Kamis, 05 November 2009

HOMOSEKSUAL DAN PENANGANANNYA









Pendahuluan

Saya membaca pada rubrik Konsultasi Kesehatan Jiwa di Harian Pikiran Rakyat yang diasuh oleh seorang psikiater yang bernama dr. Teddy Hidayat, SpKJ. Demikian kasusnya:

Saya seorang remaja putra yang memiliki perilaku aneh dalam hal seks. Saya suka masturbasi satu sampai dua kali sehari. Saya selalu terangsang bila melihat sosok pria yang tegap, kekar, berwibawa dan berpenampilan professional. Terutama yang berseragam seperti polisi atau tentara. Di tempat tidur saya suka membayangkan, diri saya adalah seorang tahanan yang menyerahkan diri, diborgol, dikawal polisi ke sel, dirantai dan di penjara. Kemudian membayangkan bahwa saya lama mendekam di sana, menggengam jeruji besi dan menatap sipir berbadan tegap yang berpatroli, mengawasi kalau-kalau saya melarikan diri, walaupun saya senang di dalamnya. Kalau saya membayangkan terus menerus, tidak jarang mengalami ejakulasi secara spontang.

Akibatnya saya tergila-gila pada film tentang penjara, foto-foto tentang tahanan dan berita kriminal. Saya sama sekali tidak tertarik dan bergairah terhadap wanita, sekalipun ia seksi dan cantik. Demikian pula pada gambar porno atau “blue film”, saya tidak tertarik (PR: Pebruari 2005)

Kasus di atas disimpulkan oleh pengasuh bahwa remaja tersebut sebagai seorang homoseksual, walaupun dalam hal ini remaja itu masih dalam tahap awal “kecenderungan homoseksual”, yakni yang disebut dengan pseudohomoseksual. Penulis lebih prihatin lagi mengenai enam (6) solusi yang ditawarkan oleh pengasuh rubrik itu demikian:

Pertama, aversi kimiawi ialah terapi bahan kimia atau obat yang berkasiat untuk membuat rasa mual pada saat mulai terangsang secara seksual. Kedua, sensitisasi terselubung dimana memakai daya khayal untuk mencegah berhentinya rangsangan seksual. Ketiga, sensitisasi bau dimana pada saat timbul rangsangan gairah seksual diberikan rangsangan bau yang tidak sedap. Keempat, fading atau pergantian dimana terapi dilakukan dengan mengunakan foster pria dan wanita telanjang yang tunjukkan secara bergantian untuk membangkitkan ereksi yang kuat bila melihat wanita telanjang dibandingkan dengan melihat poster laki-laki. Kelima, modifikasi fantasi masturbasi. Keenam, meningkatkan tingkahlaku heteroseksual dimana klien dipaksa untuk bergaul dan berperilaku heteroseksual.

Dengan melihat kasus di atas, yang menggambarkan luasnya pengaruh dunia sekuler dalam peranannya bagi kehidupan masyarakat masa kini, dimana terapi dalam dunia sekuler normatifnya sangat bertentangan dengan azas-azas kebenaran Alkitab. Untuk menjawab tantangan jaman ini dibutuhkan pembimbing, pengasuh dan konselor yang takut akan Tuhan, memiliki kompetensi serta dedikasi yang berdasarkan kebenaran Alkitab.

Banyak hal yang dipertanyakan oleh dalam masyarakat mengenai perilaku-perilaku seksual yang menyimpang dari gaya hidup manusia masa kini, seperti eksibisionisme (memamerkan kemaluannya), voyurisme (mengintip hubungan seks), fetihisme (menyimpan benda-benda yang dapat membangkitkan gairah seks), pedofilia (berhubungan seks dengan anak kecil), masokisme (suka disakiti agar memiliki gairah seks), sadisme (suka menyakiti untuk mendapat kepuasan seks), inses ( berhubungan seks dengan orang yang memiliki hubungan darah), sodomi (berhubungan seks melalui dubur), nekrofilia (berhubungan seks dengan mayat), dan homoseksual. Dalam tulisan ini hanya dibahas tentang Isu-Isu Konseling Kontemporer masalah “Homoseksual dan Penanganannya”.

Walaupun Alkitab menghargai seksualitas kita, Alkitab juga memberi peringatan-peringatan. Tentang hal ini sering kali kita memahami seksualitas kita melalui kaca yang gelap. Tugas kita sebagai orang Kristen ialah mencari jalan di tengah-tengah penyelewengan seksualitas dan masuk ke dalam keutuhan seksualitas. Dosa telah menyelewengkan seksualitas dengan berbagai cara. Menurut Foster, penyelewengan itu antara lain pornografi, hawa nafsu seksual, sadisme dan masochisme, seksisme dan homoseksualitas.

Pandangan sebagian orang mengenai homoseksual merupakan sesuatu hal yang wajar dan bisa diterima secara umum di masyarakat, di mana sesuatu yang abnormal sudah dianggap normal, sebab sudah terbiasa melihatnya dikomunitasnya. Maka, untuk menjawab persoalan itu secara kristiani akan muncul pertanyaan: “Bagaimana pandangan Alkitab mengenai homoseksual dan bagaimana menangganinya secara alkitabiah?” Apakah homoseks dapat disembuhkan atau diubahkan? Bagaimana orang Kristen dalam memandang orang-orang yang mengalami penyimpangan seksual seperti homoseks, menghakimi atau menerima dan memberikan pertolongan?


Pandangan Umum

Bagi sebagian orang memiliki pandangan bahwa homoseks merupakan “tipe orang tertentu”, orang yang bagian dalam dirinya berbeda dengan kita. Orang ini mungkin saja dijuluki “aneh”, “gay”, peri”, “ratu, atau “homo”. Biasanya mereka menjalani kehidupan homoseks “karena begitulah dia”. Wanita bercinta dengan wanita bagaikan sesuatu yang wajar, ia melakukannya sesuai dengan dorongan alamiah dan keinginannya. Atau, ia melakukan hal-hal yang tidak semestinya?

Orang Kristen pun menganggap seseorang berdosa karena ia adalah seorang pendosa. Bukan perbuatan dosa yang menjadikan seseorang pendosa, tetapi karena sifat dasariah-nyalah yang membuatnya berdosa. Pernyataan ini tidak seluruhnya benar, sama seperti ide konvensional tentang homoseksualitas. Menurut pandangan ini, seorang bisa melakukan hubungan homoseksul karena ia memiliki sifat dasariah seorang homoseks. Memang benar, orang sebelum melakukan dosa pada dasarnya ia adalah orang berdosa. Yang mendasari ia melakukan dosa, karena ia tidak mengenal Kebenaran Allah, bukan orang berdosa itu pada dasarnya adalah seorang homoseks.


Pandangan Alkitab

Homoseksualitas disebutkan dalam Alkitab hanya sebanyak tujuh kali, itu pun hanya secara singkat. Bagian Alkitab yang memuat tentang homoseksualitas adalah: Kejadian 19:1-19; Imamat 18:22; 20:13; hakim-hakim 19:22-25; Roma 1:25,26; 1 Korintus 6:9; 1 Timotius 1:9,10. dari semua ayat ini, tidak satupun yang menyetujui homoseksualitas.

Beberapa ayat itu menyatakan bahwa praktik homoseksualitas bukan hanya berdosa, tetapi juga tidak wajar dan menyesatkan. Dosa homoseksualitas nilainya sama dengan dosa-dosa yang lainnya, dan dosa dipandang Allah sebagai kejijikan.

Gagasan seksualitas manusia itu sebenarnya bersifat netral, namun ada keyakinan dalam kekristenan bahwa bahwa kita diciptakan dengan sifat heteroseksual bawaan.

Keyakinan seperti itu didasarkan pada Kejadian pasal dua tentang penciptaan laki-laki dan perempuan. Di sini, Allah menciptakan perempuan sebagai “penolong yang sepadan” dengan laki-laki. Selanjutnya, laki-laki diperintahkan oleh Allah untuk bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi sedaging. Meskipun manusia telah jatuh sangat jauh dari maksud Allah yang semula, namun orang Kristen percaya bahwa setiap manusia masih mengemban rancangan Allah yang asali. Ketika rancangan ini dibengkokkan oleh dosa, maka timbullah masalah seperti homoseksual.

Perilaku homoseksual adalah perilaku “hubungan seksual” di antara pasangan sesama jenis untuk mencapai orgasme. Seorang homoseks adalah pria atau wanita yang menjalankan aktifitas dan perilaku homoseks. Homoseksualitas adalah masalah yang biasa terjadi pada kedua jenis kelamin, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Homo berarti “seperti” atau “sama dengan”. Kata homo” tidak hanya untuk pria, tetapi juga pada wanita. Namun pada wanita kata homo dipakai istilah lesbian. Chesser menyebut kaum homo itu sebagai perempuan-jantan dan laki-laki-betina dimana mereka menjadi demikian disebabkan oleh pengalaman-pengalaman hidup.

Contoh, seorang alkoholik merupakan seorang yang terjerat dan terikat dengan minuman keras dan dia tidak bisa terlepas dari minuman keras itu. Sehingga tiap-tiap hari ia adalah hidup sebagai seorang pemabuk, namun siapakah yang mau ditakdirkan sebagai pemabuk. Tidak ada seorang pun dilahirkan sebagai pemabuk, begitu juga dengan seorang homoseks. Tidak ada seorangpun yang dilahirkan sebagai homoseks.

Seorang homoseks bukan pada dasarnya ia dilahirkan sebagai homoseks, walaupun tidak menutup kemungkinan seorang pendosa mempunyai kecenderungan untuk melakukan dosa termasuk salah satunya adalah perilaku homoseks. Namun di sini saya cenderung mendasarkan perilaku homo itu merupakan satu sikap yang dikembangkan terus menerus dalam pikiran dan kehidupannya. Sekali seseorang mengalami kenikmatan dan kepuasan fisik dengan sesama jenis, maka ia akan cenderung mengulanginya. Semakin sering seseorang mengalaminya, maka semakin nyata pola yang terbentuk dalam perilakunya. Apa yang ia lakukan mencerminkan siapa ia dan sebaliknya. Homoseksual merupakan istilah yang tidak bisa terlepas dari unsur moral.


Tipe-Tipe Homoseksualitas

Menurut lionel Ovesey seorang psikoanalis yang menemukan istilah pseudohomoseksual, yaitu orang yang ketakutan kalau dirinya adalah seorang homoseks padahal tidak. Ia menggambarkan tentang perbedaan tingkat atau kadar homoseksualitas di kalangan pria.

Rentangnya dimulai dari pria yang betul-betul heteroseksual sampai kepada mereka yang disebut “Homoseks eksklusif”. Pria yang heteroseksual adalah pria yang kadang-kadang berhubungan dengan sesama lelaki tetapi mereka “lebih menyukai perilaku heteroseksual”, yaitu berhubungan dengan wanita. Pria yang disebut homoseksual eksklusif adalah pria yang tidak pernah menjalin hubungan lain selain hubungan homoseks. Di antara keduanya terdapat kategori biseksual. Pria yang sudah menikah dan mempunyai anak, tetapi di sisi lain ia hidup sebagai gay. Demi kehidupan homoseksual yang harus disembunyikan, maka mereka itu disebut sebagai “homoseks tertutup” (closet queens). Homoseks situasional merupakan perilaku homo yang terjadi karena desakan situasi, dan biasanya terjadi di penjara, di biara, di angkatan bersenjata, dan di ekspedisi ilmiah yang hanya diikuti oleh pria. Homoseks seperti ini selanjutnya dapat dikenal sebagai homoseks aktif dan pasif.

Teknik dalam perilaku seks yang menyimpang. Teknik yang dipakai oleh pasangan homo biasanya dalam berhubungan intim antara pria dengan pria melalui penis yang dimasukkan ke mulut atau di masukkan ke dubur. Demikian pula perilaku homoseks wanita dalam berhubungan intim dengan saling menjilat klitoris atau saling membelai dan menjilati bagian tubuh tertentu yang membuat keduanya mengalami gairah seksual.


Penyebab Homoseksualitas

Menurut beberapa teori analitis, homoseks datang dari keluarga dengan peran ibu yang dominan dan ayah yang pasif serta kurang berwibawa. Peranan seorang ibu yang terlalu dominan dan otoriter serta peranan dan tanggungjawab seorang suami yang melepaskan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga yang dilihat oleh seorang anak, maka anak akan mengalami kesulitan dalam menilai seksualitas dirinya. Pengalaman seperti itulah yang mendorong anak memiliki kecenderungan pseudohomoseksual, dan selanjutnya ia akan rentan untuk berperilaku homo karena pada awalnya ia frustasi dan tidak menyadari atau tidak tahu seksualitas dirinya. Akar penyebab homoseksualitas dan banyak lagi gangguan kepribadian lainnya telah terbentuk sejak masa tiga tahun pertama, kemudian berlanjut hingga usia remaja.

Worthen juga berpendapat bahwa ”akar homoseksualitas yang terdalam adalah retaknya hubungan dalam keluarga yang mengakibatkan ketiadaan rasa memiliki dan dimiliki atau ketiadaan pengakuan. Rasa aman atau sejahtera seorang anak bergantung kepada tiga jalur hubungan: ibu dengan anak, ayah dengan anak, dan hubungan ayah dengan ibu yang sering kali dilalaikan. Keretakan apa saja dalam segitiga hubungan ini akan mengakibatkan keresahan atau hilangnya rasa sejahtera pada anak ” .

Kedua, faktor genetika “kromosom”, bawaan sejak lahir. Bukti-bukti ilmiah sejauh ini tidak menunjukkan kesimpulan yang signifikan bahwa penyimpangan perilaku seksual disebabkan oleh sistem hormonal. Hormon seks bukanlah faktor yang menentukan perilaku seksual atau yang menentukan jenis kelamin pasangan kita.

Ketiga, reinforced learning yaitu faktor pembelajaran yang terus-menerus mendapat penguat. Worthen mengutip pernyataan Badan Pendidikan dan informasi Seks Amerika Serikat dalam buku Sexuality and Man sebagai berikut:

“Manusia tidak memiliki keinginan bawaan untuk mencapai sasaran teretentu dalam hubungan dengan seks, tetapi perilaku seksualnya merupakan hasil menyeluruh dari pendidikan dan kebiasaan yang dialaminya.”

Homoseksualitas terjadi dalam banyak tingkatan dan memiliki bermacam-macam penyebab, banyak diantaranya di luar kendali individu itu sendiri. Seseorang dengan 20 atau 30 persen kecenderungan terhadap homoseksualitas akan merasa lebih mudah “diubahkan” kepada orientasi heteroseksual sepenuhnya daripada orang dengan kecenderungan homoseksual 80 atau 90 persen.


Penanganan Homoseksual

Homoseksualitas adalah usaha pencarian kasih dan pengakuan yang salah arah, dimana dalam usaha tersebut sebuah relasi menjadi hal yang sangat penting. Jika sebagian orang memandang homoseks itu merupakan orang yang normal, maka Alkitab mengatakan orang itu adalah tidak normal. Alkitab memberikan petunjuk yang jelas dan langsung, Alkitab memandang persatuan heteroseksual sebagai maksud Allah untuk seksualitas dan melihat homoseksualitas sebagai sebuah penyelewengan dari pola yang diberikan Allah.

Allah menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan untuk melakukan aktifitas “kontak” seksual menjadi “satu daging” di dalam bahtera rumah tangga, antara suami dengan isteri. Sekali lagi patner yang ditetapkan Allah adalah antara laki-laki dengan perempuan, bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.

Kesadaran untuk menolong para homoseks seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen yang tahu dengan jelas bahwa perilaku homoseksual itu merupakan penyimpangan seksualitas dan abnormal. Demi menolong orang homoseks sebaiknya jangan memberikan penghakiman pada mereka, melainkan dengan kasih kita mengasihi orangnya dan membenci perilakunya. Semua orang yang terjerat di dalam kekacauan kebudayaan dan gerejawi tentang homoseksualitas memerlukan belas kasihan dan pengertian dari kita yang tahu kebenaran. Kita perlu memohonkan pengampunan dari orang-orang homoseks yang telah terasing dan teraniaya. Kita perlu membuka telinga untuk empati untuk memberikan pengertian, nasihat dan pennilaian moral yang bijaksana. Dukungan doa dan kasih persekutuan kristiani mutlak diperlukan untuk menolong kaum homo untuk mengubah perilakunya sesuai dengan dengan terang Alkitab.

Dalam hal ini, demi melakukan pendekatan pelayanan terhadap orang homoseks kita seharusnya lebih menekankan pada perilaku daripada orang yang melakukan, pada gaya hidup yang diadopsi seseorang dan bukan pada orang yang mengadopsi gaya hidup tersebut. Siapa yang mau dekat dengan kita jika kita sudah menghakiminya dan dia sudah merasa tertuduh?

Hal pertama yang perlu dikatakan adalah bahwa mereka tidak memilih homoseksualitas mereka seperti juga dengan seorang anak yang timpang tidak memilih untuk menjadi timpang. Keduanya menyimpang dari maksud Allah, tetapi tidak dapat dipersalahkan. Tetapi walaupun kaum homoseksual tidak bertanggungjawab atas homoseksualitas mereka, mereka bertanggungjawab atas apa yang mereka perbuat. Pilihan-pilihan harus dibuat, dan bagi orang Kristen yang mendapatkan diri mereka memiliki orientasi homoseksual, pilihan-pilihan itu harus dibuat berdasarkan terang kebenaran Firman Allah dan kasih karuniaNya.

Pada umumnya ada tiga pilihan yang mendasar bagi kaum homo: mengubah orientasi homoseksual mereka, mengendalikan orientasi homoseksual mereka, atau mempraktekkan orientasi homoseksual mereka. Yang paling mungkin untuk kaum homo adalah mengubah dan mengendalikan orientasi homoseksualitas. Langkah pertama adalah menyadarkan mereka akan dosa homoseksualitas “bertobat”. Kedua, menolong mereka yang berjuang dalam mengubah perilaku homoseksual pada kehidupan yang normal “kekudusan dan kesucian”. Ketiga, berdoa untuk memberikan dukungan secara rohani. Keempat, membaca Alkitab sebagai cermin hidup dan belajar memahami kebenaran Allah. Kelima, pembaharuan dalam kognitif “konsep” alkitabiah.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. (1 Kor 6:9-11)

sumber: lembar bahasan isu-isu guys counseling center lampung

3 komentar:

  1. Dari beberapa artikel yang saya baca, belum ada orang homoseksual sembuh dari ketertarikannya terhadap sesama jenis..dan adakah orang homoseksual yang memberikan pengakuan bahwa dia telah sembuh? karena banyak counselor adalah orang heteroseksual...apakah counselor tersebut bisa merasakan menderitanya seorang homoseksual?

    BalasHapus
  2. Ada pengakuan dari seorang mantan homosexual Bahwa apa yang dialaminya adalah seringkali ia merasa ketakutan akan Rasa tertolak, takut untuk menikah, dll

    BalasHapus
  3. Makasih atas artikelnya sungguh memberkati
    Berilah yg terbaik tuk kemuliaan Tuhan

    BalasHapus