelayanan itu sendiri merupakan “manajemen” rumah Allah (Titus 1:7).

Salah satu cirri “roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan” (1 Timotius 4:3) ialah “melarang orang kawin” (ay.3); dengan demikian menyangkali syarat pelayanan yang Allah tetapkan (salah satu syarat utama dalam pemilihan atau penentuan majelis “tua-tua” gereja ialah: kehidupan rumah tangga yang benar; 1 Timotius 3:4,5; Titus 1:6-7).

Jika peneladanan dan pengorbanan merupakan dasar otoritas dalam pelayanan, maka pasutri yang saling melayani dan menopang dalam keluarga, akan “berbicara” lebih efektif dalam pelayanan jemaat. Jemaat yang terdiri dari berbagai orang dan berbagai “kebiasaan,” bisa menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan-perbedaan (baik sebagai lelaki-perempuan maupun sebagai suami-isteri, atau bapa-ibu) dapat ditangani secara kreatif dan produktif (alih-alih negatif-destruktif). Semakin benar (sesuai kehendak Allah) kesatuan kehidupan rumah tangga pasutri yang bertugas sebagai tua-tua dan diaken, maka semakin ringan ringan energi “terkuras” untuk “mengurusi” jemaat (kepemimpinan aras “level” atas berpengaruh langsung kepada kondisi kepemimpinan level bawah dan atau para “pengikut”).

Bagaimana memperkaya pelayanan Tim Pasutri

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat melihat bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita berterimakasih, namun rasa terimakasihlah yang membuat kita bahagia

Persekutuan keluarga yang berdasarkan Alkitab dan menggumuli terus-menerus Firman Allah (bd. 1 Timotius 5:18; 2 Timotius 3:16; 4:4). Tim berkembang dan semakin “sempurna” lewat belajar dan belajar. Bahkan, tugas utama majelis adalah peranan sebagai nara sumber (bd. Kisah Para Rasul 6; Efesus 4:11-), bukan sebagai “opas” gereja.

Pasangan hidup (isteri terhadap suami dan sebaliknya, suami terhadap isteri) merupakan “top priority” (prioritas utama) dalam pelayanan. Pelayanan terhadap isteri atau terhadap suami harus diutamakan lebih dari pelayanan kepada anak, jemaat dan orang tua. Maksudnya adalah bahwa laki-laki adalah diberikan mandate sebagai pemimpim (sebagai pengambil setiap keputusan dalam keluarga) dan menempatkan posisi perempuan pada posisi yang sebenarnarnya, -”penolong sepadan.” Keluarga menjadi contoh tertib hidup; ketika suami dipulihkan, maka istri ikut dipulihkan. Jika suami-isteri dipulihkan, maka anak pun ikut dipulihkan. Jika keluarga keluarga dipulihkan, maka kota pun ikut dipulihkan. Dan jika kota sudah dipulihkan, maka bangsa pun akan mengalami pemulihan (transpormasi).


Sewaktu Anda membangun sebuah team,
pertama , Anda harus mencari orang yang cinta untuk menang,
apabila tidak ketemu, maka Anda cari orang yang benci untuk kalah



Sesuatu Yang Serba Lucu

Lucu ya, mudah sekali manusia membuang TUHANnya bagaikan sampah, tapi kemudian bertanya mengapa dunia menjadi begitu menakutkan tak terkendali. Lucu ya, kita mudah sekali percaya dengan bacaan yang ditulis di koran, tapi kita selalu meragukan apa yang tertulis dalam Alkitab. Lucu ya, semua orang ingin masuk sorga, tapi mereka tidak mempercayai, tidak memikirkan, tidak mewartakan ataupun melaksanakan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Apakah dunia ini sudah separah itu? Lucu ya, kita dengan mudah mengatakan: “Aku percaya kepada Allah,” tapi kita tetap mengikuti setan, yang notebene setan juga percaya kepada TUHAN (jadi apa bedanya?). Lucu ya, pembicaraan-pembicaraan mengenai hal-hal yang vulgar, kasar, keras, jorok, begitu mudah tersebar, terbuka di cyberspace, tapi diskusi mengenai Yesus sangat dibatasi, bahkan di sekolah maupun di tempat kerja. Lucu ya, kita bisa begitu bersemangat dan berapi-api memuliakan TUHAN pada hari Minggu, tapi pada hari-hari kerja kita menjadi pengikut Kristus yang tersembunyi, karena takut dan tidak yakin akan reaksi teman-teman kita. Lucu ya, kita sibuk memikirkan apa nanti reaksi orang, tapi kita lupa memikirkan apa yang TUHAN pikirkan tentang kita. Lucu ya, mungkin Anda tersenyum atau bahkan tertawa saat baca tulisan ini, tapi sebenarnya Anda sedang mentertawakan diri Anda sendiri (hahahahahaha……..).

Orang yang mau BELAJAR dewasa harus berani mentertawakan diri sendiri dan ditertawakan oleh orang lain?



Sumber: lembar bahasan isu-isu guys counseling center lampung