Minggu, 24 Februari 2013

KESEMBUHAN EMOSI

KESEMBUHAN EMOSI *Ocvita R. Prasetyaningtyas, S.H., M.A. I. PENDAHULUAN Ibu Rose sudah menikah selama tujuh tahun dan sangat mencintai suaminya. Masalahnya Ibu Rose tidak yakin apakah suaminya benar-benar mencintai. Ketidakpercayaannya memaksa Ibu Rose untuk memenangkan hati suaminya dengan merias wajah, rutin ke salon untuk perawatan diri dan selalu berdandan menarik. Ibu Shanti juga wanita yang sangat mencintai suaminya. Ibu ini sangat menikmati perannya sebagai seorang istri. Sebagai rasa terima kasih kepada suaminya, Ibu Shanti selalu merawat diri dan berdandan rapi dan menarik. Kedua ibu ini sama-sama senang berdandan rapi dan menarik. Namun yang membedakan adalah tujuan atau motivasi mereka. Ibu Rose berdandan cantik karena takut dan cemas suaminya akan berpaling pada wanita yang lebih cantik dan lebih muda darinya, sedangkan ibu Shanti berhias diri sebagai ungkapan untuk membalas cinta suaminya. Banyak orang hidup dilandasi dengan motivasi yang salah. Kebanyakan emosi yang negatif menjadi alasan seseorang untuk bertindak. Ini merupakan masalah emosi. Seperti penyakit pada tubuh kita, jika dibiarkan akan mengganggu aktivitas gerak kita, maka gangguan emosi juga akan berpengaruh pada gerak nalar kita, terutama dalam berperilaku dan bertindak. Karenanya, orang-orang yang demikian perlu mengalami kesembuhan emosi. Dalam Pengakuan Percaya Gereja Bethel Injil Sepenuh dalam 12 Pokok Kebenaran di ayat ke 10 dikatakan, “Kami percaya bahwa tiap-tiap orang beriman dapat disembuhkan dari segala penyakitnya oleh kuasa doa dalam nama Tuhan Yesus Kristus” (Tata Gereja Badan Persekutuan Gereja Bethel Injil Sepenuh, 2003. Hal 8). Frase “…dapat disembuhkan dari segala penyakitnya”, termasuk sakit secara emosi (kejiwaan). Menurut hemat saya jika emosi manusia yang sakit tidak hanya doa biasa yang dibutuhkan, tapi doa yang disertai skill khusus. Oleh sebab itu, saya akan memberikan pemaparan dibawah ini mengenai Kesembuhan Emosi. II. PENGERTIAN EMOSI DAN KESEMBUHAN EMOSI Menurut Kamus Bahasa Indonesia, emosi adalah 1 perasaan batin yg kuat; 2 keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (spt kegembiraan, kesedihan, keharusan, kecintaan, keberanian yg bersifat subjektif). Dalam literatur psikologi, emosi memiliki arti dan definisi berbeda-beda, tergantung orientasi teoritis dan penelitian para pakar. Namun definisi yang representatif dikemukakan oleh Kleinginna & Kleinginna, yang menyebutkan emosi adalah suatu perangkat interaksi kompleks antara faktor-faktor objektif dan subjektif, yang diantarai oleh sistem neural/hormonal. Interaksi itu dapat menimbulkan pengalaman afektif (perasaan senang/tidak senang, suka/tidak suka) (Suprapti Sumarmo Markam dalam Kumpulan Artikel Psikolog 3). Emosi mengandung tiga komponen; komponen faali/tanda fisik (misal: ketika marah, jantung berdebar-debar; ketika takut muka pucat), komponen kognitif/otak (kesadaran akan adanya suatu perasaan) dan komponen kecenderungan berperilaku ekspresif (baik melalui kata-kata atau tindakan). Ringkasnya, emosi merupakan perasaan batin yang memiliki elemen fisik dan kognitif-nalar yang mempengaruhi perilaku seseorang. Emosi menanggapi secara terus-menerus berbagai gagasan, kegiatan dan keadaan sosial yang kita hadapi sepanjang hari. Secara umum emosi dibagi dua, yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi terjadi apabila suatu hal yang menyinggung, menyentuh kepedulian, nilai, keyakinan yang dimiliki seseorang sebagai hasil pendidikan yang diperolehnya sejak dini. Apabila ia menilai sesuai dengan nilai yang dianut, atau sesuai dengan tujuannya maka akan timbul emosi positif. Contohnya bahagia, antusias, kagum dan senang. Namun, apabila peristiwa itu dinilai bertentangan dengan nilai yang dianutnya, menghina harga diri dan sebagainya maka muncul emosi negatif yang cenderung menghasilkan perilaku-perilaku yang tidak sehat, seperti marah, kuatir, takut, sedih, antipasti, kesepian, depresi. Mengenai definisi kesembuhan dalam Kamus Bahasa Indonesia kita hanya menemukan penjelasan yang singkat saja. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sembuh adalah menjadi sehat kembali (tt orang sakit, dr sakit atau penyakit); pulih jadi kesembuhan adalah perihal (yg bersifat) sembuh. Artinya kesembuhan adalah perubahan positif yang terjadi pada diri seseorang menyangkut jasmani-rohani; yakni dari sakit menjadi sehat. Jadi kesembuhan emosi tidak berkaitan dengan emosi secara keseluruhan. Namun berfokus pada masalah-masalah emosi negatif, yakni perilaku-perilaku emosi yang tidak sehat yang mengganggu kedewasaan seseorang. III. DASAR-DASAR ALKITAB UNTUK KESEMBUHAN EMOSI 1Tes 5:23, Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Manusia memiliki roh, jiwa dan tubuh. Dimana emosi atau perasaan termasuk dalam bagian jiwa manusia. Menurut Kenneth E Hagin secara ringkas, sifat manusia dalam dimensi jiwa adalah dimensi manusia yang berperan dalam hubungan-hubungan dengan dunia mental, intelek manusia, emosi, perasaan, dan kemauan; ini adalah bagian manusia yang mempertimbangkan dan berpikir. Di masa lalu kesembuhan banyak dikaitkan dengan penyakit jasmani. Banyak literatur Kristen mengenai kesembuhan Ilahi bermunculan di pasaran, sedangkan kesembuhan batin baru terbit belakangan. Rupanya kesadaran akan pentingnya kesembuhan batin termasuk emosi sama pentingnya dengan kesembuhan fisik mulai dipertimbangkan para hamba Tuhan. Padahal jauh sebelumnya Alkitab telah menyinggung mengenai kesembuhan batin ini. Berikut penjelasannya. 1. Tuhan menghendaki kita sehat Alkitab menyatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia pertama dalam keadaan sehat sempurna. Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Juga menjadi ciptaan yang sungguh amat baik (Kej. 1 : 26, 31). Tuhan menghendaki bagi umat manusia itu hidup sehat, bukan menderita dalam kesakitan. Hal ini disampaikan baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dalam Ulangan 7:15 dikatakan, ”TUHAN akan menjauhkan segala penyakit dari padamu, dan tidak ada satu dari wabah celaka yang kaukenal di Mesir itu akan ditimpakan-Nya kepadamu, tetapi Ia akan mendatangkannya kepada semua orang yang membenci engkau.” Dan juga dalam surat 3 Yoh 1:2 tertulis, ”Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.” Versi NKJV diterjemahkan, ”Beloved, I pray that you may prosper in all things and be in health, just as your soul prospers.” Dengan kata lain Allah menghendaki supaya kita hidup sehat. Benny Hinn dalam kata pengantar yang ditulisnya untuk buku ”Berjalan dalam Kesehatan Ilahi” karangan Don Colbert, M.D., mengatakan, ”Rencana Allah bagi manusialah agar manusia dapat menikmati kesehatan ilahi. Terlihat dari tubuh alami kita, dimulai dari struktur setiap sel tubuh mendukung pernyataan tersebut. Kesembuhan terjadi dalam tubuh manusia terus menerus. Sebagai contoh, apa yang terjadi jika jari anda terluka? Tidak peduli seberapa parah atau seberapa besar luka tersebut, saat itu juga setiap sel dalam tubuh anda akan memulai proses penyembuhan. Semua ini disebabkan adanya kemampuan dari tubuh ”pemberian Allah” untuk sembuh dengan sendirinya.” Orang yang sakit tidak dapat melakukan tugas. Orang sakit adalah orang yang butuh istirahat. Kita tidak akan pernah bisa mencapai potensi yang maksimal jika tubuh kita sakit. Oleh sebab itu Allah menghendaki kita sehat. ORANG YANG SEHAT ADALAH ORANG YANG MEMILIKI PELUANG DAN DIBERI BANYAK KESEMPATAN UNTUK MELAKUKAN SEBUAH TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DENGAN MAKSIMAL 2. Tuhan menghendaki setiap orang percaya mengalami pertumbuhan rohani Sebagai seorang Kristen hidup kita diawali dengan pertobatan. Ketika kita mengakui keotoritasan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat maka secara resmi kita adalah seorang ciptaan baru di dalam Kristus (2 Kor 5:17). Akan tetapi secara pengalaman, kita belum mengalami menjadi suatu realita ciptaan baru. Kita hidup menurut pikiran, kehendak dan emosi kita sendiri yang seluruhnya rusak. Untuk itulah maka setelah kelahiran baru kita perlu masuk dalam proses pertumbuhan. Firman Tuhan berkata, “… ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh 2:6). Dalam 2 Korintus 3:18 Rasul Paulus juga berbicara tentang orang-orang Kristen yang diubahkan “dalam kemuliaan yang semakin besar.” Ini berarti pertumbuhan rohani kita diukur dari keserupaan Kristus dalam nilai-nilai, sikap dan karakter Allah dalam seluruh kehidupan kita. Harus diakui bahwa perintah Allah untuk “… ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” adalah perintah yang berat. Hal ini dikarenakan adanya pikiran, emosi dan kehendak kita yang telah rusak akibat pengalaman traumatis di masa lalu ataupun pola asuh yang keliru dalam keluarga sehingga menjadi unsur penghalang dalam pertumbuhan rohani. Meski demikian jika kita mau berjalan dalam tuntunan Roh Kudus kita akan mengalami kemenangan demi kemenangan yakni pengalaman kesembuhan batin. IV. MASALAH-MASALAH EMOSI Masalah emosi bisa menimpa siapa saja, tua muda, miskin kaya, punya pengaruh atau tidak punya pengaruh. Namun beberapa orang tidak menyadari dirinya sedang memiliki problem emosi, bahkan hingga yang akut sekalipun. Ada beragam masalah seputar emosi, namun di sini hanya akan disajikan beberapa saja mengingat keterbatasan ruang. Tujuan agar pembaca mempunyai gambaran mengenai masalah-masalah seputar emosi sehingga dapat memberikan penanganan dini. 1. Depresi Menurut Wright depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan yang tidak ada harapan lagi. Depresi disebut juga sebagai penyakit pilek pikiran. Depresi merupakan bentuk kemuraman, kehilangan atau keadaan perasaan tertekan kemudian mempengaruhi hati, cara berpikir, fungsi tubuh dan perilaku. Karena sifatnya yang demikian maka dapat digolongkan ke dalam penyakit. Depresi dapat terjadi akibat stress yang tidak terselesaikan. Gejala-gejala orang depresi antara lain: - Malas bangun pagi hari - Melepaskan tanggung jawab keluarga - Pelupa dan ragu-ragu - Selera makan hilang - Gangguan seksualitas - Menutup diri, tidak mau diganggu - Sulit tidur - Pikiran terganggu/pikiran jelek - Suka istirahat di siang hari dan tetap capek setelah bangun - Tidak berdaya dan sulit berpikir untuk mencari solusi - Merasa tidak disukai orang lain, benci diri sendiri - Mengalami perubahan fisik - Keluhan penyakit baru: gatal, berkeringat, mual tanpa sebab - Mengira sedang menderita penyakit yang serius Penyebab depresi: Menurut Gary Collins ada tiga penyebab depresi yakni, pertama, keadaan tubuh. Misalnya gangguan hormonal (menopause), tumor, virus yang mengganggu perubahan kimiawi. Kedua, tekanan-tekanan. Misalnya stress yang menumpuk, kehilangan pekerjaan atau orang yang dikasihi. Ketiga, putus asa. Merasa tidak berdaya, sangat lemah, sendirian. Contoh : Elia dalam (1 Raja-raja 19:3). 2. Cemas Berlebihan Kecemasan adalah wujud emosi negatif yang tidak kentara tetapi dampaknya kuat. Sumber rasa cemas akan mudah ditelusuri dengan meneliti tiga penyebab dasar. Pertama, harga diri yang mungkin terancam oleh keraguan akan penampilan lahiriah maupun kemampuan. Kedua, kesejahteraan pribadi terancam oleh ketidakpastian akan masa depan, keraguan dalam mengambil keputusan dan keprihatinan akan materi. Ketiga, kesejahteraan pribadi terancam oleh berbagai konflik yang tidak terpecahkan. 3. Rasa Takut Rasa takut adalah perasaan yang sangat kuat yang mengiringi peristiwa traumatis, karena pada saat itu ada ancaman terhadap keutuhan hidup kita, baik secara jasmani maupun secara kejiwaan. Apakah kita tidak boleh memiliki rasa takut? Bukan demikian pengertiannya. Pada porsi yang normal, rasa takut diperlukan. Tanpa rasa takut, orang tidak tahu hal-hal yang membahayakan di depan matanya. Bagaimana kita bisa membedakan rasa takut yang wajar dan yang tidak wajar ? Rasa takut yang wajar adalah perasaan takut yang timbul ketika ada ancaman spesifik yang bisa membahayakan seseorang. Contoh: orang yang takut karena adanya gempa. Rasa takut yang tidak wajar adalah perasaan takut yang timbul walaupun tidak ada ancaman spesifik atau ketika ancaman bahaya sudah berlalu tapi perasaan takut masih menguasai. Contoh: gempa sudah lama berlalu tapi perasan takut masih ada yang memberikan reaksi yang berlebihan seperti keringat dingin. 4. Perilaku Adiktif Seorang wanita mengalami pengalaman pahit di masa kecil, yakni pada usia 5 tahun ditinggal papa tercinta untuk selama-lamanya. Untuk melupakan peristiwa pahitnya ini ia atasi dengan cara makan sebanyak-banyaknya. Akibatnya ia mengalami kegemukan (obesitas). Selama 10 tahun ia bergumul dengan kegemukannya ini, namun kecanduannya ini pulih seiring pemulihan hati oleh karya Roh Kudus. Seseorang yang memiliki masa lalu yang kelam biasanya berusaha melupakannya dengan cara menghindar dari akar masalah. Beberapa menjadi kecanduan. Inilah yang disebut perilaku adiktif. Perilaku adiktif berkembang tidak hanya terhadap alkohol dan narkoba, namun bisa terhadap uang dengan cara menghambur-hamburkan uang, shopping pakaian overdosis. Dewasa ini banyak kasus ditemui di kalangan wanita mengenai gangguan makanan seperti bulimia (makan sebanyak-banyaknya lalu dimuntahkan lagi), anorexia (membuat diri kelaparan) dan kegemukan (obesitas). V. LANGKAH –LANGKAH UNTUK MENERIMA KESEMBUHAN EMOSI Hal pertama yang perlu diingat bahwa tidak ada yang terjadi dalam hidup kita terjadi begitu saja. Buah dalam hidup kita, yakni setiap perilaku kita berasal dari “sesuatu”. Menurut Joyce Meyer, seseorang bersikap kasar dan ringan tangan karena suatu alasan. Perilakunya merupakan buah yang buruk dari pohon yang buruk dengan akar-akar yang buruk. Penelitian yang cermat terhadap akar-akar masalah dalam hidup kita adalah penting. Untuk itu ada langkah-langkah yang harus dilakukan supaya seseorang mengalami kesembuhan emosi. 1. MENGAKUI kebutuhan untuk sembuh. Dalam pelayanan kesembuhan emosi, hal pertama yang penting untuk dilakukan adalah seseorang harus berani mengakui bahwa dirinya sakit (Mat 9:10-13). Banyak dari kita telah membohongi diri sendiri dan orang lain dengan mengatakan, “Aku baik-baik saja, tidak ada masalah.” Bagi banyak orang hal ini bukan masalah. Tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui bahwa kita mempunyai kebutuhan, maka jelas tidak ada tempat untuk kesembuhan atau pertolongan dalam hidup kita. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda kesehatan mental yang baik dan bukti dari sikap yang jujur. 2. MENDIAGNOSA masalah. Layaknya seorang dokter mendiagnosa penyakit pasien. Diagnosa yang tepat akan memberikan cara penanganan yang tepat. Seorang remaja mungkin memiliki masalah dengan pergaulannya dengan teman sebayanya di sekolah, ketika sumber masalah itu diketahui sebenarnya itu berasal dari rasa sakit terhadap orang tua tirinya yang kejam di rumah. Seorang istri mungkin merasa sangat sakit hati setiap kali suaminya menghukum salah satu anaknya. Namun, rupanya rasa sakitnya itu berasal dari luka emosionalnya sendiri sebagai seorang anak ketika dahulu diperlakukan sama oleh ayahnya. Menurut Joyce Meyer, dalam hal ini penting bagi seorang hamba Tuhan untuk mengijinkan Roh Kudus memandu dan mengarahkan kita dalam proses diagnosa ini. Karena aspek pelayanan Roh Kudus adalah memimpin kita kepada kebenaran (Yoh 16:13) dan Roh Kudus mengingatkan kita (Yoh 14:26). Mungkin ada hal-hal yang terlupakan karena mengingatnya membuat mereka merasa sangat pedih , sedangkan hal-hal tersebut perlu diingatkan kembali dalam rangka proses penyembuhan. 3. MENGAMPUNI diri sendiri dan orang lain Jika Anda mendapat luka di tangan Anda dan Anda meninggalkan luka terbuka, cepat atau lambat luka tersebut akan terkontaminasi dan terinfeksi. Hal yang sama berlaku di daerah emosional. Luka emosi adalah luka terbuka untuk datangnya kemarahan, kepahitan, depresi, dan kecemasan. Firman Tuhan menunjukkan bahwa kita bisa "memberikan tempat untuk iblis" ketika kita marah lebih dari satu hari (Efesus 4:26-31). Agar supaya hati kita bebas dari kontaminasi, maka kita harus mengampuni mereka yang telah menyinggung kita. Mengampuni bukanlah sekedar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita, juga bukan semacam perasaan rohani yang mistik. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan meskipun disakiti. Mengampuni seringkali merupakan proses dan bukan suatu tindakan "sekali jadi". Kita terus mengampuni SAMPAI rasa sakit itu hilang. Semakin dalam lukanya, semakin besar pengampunan itu diperlukan. Untuk mengetahui lebih jelas pembahasan mengenai mengampuni silahkan dibaca tulisan Nono Robiharjo, S.Th di BETHELIGHT edisi 20 Mei 2012, halaman 27-29, dengan judul artikel: APA ARTI MENGAMPUNI ORANG LAIN? Jika Anda telah disakiti oleh orang lain, maka penting sekali tidak hanya untuk mengampuni mereka yang menyakiti Anda, tetapi juga minta ampun kepada Allah atas reaksi Anda yang salah terhadap mereka. Jika Anda lakukan ini, mungkin Anda akan merasakan suatu kebutuhan untuk MENGAMPUNI DIRI SENDIRI. Ada kalanya, musuh terbesar kita adalah kegagalan kita sendiri. Sering kali kita lebih keras terhadap diri sendiri daripada terhadap siapapun. Jika Anda mengalami kegagalan, curahkanlah rasa gagal itu kepada Tuhan didalam doa, akui dosa Anda, dan katakan kepadaNya bahwa Anda TELAH mengampuni diri sendiri. Setiap kali rasa gagal itu muncul berterima kasihlah kepada-Nya buat pengampunan-Nya. 4. MEMUTUSKAN pola hidup yang diwariskan kepada kita Biasanya orang tua mewariskan sistem nilai dan kepercayaan kepada anak-anaknya. Sistem nilai di satu keluarga belum tentu sama dengan keluarga yang lain. Karena ini merupakan pola yang kita terima sejak kecil maka kadang kala kita tidak sadar bahwa apa yang selama ini kita lakukan atau percayai adalah keliru dan jahat. Seorang wanita yang memiliki warisan traumatis di masa kecil akibat sang yang berselingkuh dan meninggalkan ibu dan dirinya. Ibunya tidak bisa mengampuni suaminya itu dan mengajarkan anaknya supaya untuk mengawasi suaminya kelak. Trauma ini menggores hatinya dan terus terbawa ke dalam kehidupan pernikahannya. Wanita ini selalu mencurigai kalau suaminya pulang telat. Ia selalu mendesak dengan banyak pertanyaan. Rasa curiga dan ketidakpercayaan ini membuat dirinya tersiksa siang malam. Pola dan sistem nilai yang keliru seperti ini perlu diputuskan agar tidak mengintimidasi dan membuka luka yang baru dipulihkan. 5. PIKIRKANLAH pikiran Allah. 1 Petrus 4:1 menyatakan, “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian-karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.” Penelitian yang cermat mengenai ayat ini menyingkapkan bahwa kita harus memperlengkapi diri dengan pikiran yang benar. Karena memiliki “susunan pikiran” yang tepat adalah penting untuk menang. Jadi kita perlu meluangkan waktu untuk merenungkan firman Tuhan setiap hari. Diperlukan waktu 49 hari untuk mematahkan suatu kebiasaan buruk dan menggantinya dengan yang baik. 6. BERTEKUNLAH dalam doa dan melakukan Firman Allah. Sembilan puluh persen dari keberhasilan ialah menyelesaikan! Alkitab berkata, "Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia" (2 Tim 2:12). Ketekunan mempunya dua aspek: di satu sisi ketekunan berarti komitmen di pihak kita untuk tidak menyerah, suatu tekad untuk mengerjakannya sampai tuntas. Di sisi lain ketekunan berhubungan dengan kesanggupan yang diberikan Allah. Allah memberi kasih karunia kepada kita untuk dapat menyelesaikannya apa yang Ia perintahkan untuk kita lakukan. PerintahNya juga merupakan janji kemenangan-Nya. VI. PENUTUP Mrk 2:17, Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Yesus ingin membawa manusia yang ia sembuhkan secara total dan holistic masuk ke dalam persekutuan dengan Allah dan mengalami kelimpahan berkat Allah yang seutuhnya (bdk. Yoh.10:10). Yesus disebut waktu itu sebagai seorang tabib, dokter pada jaman sekarang. Menurut kamus Webster dokter adalah “seseorang yang trampil dalam seni penyembuhan”. Perjanjian Baru melukiskan betapa Yesus trampil dan punya seni dalam menyembuhkan. Ia selalu memperlakukan manusia secara utuh. Di sisi lain Ia mampu memberikan kesembuhan sesuai kebutuhannya, baik di bidang emosi, fisik, atau pun spiritual. Yesus adalah Pribadi Penyembuh. Kehadiran-Nya saja telah membuat orang lain menjadi sembuh (bdk. Petrus). Pendekatan holistik juga sangat menekankan soal “seni”, lebih daripada pengetahuan medis. Cara Yesus menyembuhkan sangat kreatif. Ada dengan meraba, penopangan tangan (touching), dengan berkata (komunikasi), dengan ludah (mirip dengan penggunaan minyak), exorcism (pengusiran setan), dlsb. Namun inti dari seluruh pelayanan Yesus adalah membawa individu kepada pemulihan relasinya dengan Allah. Jika kita dapat menjadi ‘pribadi-pribadi penyembuh’, maka masyarakat kita menjadi the healing community. Hanya orang yang sehat dapat peduli pada kesehatan orang lain. Orang buta tidak bisa menuntun orang buta. Luk 6:39, Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? ----------------------------------------------------------------------------- *Ocvita Retnoprasetyaningtyas, S.H., M.A., Adalah hamba Tuhan di GBIS Purwokerto. Pelayanan lain yang dipercayakan Tuhan dalam hidupnya adalah sebagai Konselor dan Pembicara dikalangan Anak Muda, Pengajar di STT Injili Purwokerto, Exs. Staff dan Pengajar di STT Torsina Surakarta. Sumber Pustaka: - Alkitab. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 1990/TB/BIS). - David A. Seamands, Kesembuhan Memori (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2007) - Echols, John M. Kamus Inggris Indonesia. (Gramedia Pustaka Jakarta, 1990). - Joyce Meyer, Perhiasan Kepala Ganti Abu Bebas Dari Kenangan Menyakitkan (Jakarta: Metanoia, 2001) - Kenneth E Hagin, Manusia Dalam Tiga Dimensi (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel) - Kumpulan Artikel Psikologi 3 (Jakarta: Intisari Mediatama, 2008) - Paul Meier, M.D, Dkk, Mengendalikan Mood Anda (Yogyakarta: yayasan Andi, 2000) - Rudy A. Alouw, MA, Stress, Depresi, Penyakit dan Terapinya (Bandung: Institut Alkitab Tiranus) - School of Healing (Duta Pembaharuan, 2008) - Sue Burnham, Emosi Dalam Kehidupan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990) - Tata Gereja Badan Persekutuan Gereja Bethel Injil Sepenuh, (Solo. 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar