Jumat, 13 November 2009

Status Anda Yang Baru Di Dalam Kristus




Anda di dalam sebuah gereja lokal dimana anda bergereja dan tercatat sebagai anggotanya saat ini disebut dengan sebutan jemaat. Hal ini berkaitan erat dengan identitas jemaat (baca: Anda) di dalam Kristus sebagai tujuan abadi Allah (Douglas, 2000: 269). Pemberitaan Injil Kristus memberikan dampak pada buah pertobatan dan mukjizat yang menghasilkan iman (KPR 19:9-11,18,19). ”Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17).

Anda yang memiliki status yang baru di dalam Kristus pada hakekatnya telah tersurat di dalam surat Paulus di jemaat Efesus. Pemaparan mengenai status anda di dalam Kristus akan menjelaskan tujuan dari status baru yang anda terima di dalam Kristus. ”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Ef 2:10). Pengetahuan dan kesadaran anda di dalam Kristus itulah yang akan menuntun hidup anda ke arah tujuan ilahi, dimana anda layak disebut sebagi murid-murid Kristus jika anda berbuah banyak. ”


Anda adalah orang kudus ”orang percaya”

Dalam Efesus 1:1,15,18; 2:19; 38,18; 4:12; 5:3; 6:18 Paulus menyapa penerima surat sebagai orang-orang kudus (Yun. hagioi), yakni mereka yang percaya dalam Kristus sebagai gambaran orang beriman. Orang-orang kudus menunjukkan kepada kedudukan dalam Kristus, sementara sebagai orang-orang percaya menekankan sifatnya dihadapan Allah. orang kudus merupakan ”seseorang yang telah mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat.” (Wiersbe, Warrean W. Kaya Di Dalam Kristus. (Bandung: yayasan kalam Hidup, 2001) hal 9)

Orang-orang kudua dan orang-orang percaya keduanya memiliki pengertian yang erat berhubungan, di satu sisi mereka tidak dapat kudus tanpa percaya dan mereka tidak dapat percaya kalau mereka bukanlah orang-orang kudus. Mereka disebut orang-orang kudus, bukan karena mereka sendiri adalah kudus, tetapi karena mereka ”dikuduskan” (Yun. hegiasmenoi, 1Kor 1:2), karena mereka dipanggil menjadi orang-orang kudus (Yun. kletoi hagioi, Roma 1:7; 1Kor 1:2) oleh Tuhan. Hal ini karena anda diselubungi oleh Roh dan hidup Kristus (1Kor 6:11). Kekudusan anda adalah sebuah atau suatu pemberian, anugrah Allah di dalam Kristus. Mereka kudus ”dalam Kristus” (Yun. En Christoi Yesou) yang telah menjadi ”kekudusan” anda (1Kor 1:30; bd. Kol 1:22). Itulah tempat, ruang dan dasar kekudusan anda. Di luar Kristus anda tidaklah kudus (Abineno 2001:4).

John Stott mengatakan bahwa sebutan orang-orang kudus merujukepada semua umat Allah. setiap orang Kristen dapat disebut sebagai orang kidus sebab telah dikhususkan menjadi ”milik Allah”. orang-orang percaya dimaksudkan sebagai orang ”yang percaya” dan ”yang dapat dipercayai”. Orang-orang kudus dan orang-orang percaya di dalam Kristus memiliki arti bahwa seseorang dipersatukan secara pribadi dan hidup dengan Kristus. Hidup yang menggantungkan diri sepenuhnya kepada Kristus sebagai sumber kehidupan itu sendiri (Stott, 2003:17).


Jemaat sebagi umat pilihan Allah

Jemaat sebagai umat pilihan Allah dan mempunyai hak untuk memperoleh segala berkat rohani di dalam sorga (Ef 1:3,4). Allah memilih jemaat, kata memilih disini dalam bahasa Yunaninya adalah bentuk aorist middle indikatif exelaxato yang kata dasarnya adalah eklego. Eklego dipakai dalam kebiasaan pekerjaan Allah dalam memilih bangsa Israel (Henry vol. 6:24). Dalam hal ini anda dipilih di dalam Kristus dan bersifat abadi, selama-lamanya permanen (Baxter 1988:109).

Dasar pemilihan atas diri anda adalah karena Allah telah berkenan memanggil dan memilih (exekaxato) anda (dari umat manusia yang sesat dan hilang, - ”masa perditionis’) menjadi suatu persekutua yang baru, yakni suatu persekutuan untuk kehidupan (keselamatan) yang kekal. Pilihan itu telah Allah buat ”dalam Kristus” (Yun. en Christoi) yang artinya dibuat berdasarkan karya Kristus sebagai juruselamat.

Pemilihan Allah terhadap diri anda berlangsung sebelum dunia diciptakan (Yun. pro kataboles kosmou). Tuhan Allah tidak memilih hanya karena ia mau memilih saja. Ia memilih karena ia mempunyai maksud supaya kita kudus dan tidak bercacat dihadapan-Nya. pilihan Allah adalah pilihan untuk keselamatan (Yun. soteria)). Pilihan ALLAH ITU ADALAH SUATU ANUGRAH YANG HARUS KITA PAKAIKAN UNTUK KEMULIAAN ALLAH (Abineno 2001:10-12).

Pemilihan bersangkut paut dengan penentuan sejak semula, bukan secara kebetulan anda percaya kepada Kristus (Yoh 15:16). Allah telah menentukan pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah (Ef 1:5) dengan maksud supaya menjadi serupa dengan Kristus (Rom 8:29-30), dan memiliki hak waris Kerajaan Allah.


Anda sebagai umat tebusan

Anda sebagai umat tebusan Allah di dalam Kristus ketika anda dalam kematian atas dosa (Ef 1:7; bd. Gal 3:13; 1Kor 6:20). Ia telah menebus kita (Ef 1:7a). Kata menebus berarti ”membeli dan membebaskan dengan membayar sejumlah harga.” Anda dibebaskan dari kuk perhambaan (gal 5:1), dan bebas dari perbudakan dosa (Roma 6) dengan harga yang mahal, yaitu darah-Nya sendiri (1Ptr 1:18) dan itulah yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus (Wiersbe, 2001:20).

Abineno mengatakan bahwa Paulus dalam ayat 7 menjelaskan mengenai kasih yang diberikan kepada jemaat dan Kristus itu ialah penebusan oleh darah-Nya:

Apolutrosis (Ind. Pembebasan, penebusan) biasanya dipakai dalam dua arti. Pertama, pembebasan oleh penebusan dengan uang, umpamanya orang-orang hukuman atau hamba-hamba (bd. A.l. mat 20:28; Ibr 11:35). Kedua, pembebasan atau kelepasan dalam arti yang umum (bd. Dan 4:34). Dalam Perjanjian Baru apolutrosis dipakai dalam arti yang akhir ini dan (kecuali, Ibr 9:15, umumnya juga dalam arti yang mutlak (bd. Luk 21:28; Rom 8:23; Ef 1:14; 4:30). (2001:15).

Paulus menekankan bahwa Allahlah yang memprakarsai dalam penyelamatan umat_nya melalui penebusan di dalam Kristus sebagai berkat yang dianugrahkan kepada jemaat (Stott, 2003:26)

Segala berkat rohani di dalam sorga telah dianugrahkan kepada jemaat di dalam Yesus Kristus Tuhan (Ef 1:3), karya-Nya di kayu salib memungkinkan manusia memiliki jaminan hidup yang kekal bersama Allah. seperti dalam Efesus 3:12 berkata: ”Di dalam dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.”


Anda sebagai anggota tubuh Kristus

Tenney mengatakan bahwa di dalam Efesuslah di dalam Perjanjian Baru, di mana kata ’jemaat’ berarti gereja yang universal, bukan suatu kelompok lokal (Tenney, 1995:394). Jemaat sebagai tubuh Kristus dalam arti lukisan secara universal (Ef 1:22,23; bd. Rm 12:4,5; 1Kor10:16,17; Kol 1;18).

Tubuh Kristus merupakan gambaran yang baru tentang sebuah gereja sebagai suatu tubuh tunggal fungsional ”a single congregation” (1 Kor 12:17), yang terbentuk dari orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan yahudi, yang memiliki norma-normanya sendiri dan terlibat dalam suatu pergumulan rohani. Tujuannya adalah ”kesatuan iman... pengetahuan yang benar tentang Anak Allah...tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Tenney, 1995:396; bd.4:13).

Jemaat memiliki kesatuan dengan Kristus sebagai lukisan antara tubuh dan kepala. Keanekaragaman dalam tubuh Kristus bertujuan untuk saling melengkapi dari aneka karunia rohani yang diberikan oleh Kristus pada jemaat-Nya bagi pembangunan tubuh Kristus. Masing-masing anggota tubuh Kristus memiliki kemuliaan yang sama dan juga dalam fungsinya sebagai anggota tubuh Kristus.

Jemaat adalah Bait Allah (Ef 2:21,22) merupakan kemuliaan Allah yang pernah memenuhi Bait Suci di Yerusalem, dan kini, Yesus Kristus yang adalah kemuliaan Allah memenuhi Jemaat melalui Roh-Nya (Stott, 2003:59)


Jemaat adalah manusia baru di dalam Kristus

Jemaat diciptakan baru di dalam Kristus (Ef 2;15; 4:17-32; bd. 2Kor 5:17). Paulus berangkat dari yang negatif ke yang positif. Dari pembatalan sesuatu yang lama (hukum) ia bergerak menuju kepada penciptaan sesuatu yang baru (manusia baru). Hukum memisahkan antara Yahudi dan non-Yahudi, tetapi setelah hukum sumber perbedaan disingkirkan dari non-Yahudi, maka tidak ada yang dapat memisahkannya. Kristus telah mempersatukannya dalam ”sat manusia baru guna terciptanya kedamaian, satu manusia baru” yang menuju kepada ”kedewasaan penuh” (Ef 4:13). Semua orang Kristen bersama-sama menjadi satu komunitas Kristen, dimana ”tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi” (Kol 3:11; Gal 3:28).

Jadi, pada saat Yesus menderita dan mati di kayu salib memikul kuk hukuman karena dosa manusia, pada saat itulah Ia membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, juga menciptakan ”satu manusia baru” di dalam diri-Nya. ”satu ras manusia baru” yang didamaikan dan dipersatukan Kristus di dalam diri-Nya sendiri (Stott, 2003:96).

Gerald Cowen mengatakan bahwa manusia baru bertujuan sebagai pelukisan. Efesus 2:10 berkata, ”Kita adalah hasil ciptaan Allah yang sempurna di dalam Kristus Yesus untuk tujuan pekerjaan yang baik”. Tujuan Allah adalah hidup yang penuh dengan ketaatan. Hidup kita adalah hidup yang penuh dengan ucapan syukur di dalam Allah. Di mana setiap orang percaya adalah ciptaan baru dan juga sebagai bagian dari ciptaan yang lebih besar berdasarkan penebusan salib Kristus (bd. Efesus 2:15).


Jemaat sebagai pengantin perempuan Kristus.

Jemaat yang dilukiskan sebagai pengantin perempuan Kristus diharapkan jemaat dapat menjaga dan memiliki kesucian dan hidup yang benar di hadapan Allah. Jemaat mengalami pengudusan hidup dari hari, memiliki kesetiaan dalam ketaatan kepada Kristus.

Jemaat sebagai pengantin perempuan Kristus, ia sangat dikasihi oleh Kristus dan menerima anugerah Allah dalam Kristus. Dalam status seperti itulah diharapkan jemaat memiliki relasi yang penuh kasih mesra, relasi yang intim dengan Kristus, oleh karena jemaat ada di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam jemaat. Jemaat yang mengasihi Kristus dalam segenap hidupnya (bd. Yoh 14:23). Ia telah mengasihi kita (Ef 1:6). Kita tidak dapat menjadikan diri kita sendiri dikasihi Allah; tetapi Ia, dengan kasih karunia-Nya, menyebabkan kita dikasihi Kristus. Karena kasih karunia Allah dalam Kristus, kita diterima di hadirat-Nya.

Jemaat sebagai keluarga Allah

”Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”
Efesus 2:19

Dalam Efesus 2:19 menyatakan lukisan yang indah mengenai jemaat, yang berkembang makin dekat dan karib: kamu.....kawan sewarga dari....keluarga Allah. Jemaat sebagai keluarga Allah menunjukkan ia sebagai milik kepunyaan Allah (bd. I Petrus 2:9). Jemaat merupakan anak-anak Allah yang kekasih (Ef 5:1; 1:4-5; bd.Yoh 1:12).

Menurut Martin dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 (Matius-Wahyu) mengatakan bahwa Paulus memiliki kekaguman atas rahasa dan keunikan jemaat sebagai keluarga Allah. Kesatuan masyarakat yang universal ini, yang adalah tubuh Kristus (Ef 1:23; 3:6; 4:4; 5:30) menjadi tumpuan perhatiannya yang besar (Ef 4;3). Melalui karya pendamaian Kristus di kayu salib (Ef 2:16), Allah telah menjadikan Anda manusia baru (Ef 2;15), suatu ”keluarga ilahi” yang didalamnya Yahudi dan bukan Yahudi dimasukkan sebagai sesama saudara (Ef 1:5; 2:19; 4:6; 5:1). Terjadinya keluarga ini, dimana segala rintangan kebangsaan, kebudayaan dan kedudukan sosial diruntuhkan (Martin, 1986:598).

Stott juga memberikan penekanan yang senada dengan Marti bahwa penekanan keluarga Allah disini adalah tentang persaudaraan dalam perkawanan dan kesewargaan, yang melintasi semua kendala baik yang berupa ras, sosial, ekonomu maupun daerah. Dalam Perjanjian Baru ungkapan yang sering muncul dan merujuk kepada orang Kristen ialah ”saudara”. Seorang saudara menikmati hubungan yang akrab, cinta kasih yang dalam, perhatian yang tulus, dan dukungan yang mantap dari keluarganya. Justru kasih akan saudara seharusnyalah senantiasa menjadi salah satu ciri khas sifat setiap warga dari komunitas baru di dalam karya kristus (Stott, 2003:102).

Jemaat adalah keluarga Allah (Yun. Oikos Theou), yang dibangunkan di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan kristus yesus sebagai batu penjuru (Ef 2:19,20). Jemaat sebagai keluarga Allah pertama-tama dibangun berdasarkan pemberitaan Injil Kerajaan Allah, yang dipercayakan kristus kepada para rasul dan nabi. Yang paling penting dalam bangunan tubuh Kristus adalah ”batu penjuru” (Yun. Akrogomaios), yaitu Yesus kristus. Yesus adalah dasar (Yun. Themelios) bangunan (1Kor 3:11).

Kiasan yang dihubungkan dengan Kristus adalah Kepala jemaat (1:22). Ia adalah bagian yang penting dari bangunan (1:21). Jemaat dapat disebut sebagai keluarga Allah apabila ia memiliki hubungan yang erat dan bergantung kepada kristus sepenuhnya (Abineno, 2001: 77-81).

Kamis, 05 November 2009

HOMOSEKSUAL DAN PENANGANANNYA









Pendahuluan

Saya membaca pada rubrik Konsultasi Kesehatan Jiwa di Harian Pikiran Rakyat yang diasuh oleh seorang psikiater yang bernama dr. Teddy Hidayat, SpKJ. Demikian kasusnya:

Saya seorang remaja putra yang memiliki perilaku aneh dalam hal seks. Saya suka masturbasi satu sampai dua kali sehari. Saya selalu terangsang bila melihat sosok pria yang tegap, kekar, berwibawa dan berpenampilan professional. Terutama yang berseragam seperti polisi atau tentara. Di tempat tidur saya suka membayangkan, diri saya adalah seorang tahanan yang menyerahkan diri, diborgol, dikawal polisi ke sel, dirantai dan di penjara. Kemudian membayangkan bahwa saya lama mendekam di sana, menggengam jeruji besi dan menatap sipir berbadan tegap yang berpatroli, mengawasi kalau-kalau saya melarikan diri, walaupun saya senang di dalamnya. Kalau saya membayangkan terus menerus, tidak jarang mengalami ejakulasi secara spontang.

Akibatnya saya tergila-gila pada film tentang penjara, foto-foto tentang tahanan dan berita kriminal. Saya sama sekali tidak tertarik dan bergairah terhadap wanita, sekalipun ia seksi dan cantik. Demikian pula pada gambar porno atau “blue film”, saya tidak tertarik (PR: Pebruari 2005)

Kasus di atas disimpulkan oleh pengasuh bahwa remaja tersebut sebagai seorang homoseksual, walaupun dalam hal ini remaja itu masih dalam tahap awal “kecenderungan homoseksual”, yakni yang disebut dengan pseudohomoseksual. Penulis lebih prihatin lagi mengenai enam (6) solusi yang ditawarkan oleh pengasuh rubrik itu demikian:

Pertama, aversi kimiawi ialah terapi bahan kimia atau obat yang berkasiat untuk membuat rasa mual pada saat mulai terangsang secara seksual. Kedua, sensitisasi terselubung dimana memakai daya khayal untuk mencegah berhentinya rangsangan seksual. Ketiga, sensitisasi bau dimana pada saat timbul rangsangan gairah seksual diberikan rangsangan bau yang tidak sedap. Keempat, fading atau pergantian dimana terapi dilakukan dengan mengunakan foster pria dan wanita telanjang yang tunjukkan secara bergantian untuk membangkitkan ereksi yang kuat bila melihat wanita telanjang dibandingkan dengan melihat poster laki-laki. Kelima, modifikasi fantasi masturbasi. Keenam, meningkatkan tingkahlaku heteroseksual dimana klien dipaksa untuk bergaul dan berperilaku heteroseksual.

Dengan melihat kasus di atas, yang menggambarkan luasnya pengaruh dunia sekuler dalam peranannya bagi kehidupan masyarakat masa kini, dimana terapi dalam dunia sekuler normatifnya sangat bertentangan dengan azas-azas kebenaran Alkitab. Untuk menjawab tantangan jaman ini dibutuhkan pembimbing, pengasuh dan konselor yang takut akan Tuhan, memiliki kompetensi serta dedikasi yang berdasarkan kebenaran Alkitab.

Banyak hal yang dipertanyakan oleh dalam masyarakat mengenai perilaku-perilaku seksual yang menyimpang dari gaya hidup manusia masa kini, seperti eksibisionisme (memamerkan kemaluannya), voyurisme (mengintip hubungan seks), fetihisme (menyimpan benda-benda yang dapat membangkitkan gairah seks), pedofilia (berhubungan seks dengan anak kecil), masokisme (suka disakiti agar memiliki gairah seks), sadisme (suka menyakiti untuk mendapat kepuasan seks), inses ( berhubungan seks dengan orang yang memiliki hubungan darah), sodomi (berhubungan seks melalui dubur), nekrofilia (berhubungan seks dengan mayat), dan homoseksual. Dalam tulisan ini hanya dibahas tentang Isu-Isu Konseling Kontemporer masalah “Homoseksual dan Penanganannya”.

Walaupun Alkitab menghargai seksualitas kita, Alkitab juga memberi peringatan-peringatan. Tentang hal ini sering kali kita memahami seksualitas kita melalui kaca yang gelap. Tugas kita sebagai orang Kristen ialah mencari jalan di tengah-tengah penyelewengan seksualitas dan masuk ke dalam keutuhan seksualitas. Dosa telah menyelewengkan seksualitas dengan berbagai cara. Menurut Foster, penyelewengan itu antara lain pornografi, hawa nafsu seksual, sadisme dan masochisme, seksisme dan homoseksualitas.

Pandangan sebagian orang mengenai homoseksual merupakan sesuatu hal yang wajar dan bisa diterima secara umum di masyarakat, di mana sesuatu yang abnormal sudah dianggap normal, sebab sudah terbiasa melihatnya dikomunitasnya. Maka, untuk menjawab persoalan itu secara kristiani akan muncul pertanyaan: “Bagaimana pandangan Alkitab mengenai homoseksual dan bagaimana menangganinya secara alkitabiah?” Apakah homoseks dapat disembuhkan atau diubahkan? Bagaimana orang Kristen dalam memandang orang-orang yang mengalami penyimpangan seksual seperti homoseks, menghakimi atau menerima dan memberikan pertolongan?


Pandangan Umum

Bagi sebagian orang memiliki pandangan bahwa homoseks merupakan “tipe orang tertentu”, orang yang bagian dalam dirinya berbeda dengan kita. Orang ini mungkin saja dijuluki “aneh”, “gay”, peri”, “ratu, atau “homo”. Biasanya mereka menjalani kehidupan homoseks “karena begitulah dia”. Wanita bercinta dengan wanita bagaikan sesuatu yang wajar, ia melakukannya sesuai dengan dorongan alamiah dan keinginannya. Atau, ia melakukan hal-hal yang tidak semestinya?

Orang Kristen pun menganggap seseorang berdosa karena ia adalah seorang pendosa. Bukan perbuatan dosa yang menjadikan seseorang pendosa, tetapi karena sifat dasariah-nyalah yang membuatnya berdosa. Pernyataan ini tidak seluruhnya benar, sama seperti ide konvensional tentang homoseksualitas. Menurut pandangan ini, seorang bisa melakukan hubungan homoseksul karena ia memiliki sifat dasariah seorang homoseks. Memang benar, orang sebelum melakukan dosa pada dasarnya ia adalah orang berdosa. Yang mendasari ia melakukan dosa, karena ia tidak mengenal Kebenaran Allah, bukan orang berdosa itu pada dasarnya adalah seorang homoseks.


Pandangan Alkitab

Homoseksualitas disebutkan dalam Alkitab hanya sebanyak tujuh kali, itu pun hanya secara singkat. Bagian Alkitab yang memuat tentang homoseksualitas adalah: Kejadian 19:1-19; Imamat 18:22; 20:13; hakim-hakim 19:22-25; Roma 1:25,26; 1 Korintus 6:9; 1 Timotius 1:9,10. dari semua ayat ini, tidak satupun yang menyetujui homoseksualitas.

Beberapa ayat itu menyatakan bahwa praktik homoseksualitas bukan hanya berdosa, tetapi juga tidak wajar dan menyesatkan. Dosa homoseksualitas nilainya sama dengan dosa-dosa yang lainnya, dan dosa dipandang Allah sebagai kejijikan.

Gagasan seksualitas manusia itu sebenarnya bersifat netral, namun ada keyakinan dalam kekristenan bahwa bahwa kita diciptakan dengan sifat heteroseksual bawaan.

Keyakinan seperti itu didasarkan pada Kejadian pasal dua tentang penciptaan laki-laki dan perempuan. Di sini, Allah menciptakan perempuan sebagai “penolong yang sepadan” dengan laki-laki. Selanjutnya, laki-laki diperintahkan oleh Allah untuk bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi sedaging. Meskipun manusia telah jatuh sangat jauh dari maksud Allah yang semula, namun orang Kristen percaya bahwa setiap manusia masih mengemban rancangan Allah yang asali. Ketika rancangan ini dibengkokkan oleh dosa, maka timbullah masalah seperti homoseksual.

Perilaku homoseksual adalah perilaku “hubungan seksual” di antara pasangan sesama jenis untuk mencapai orgasme. Seorang homoseks adalah pria atau wanita yang menjalankan aktifitas dan perilaku homoseks. Homoseksualitas adalah masalah yang biasa terjadi pada kedua jenis kelamin, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Homo berarti “seperti” atau “sama dengan”. Kata homo” tidak hanya untuk pria, tetapi juga pada wanita. Namun pada wanita kata homo dipakai istilah lesbian. Chesser menyebut kaum homo itu sebagai perempuan-jantan dan laki-laki-betina dimana mereka menjadi demikian disebabkan oleh pengalaman-pengalaman hidup.

Contoh, seorang alkoholik merupakan seorang yang terjerat dan terikat dengan minuman keras dan dia tidak bisa terlepas dari minuman keras itu. Sehingga tiap-tiap hari ia adalah hidup sebagai seorang pemabuk, namun siapakah yang mau ditakdirkan sebagai pemabuk. Tidak ada seorang pun dilahirkan sebagai pemabuk, begitu juga dengan seorang homoseks. Tidak ada seorangpun yang dilahirkan sebagai homoseks.

Seorang homoseks bukan pada dasarnya ia dilahirkan sebagai homoseks, walaupun tidak menutup kemungkinan seorang pendosa mempunyai kecenderungan untuk melakukan dosa termasuk salah satunya adalah perilaku homoseks. Namun di sini saya cenderung mendasarkan perilaku homo itu merupakan satu sikap yang dikembangkan terus menerus dalam pikiran dan kehidupannya. Sekali seseorang mengalami kenikmatan dan kepuasan fisik dengan sesama jenis, maka ia akan cenderung mengulanginya. Semakin sering seseorang mengalaminya, maka semakin nyata pola yang terbentuk dalam perilakunya. Apa yang ia lakukan mencerminkan siapa ia dan sebaliknya. Homoseksual merupakan istilah yang tidak bisa terlepas dari unsur moral.


Tipe-Tipe Homoseksualitas

Menurut lionel Ovesey seorang psikoanalis yang menemukan istilah pseudohomoseksual, yaitu orang yang ketakutan kalau dirinya adalah seorang homoseks padahal tidak. Ia menggambarkan tentang perbedaan tingkat atau kadar homoseksualitas di kalangan pria.

Rentangnya dimulai dari pria yang betul-betul heteroseksual sampai kepada mereka yang disebut “Homoseks eksklusif”. Pria yang heteroseksual adalah pria yang kadang-kadang berhubungan dengan sesama lelaki tetapi mereka “lebih menyukai perilaku heteroseksual”, yaitu berhubungan dengan wanita. Pria yang disebut homoseksual eksklusif adalah pria yang tidak pernah menjalin hubungan lain selain hubungan homoseks. Di antara keduanya terdapat kategori biseksual. Pria yang sudah menikah dan mempunyai anak, tetapi di sisi lain ia hidup sebagai gay. Demi kehidupan homoseksual yang harus disembunyikan, maka mereka itu disebut sebagai “homoseks tertutup” (closet queens). Homoseks situasional merupakan perilaku homo yang terjadi karena desakan situasi, dan biasanya terjadi di penjara, di biara, di angkatan bersenjata, dan di ekspedisi ilmiah yang hanya diikuti oleh pria. Homoseks seperti ini selanjutnya dapat dikenal sebagai homoseks aktif dan pasif.

Teknik dalam perilaku seks yang menyimpang. Teknik yang dipakai oleh pasangan homo biasanya dalam berhubungan intim antara pria dengan pria melalui penis yang dimasukkan ke mulut atau di masukkan ke dubur. Demikian pula perilaku homoseks wanita dalam berhubungan intim dengan saling menjilat klitoris atau saling membelai dan menjilati bagian tubuh tertentu yang membuat keduanya mengalami gairah seksual.


Penyebab Homoseksualitas

Menurut beberapa teori analitis, homoseks datang dari keluarga dengan peran ibu yang dominan dan ayah yang pasif serta kurang berwibawa. Peranan seorang ibu yang terlalu dominan dan otoriter serta peranan dan tanggungjawab seorang suami yang melepaskan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga yang dilihat oleh seorang anak, maka anak akan mengalami kesulitan dalam menilai seksualitas dirinya. Pengalaman seperti itulah yang mendorong anak memiliki kecenderungan pseudohomoseksual, dan selanjutnya ia akan rentan untuk berperilaku homo karena pada awalnya ia frustasi dan tidak menyadari atau tidak tahu seksualitas dirinya. Akar penyebab homoseksualitas dan banyak lagi gangguan kepribadian lainnya telah terbentuk sejak masa tiga tahun pertama, kemudian berlanjut hingga usia remaja.

Worthen juga berpendapat bahwa ”akar homoseksualitas yang terdalam adalah retaknya hubungan dalam keluarga yang mengakibatkan ketiadaan rasa memiliki dan dimiliki atau ketiadaan pengakuan. Rasa aman atau sejahtera seorang anak bergantung kepada tiga jalur hubungan: ibu dengan anak, ayah dengan anak, dan hubungan ayah dengan ibu yang sering kali dilalaikan. Keretakan apa saja dalam segitiga hubungan ini akan mengakibatkan keresahan atau hilangnya rasa sejahtera pada anak ” .

Kedua, faktor genetika “kromosom”, bawaan sejak lahir. Bukti-bukti ilmiah sejauh ini tidak menunjukkan kesimpulan yang signifikan bahwa penyimpangan perilaku seksual disebabkan oleh sistem hormonal. Hormon seks bukanlah faktor yang menentukan perilaku seksual atau yang menentukan jenis kelamin pasangan kita.

Ketiga, reinforced learning yaitu faktor pembelajaran yang terus-menerus mendapat penguat. Worthen mengutip pernyataan Badan Pendidikan dan informasi Seks Amerika Serikat dalam buku Sexuality and Man sebagai berikut:

“Manusia tidak memiliki keinginan bawaan untuk mencapai sasaran teretentu dalam hubungan dengan seks, tetapi perilaku seksualnya merupakan hasil menyeluruh dari pendidikan dan kebiasaan yang dialaminya.”

Homoseksualitas terjadi dalam banyak tingkatan dan memiliki bermacam-macam penyebab, banyak diantaranya di luar kendali individu itu sendiri. Seseorang dengan 20 atau 30 persen kecenderungan terhadap homoseksualitas akan merasa lebih mudah “diubahkan” kepada orientasi heteroseksual sepenuhnya daripada orang dengan kecenderungan homoseksual 80 atau 90 persen.


Penanganan Homoseksual

Homoseksualitas adalah usaha pencarian kasih dan pengakuan yang salah arah, dimana dalam usaha tersebut sebuah relasi menjadi hal yang sangat penting. Jika sebagian orang memandang homoseks itu merupakan orang yang normal, maka Alkitab mengatakan orang itu adalah tidak normal. Alkitab memberikan petunjuk yang jelas dan langsung, Alkitab memandang persatuan heteroseksual sebagai maksud Allah untuk seksualitas dan melihat homoseksualitas sebagai sebuah penyelewengan dari pola yang diberikan Allah.

Allah menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan untuk melakukan aktifitas “kontak” seksual menjadi “satu daging” di dalam bahtera rumah tangga, antara suami dengan isteri. Sekali lagi patner yang ditetapkan Allah adalah antara laki-laki dengan perempuan, bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.

Kesadaran untuk menolong para homoseks seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen yang tahu dengan jelas bahwa perilaku homoseksual itu merupakan penyimpangan seksualitas dan abnormal. Demi menolong orang homoseks sebaiknya jangan memberikan penghakiman pada mereka, melainkan dengan kasih kita mengasihi orangnya dan membenci perilakunya. Semua orang yang terjerat di dalam kekacauan kebudayaan dan gerejawi tentang homoseksualitas memerlukan belas kasihan dan pengertian dari kita yang tahu kebenaran. Kita perlu memohonkan pengampunan dari orang-orang homoseks yang telah terasing dan teraniaya. Kita perlu membuka telinga untuk empati untuk memberikan pengertian, nasihat dan pennilaian moral yang bijaksana. Dukungan doa dan kasih persekutuan kristiani mutlak diperlukan untuk menolong kaum homo untuk mengubah perilakunya sesuai dengan dengan terang Alkitab.

Dalam hal ini, demi melakukan pendekatan pelayanan terhadap orang homoseks kita seharusnya lebih menekankan pada perilaku daripada orang yang melakukan, pada gaya hidup yang diadopsi seseorang dan bukan pada orang yang mengadopsi gaya hidup tersebut. Siapa yang mau dekat dengan kita jika kita sudah menghakiminya dan dia sudah merasa tertuduh?

Hal pertama yang perlu dikatakan adalah bahwa mereka tidak memilih homoseksualitas mereka seperti juga dengan seorang anak yang timpang tidak memilih untuk menjadi timpang. Keduanya menyimpang dari maksud Allah, tetapi tidak dapat dipersalahkan. Tetapi walaupun kaum homoseksual tidak bertanggungjawab atas homoseksualitas mereka, mereka bertanggungjawab atas apa yang mereka perbuat. Pilihan-pilihan harus dibuat, dan bagi orang Kristen yang mendapatkan diri mereka memiliki orientasi homoseksual, pilihan-pilihan itu harus dibuat berdasarkan terang kebenaran Firman Allah dan kasih karuniaNya.

Pada umumnya ada tiga pilihan yang mendasar bagi kaum homo: mengubah orientasi homoseksual mereka, mengendalikan orientasi homoseksual mereka, atau mempraktekkan orientasi homoseksual mereka. Yang paling mungkin untuk kaum homo adalah mengubah dan mengendalikan orientasi homoseksualitas. Langkah pertama adalah menyadarkan mereka akan dosa homoseksualitas “bertobat”. Kedua, menolong mereka yang berjuang dalam mengubah perilaku homoseksual pada kehidupan yang normal “kekudusan dan kesucian”. Ketiga, berdoa untuk memberikan dukungan secara rohani. Keempat, membaca Alkitab sebagai cermin hidup dan belajar memahami kebenaran Allah. Kelima, pembaharuan dalam kognitif “konsep” alkitabiah.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. (1 Kor 6:9-11)

sumber: lembar bahasan isu-isu guys counseling center lampung

Senin, 02 November 2009

MENANTANG MASA DEPAN






Introduksi

Setiap insan yang hidup di dunia ini tentu mendambakan hidup yang sukses dan berhasil. Namun pada zaman yang semakin sukar saat ini, persaingan yang sangat ketat dan dunia kerja yang semakin sempit peluangnya (apalagi ditambah harga BBM naik) membuat hampir semua orang mengalami ciut hati. Semua orang dihantui oleh masa depan, tetapi generasi muda tetap bersikap optimis dan menantang masa depan dengan sejuta cita-cita, mimpi-mimpi dan ambisinya. Namun kecenderungan untuk mencapai sukses dengan mengumpulkan materi menduduki tempat teratas, dan melaluinya dapat menjamin masa depan, dan makin nampak sebagai aspirasi tertinggi generasi muda masa kini.

Memperjuangkan nilai-nilai ideologis, politis dan rohani sebagai tantangan masa depan rupanya hanya dilihat oleh satu minoritas generasi muda masa kini. Anda termasuk di mana?


Prioritas

Di tengah-tengah segala perjuangan cita-cita dan ambisi orang-orang muda masa kini datanglah Firman TUHAN: “Carilah dahulu Kerajaan Allah, … Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kausediakan (kekayaan dan kedudukan), untuk siapakah itu nanti?... Pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari TUHAN akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannnya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (Matius 6:33; Lukas 12:20; 1 Korintus 3:13-15).

Firman TUHAN menempatkan hidup kita dalam dimensi yang kekal. Segala hal yang penting namun bersifat sementara dan fana harus dilihat dalam skop yang mahapenting dan kekal. Apa yang merupakan tujuan Allah dalam hidup kita, baik untuk masa kini maupun untuk dunia yang akan datang perlu kita pertanyakan dan yakini kemudian, supaya hidup kita tidak berlangsung di luar rencana Allah.


Konsep Keberhasilan

“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” (Amsal 10:4 bdk. 19:15). Perlu diinggat dalam setiap usaha dan pekerjaan kita Allah turut bekerja, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak menambahinya” (Amsal 10:22).

TUHAN memerintahkan manusia untuk bekerja sebelum manusia jatuh dalam dosa (di taman Eden). “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kejadian 2:15).

Kata “mengusahakan” dalam bahasa Ibrani “dbe –‘abad”, yang berarti menyembah, taat, mengabdi, melayani. Jadi, orang yang bekerja (“abad”) adalah orang yang sedang menyembah, mengabdi, melayani dan taat kepada Allah. Hidupmu adalah untuk Allah!

Apapun pekerjaanmu adalah bentuk penyembahanmu kepada Allah. Oleh sebab itu, bekerjalah dengan benar, setia serta dengan penuh tanggung jawab.

“masing-masing menurut kesanggupannya,… Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar” (Matius 25:15, 21,23). Perhatikan bahwa Sang Majikan bukan berkata: “Hai hamba-Ku yang berhasil”, melainkan “Hai hamba-Ku yang baik dan setia, engkau telah setia dalam perkara kecil…”. Lalu pegawai ketiga bukan disebut “hamba yang gagal”, melainkan “hamba yang jahat dan malas”. Ia dimarahi bukan karena tidak menghasilkan talenta, melainkan karena ia tidak mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya (Matius 25:24-26).

Pokok bahasan cerita ini (Matius 25:14-30) bukanlah tentang jumlah talenta, melainkan tentang bagaimana sikap para hamba dalam (kemampuannya) mengelola talenta. Sikap yang dipuji adalah sikap setia terhadap tugas, yaitu bijaksana dalam mengatur tugas, bertanggung jawab terhadap tugas, rajin dalam menjalankan tugas, waspada dalan melaksanakan tugas, rela berlelah dalam menyelesaikan tugas (bdk. Matius 24:43-44, 45-51: 25:1-14).

Sebaliknya, sikap yang dicela adalah sikap kerja yang asal-asalan, yang dilakukan dengan setengah hati, yang kurang bertanggung jawab dan kesungguhan, yang tidak berencana, yang kurang dipersiapkan, yang kurang cermat dan yang berhenti di tengah jalan.

Standar Yesus bukanlah produk, melainkan proses; yakni apa yang disebut dengan “orientasi proses” sebagai kebalikan “orientasi produk”, di mana seseorang mengalami proses upaya dalam mencapai hasil akhir. Bagaimana dengan cara kerja Anda saat ini? Sudah sesuaikah dengan pandangan Yesus dalam hal ukuran kesuksesan?
Apa gunanya memenangkan, memperoleh atau meraih sebuah hasil yang gemilang, kalau hasil itu didapat secara curang? Apa guna menghasilkan sesuatu dengan jalan pintas dan tergesa-gesa kalau kemudian hari malah menimbulkan bencana (Amsal 19:2)?

Dalam pendekatan orientasi proses, kegagalan itu sendiri bukan merupakan kesalahan; yang salah adalah sikap yang kurang tekun atau kurang cermat sehingga berakibat kegagalan. Yang terpenting kita sudah berusaha dengan penuh kesungguhan, berapapun hasilnya itu bukan soal utama. Ukuran pelayanan dan penyembahan bukanlah hasil, melainkan kesetiaan, ketekunan, kesungguhan, kegembiraan, kerelaan dan kejujuran kita dalam melayani (bekerja). Hidupmu adalah penyembahanmu!

“Hal yang dipikirkan orang dalam hatinya demikianlah ia” (Amsal 23:7, NIV). Jadi, apapun yang menguasai pikiran Anda, menguasai Anda, “What’s got your mind, has got you!” Pepatah Amerika berkata: “Success is not what you achieve, success is what you achieve compored with what you could achieve” (Sukses bukan apa yang Anda capai atau lakukan “hasilkan”, sukses adalah apa yang Anda capai atau lakukan “hasilkan” dibandingkan dengan apa yang Anda sanggup capai atau lakukan “hasilkan”.

Jadi, sukses adalah menerima hal yang paling maksimal dari kemampuan Anda dalam situasi di mana Anda berada saat ini. Sukses tidak ditentukan secara realistis dengan mengukur diri sendiri berdasarkan penerimaan orang lain, penampilan, kekayaan dan apapun juga.

Anda telah sukses tatkala dapat berkata bahwa Anda telah melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan pada suatu waktu. Pertanyaannya: “Apa lagi yang bisa saya lakukan?” (Bacalah Lukas 10:39,42; 14:3-9). Jika Anda tidak tahu tujuan Anda, maka dapat dipastikan bahwa Anda akan tiba di tempat yang lain atau di tempat yang salah.



Kesuksesan adalah Kemampuan Bergantung Kepada Yesus


Ada seorang muda yang memiliki satu pergumulan dalam hatinya. Ia ingin mendapat jawaban atas satu pertanyaan yang terus mendengung, “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal? Pertanyaan itu menyingkirkan segala pertimbangan rasa malu, sehingga ia mengambil keputusan untuk bertemu dengan TUHAN Yesus meskipun di tengah jalan banyak orang yang memperhatikannya. Dunia tahu apa yang menjadi keputusan pemuda tadi dalam hidupnya (baca Markus 10:17-22).

TUHAN Yesus memperhadapkan kepada pemuda itu dengan Hukum Allah. Dengan bijaknya TUHAN Yesus mengambil beberapa hukum Allah yang mempunyai relevansi khusus dengan orang-orang muda, “Jangan membunuh!”. Kita dapat membunuh orang lain dengan tangan, mulut maupun dengan mata dan bahkan dengan tidak berbuat apa-apa “bungkam” sekalipun. “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia” (1 Yoh 3:15).

Mata pemuda tersebut yang berhadapan dengan TUHAN Yesus tetap berani memandang-Nya, lain dari kita yang telah membunuh melalui kebencian dengan langsung atau tidak langsung ikut serta menggugurkan bayi dalam kandungan. “Jangan berzinah!” Pemuda itu belum menundukkan kepala. Meskipun ia memiliki segala sesuatu dan berpengaruh, ia tidak menyalahgunakan kekayaannya untuk terjun dalam dunia pergaulan bebas. “Jangan mencuri!” Kita ingat akan barang-barang yang pernah kita pinjam (hutang) tetapi tidak kita dikembalikan, uang yang kita kumpulkan secara licik, menjadi pencuri di rumah sendiri. Tetapi pemuda itu luar biasa. Ia masih menerima tantangan hukum: “Jangan mengucapkan saksi dusta!” “Jangan mengurangi hak orang lain! Dan hormatilah ayah-ibumu!” Tanpa tergoyang dan tertunduk dengan malu; sedangkan kita sebagai seorang muda masa kini teringat segala dusta yang kasar atau halus, segala usaha mengangkat diri dan menyingkirkan orang lain dan segala sikap serta pembawaan diri yang tidak menghormati orang tua.


Hukum Allah sungguh menjadi cermin dalam hidup kita, sehingga kita bisa tahu siapa sebenarnya kita. Hukum Allah itu menyadarkan dan menginsafkan kita akan dosa untuk memperoleh pengampunan dan penebusan dosa dari TUHAN Yesus. Pemuda itu berani berkata: “Semua itu sudah kuturuti sejak masa mudaku”. Kalau begitu, mengapa ia masih gelisah, datang pada Yesus dan bertanya mengenai hidup kekal?

Penyakit dosa menggerogoti kita dari dalam sehingga kita menjadi orang yang hidup dengan kegelisahan. TUHAN Yesus membuka inti masalah pemuda itu: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki”. Jelas, bahwa si pemuda selama itu menggantungkan hidupnya kepada kekayaannya. Memang ia percaya TUHAN, tetapi ia juga lebih mengasihi uangnya, gaya kehidupannya dan kehormatannya di dunia ini. Ia telah melanggar Hukum Allah yang pertama: “Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku”.

Allahnya adalah harta dan kekayaannya. Ia tidak mengasihi Allah “dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi” (Mat 22:37). Alkitab berkata: “Barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian daripadanya, ia bersalah terhadap seluruhnya” (Yak 2:10), makanya ia tidak memiliki kepastian keselamatannya.

TUHAN Yesus menantang pemuda itu untuk mengambil keputusan: “Datanglah kemari dan ikutlah Aku!” Hal ini berlaku juga bagi kita untuk menentukan masa depan kita: Pertama, berpaling dari apa yang menjadi ilah kita selama ini, baik itu harta, orang yang kita cintai (kekasih), rencana yang kita pegang kuat-kuat, ego kita atau ilah yang lain lagi. Kedua, melepaskan dan menjadikan Yesus sebagai Penguasa Tunggal hidup kita yang sesungguhnya; berpaling dalam arti mengikut Dia sepenuhnya tanpa ada kata “jika” dan “andaikata”. Jangan mengulang kesalahan pemuda kaya itu untuk yang kedua kalinya! “ia pergi dengan sedih”.


Panggilan TUHAN dalam Hidup Seorang Muda

Sebenarnya seorang Kristen tidak ada istilah melayani paroh waktu, ia seharusnya senantiasa melayani TUHAN secara purna waktu; baik di mimbar, kantor, sekolah, kota-desa, dengan gaji kecil-besar, pimpinan-bawahan bahwa semuanya itu membutuhkan SK dari TUHAN sebagai “Boss Tertinggi”. Cara kerja dan pembawaan diri di tempat kerja mempunyai etika dan etos kerja yang berbeda dengan orang dunia (Roma 12:2; 1 Yohanes 2:15-17), sehingga memungkinkan menjadi saksi. Siap sedia meluaskan lingkaran kesaksiannya dari tempat asal-usulnya (Yerusalem), ke daerah sekitarnya (Yudea), melintasi batas suku dan bangsa (Samaria) bahkan sampai ke ujung bumi (KPR 1:8).

Bagaimana dengan hidup Anda? Apakah hidup kekristenan Anda mempunyai sasaran dan tertuju pada sesuatu, dengan tekad bulat untuk memanfaatkan tahun-tahun Anda bagi Yesus Kristus? Atau, apakah Anda luntang-lantung tanpa tujuan, melamun dan menyia-nyiakan waktu dengan melamun saja tiap hari. Jika kita mau sukses, maka kita perlu mengadakan penyerahan diri tanpa syarat kepada TUHAN dan mempersembahkan hidup kita di dalam hadirat TUHAN, sebagai wujud ibadah yang sejati (Roma 12:1).




Reaksi Seorang Muda Terhadap Panggilan TUHAN

Tidak semua orang menjawab panggilan TUHAN dengan menyerahkan diri tanpa syarat kepada TUHAN. Sebaliknya, banyak yang melarikan diri seperti pemuda Yunus, yang mungkin karena begitu kuatnya dia memegang rencana hidupnya sendiri dan tidak mengijinkan TUHAN masuk di tengah-tengah ambisi dan aspirasinya. Mungkin karena tidak menyetujui tempat penugasan TUHAN seperti Yunus ke Niniwe atau mungkin karena mereka merasa tidak mampu melaksanakan panggilan TUHAN seperti Musa dan Yeremia (Keluaran 4:10-14; Yeremia 1:4-10).

Banyak orang muda membuat nazar yang tidak dapat dibenarkan dengan mengatakan bahwa, “Saya mau dipakai TUHAN asalkan segala kebutuhan saya dicukupi dan menyenangkan!” Ini bukan penyerahan total, tetapi penyerahan bersyarat. Keputusan untuk menyerahkan kehidupan kita seluruhnya kepada TUHAN mencakup seluruh waktu kehidupan kita. TUHAN tahu kebutuhan dan apa yang kita perlukan, “Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu” (Matius 6:32).



10 Tips Meraih Sukses


“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi” (Pengkotbah 9:10). Jangan tunda sampai hari esok, jika Anda bisa melakukannya hari ini!

“Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan jangan memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik” (Pengkotbah 11:6).

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah TUHAN”(Roma 12:11)

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk TUHAN dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).

“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kolose 4:2).

“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada” (Kolose 4:5).

Pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, melainkan mereka yang tidak pernah berhenti mencoba”

Kegagalan adalah tidak berhasil memberikan semua hal yang kamu dapatkan ke dalam proyekmu (rencana dan ambisimu). Anda tidak gagal karena membuat suatu kesalahan atau tidak melakukan sesuatu dengan sempurna, atau sekalipun Anda tidak melakukan sesuatu sama baiknya dengan yang Anda sanggup lakukan pada suatu waktu pada masa yang akan datang. “Kegagalan bukan sekedar tidak berhasil, tetapi kegagalan adalah tidak mencoba kembali setelah tidak berhasil”.

“Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh” (Filipi 3:16).

Di manapun Anda berada dalam pertumbuhan Kristen, berikanlah yang terbaik. “Keberhasilan pribadi bagi kita datang pada saat di mana kita tidak dapat melakukan hal yang lebih baik lagi dari pada yang kita sedang lakukan pada saat ini”.

Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.
Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. Bersukacitalah senantiasa.

Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya

(Ams 24:10; 24:16; 1 Tes 5:16-18; Ef 2:10)


SUMBER: LEMBAR BAHASAN ISU-ISU GUYS COUNSELING CENTER LAMPUNG