Senin, 02 November 2009

MENANTANG MASA DEPAN






Introduksi

Setiap insan yang hidup di dunia ini tentu mendambakan hidup yang sukses dan berhasil. Namun pada zaman yang semakin sukar saat ini, persaingan yang sangat ketat dan dunia kerja yang semakin sempit peluangnya (apalagi ditambah harga BBM naik) membuat hampir semua orang mengalami ciut hati. Semua orang dihantui oleh masa depan, tetapi generasi muda tetap bersikap optimis dan menantang masa depan dengan sejuta cita-cita, mimpi-mimpi dan ambisinya. Namun kecenderungan untuk mencapai sukses dengan mengumpulkan materi menduduki tempat teratas, dan melaluinya dapat menjamin masa depan, dan makin nampak sebagai aspirasi tertinggi generasi muda masa kini.

Memperjuangkan nilai-nilai ideologis, politis dan rohani sebagai tantangan masa depan rupanya hanya dilihat oleh satu minoritas generasi muda masa kini. Anda termasuk di mana?


Prioritas

Di tengah-tengah segala perjuangan cita-cita dan ambisi orang-orang muda masa kini datanglah Firman TUHAN: “Carilah dahulu Kerajaan Allah, … Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kausediakan (kekayaan dan kedudukan), untuk siapakah itu nanti?... Pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari TUHAN akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannnya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (Matius 6:33; Lukas 12:20; 1 Korintus 3:13-15).

Firman TUHAN menempatkan hidup kita dalam dimensi yang kekal. Segala hal yang penting namun bersifat sementara dan fana harus dilihat dalam skop yang mahapenting dan kekal. Apa yang merupakan tujuan Allah dalam hidup kita, baik untuk masa kini maupun untuk dunia yang akan datang perlu kita pertanyakan dan yakini kemudian, supaya hidup kita tidak berlangsung di luar rencana Allah.


Konsep Keberhasilan

“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” (Amsal 10:4 bdk. 19:15). Perlu diinggat dalam setiap usaha dan pekerjaan kita Allah turut bekerja, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak menambahinya” (Amsal 10:22).

TUHAN memerintahkan manusia untuk bekerja sebelum manusia jatuh dalam dosa (di taman Eden). “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kejadian 2:15).

Kata “mengusahakan” dalam bahasa Ibrani “dbe –‘abad”, yang berarti menyembah, taat, mengabdi, melayani. Jadi, orang yang bekerja (“abad”) adalah orang yang sedang menyembah, mengabdi, melayani dan taat kepada Allah. Hidupmu adalah untuk Allah!

Apapun pekerjaanmu adalah bentuk penyembahanmu kepada Allah. Oleh sebab itu, bekerjalah dengan benar, setia serta dengan penuh tanggung jawab.

“masing-masing menurut kesanggupannya,… Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar” (Matius 25:15, 21,23). Perhatikan bahwa Sang Majikan bukan berkata: “Hai hamba-Ku yang berhasil”, melainkan “Hai hamba-Ku yang baik dan setia, engkau telah setia dalam perkara kecil…”. Lalu pegawai ketiga bukan disebut “hamba yang gagal”, melainkan “hamba yang jahat dan malas”. Ia dimarahi bukan karena tidak menghasilkan talenta, melainkan karena ia tidak mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya (Matius 25:24-26).

Pokok bahasan cerita ini (Matius 25:14-30) bukanlah tentang jumlah talenta, melainkan tentang bagaimana sikap para hamba dalam (kemampuannya) mengelola talenta. Sikap yang dipuji adalah sikap setia terhadap tugas, yaitu bijaksana dalam mengatur tugas, bertanggung jawab terhadap tugas, rajin dalam menjalankan tugas, waspada dalan melaksanakan tugas, rela berlelah dalam menyelesaikan tugas (bdk. Matius 24:43-44, 45-51: 25:1-14).

Sebaliknya, sikap yang dicela adalah sikap kerja yang asal-asalan, yang dilakukan dengan setengah hati, yang kurang bertanggung jawab dan kesungguhan, yang tidak berencana, yang kurang dipersiapkan, yang kurang cermat dan yang berhenti di tengah jalan.

Standar Yesus bukanlah produk, melainkan proses; yakni apa yang disebut dengan “orientasi proses” sebagai kebalikan “orientasi produk”, di mana seseorang mengalami proses upaya dalam mencapai hasil akhir. Bagaimana dengan cara kerja Anda saat ini? Sudah sesuaikah dengan pandangan Yesus dalam hal ukuran kesuksesan?
Apa gunanya memenangkan, memperoleh atau meraih sebuah hasil yang gemilang, kalau hasil itu didapat secara curang? Apa guna menghasilkan sesuatu dengan jalan pintas dan tergesa-gesa kalau kemudian hari malah menimbulkan bencana (Amsal 19:2)?

Dalam pendekatan orientasi proses, kegagalan itu sendiri bukan merupakan kesalahan; yang salah adalah sikap yang kurang tekun atau kurang cermat sehingga berakibat kegagalan. Yang terpenting kita sudah berusaha dengan penuh kesungguhan, berapapun hasilnya itu bukan soal utama. Ukuran pelayanan dan penyembahan bukanlah hasil, melainkan kesetiaan, ketekunan, kesungguhan, kegembiraan, kerelaan dan kejujuran kita dalam melayani (bekerja). Hidupmu adalah penyembahanmu!

“Hal yang dipikirkan orang dalam hatinya demikianlah ia” (Amsal 23:7, NIV). Jadi, apapun yang menguasai pikiran Anda, menguasai Anda, “What’s got your mind, has got you!” Pepatah Amerika berkata: “Success is not what you achieve, success is what you achieve compored with what you could achieve” (Sukses bukan apa yang Anda capai atau lakukan “hasilkan”, sukses adalah apa yang Anda capai atau lakukan “hasilkan” dibandingkan dengan apa yang Anda sanggup capai atau lakukan “hasilkan”.

Jadi, sukses adalah menerima hal yang paling maksimal dari kemampuan Anda dalam situasi di mana Anda berada saat ini. Sukses tidak ditentukan secara realistis dengan mengukur diri sendiri berdasarkan penerimaan orang lain, penampilan, kekayaan dan apapun juga.

Anda telah sukses tatkala dapat berkata bahwa Anda telah melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan pada suatu waktu. Pertanyaannya: “Apa lagi yang bisa saya lakukan?” (Bacalah Lukas 10:39,42; 14:3-9). Jika Anda tidak tahu tujuan Anda, maka dapat dipastikan bahwa Anda akan tiba di tempat yang lain atau di tempat yang salah.



Kesuksesan adalah Kemampuan Bergantung Kepada Yesus


Ada seorang muda yang memiliki satu pergumulan dalam hatinya. Ia ingin mendapat jawaban atas satu pertanyaan yang terus mendengung, “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal? Pertanyaan itu menyingkirkan segala pertimbangan rasa malu, sehingga ia mengambil keputusan untuk bertemu dengan TUHAN Yesus meskipun di tengah jalan banyak orang yang memperhatikannya. Dunia tahu apa yang menjadi keputusan pemuda tadi dalam hidupnya (baca Markus 10:17-22).

TUHAN Yesus memperhadapkan kepada pemuda itu dengan Hukum Allah. Dengan bijaknya TUHAN Yesus mengambil beberapa hukum Allah yang mempunyai relevansi khusus dengan orang-orang muda, “Jangan membunuh!”. Kita dapat membunuh orang lain dengan tangan, mulut maupun dengan mata dan bahkan dengan tidak berbuat apa-apa “bungkam” sekalipun. “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia” (1 Yoh 3:15).

Mata pemuda tersebut yang berhadapan dengan TUHAN Yesus tetap berani memandang-Nya, lain dari kita yang telah membunuh melalui kebencian dengan langsung atau tidak langsung ikut serta menggugurkan bayi dalam kandungan. “Jangan berzinah!” Pemuda itu belum menundukkan kepala. Meskipun ia memiliki segala sesuatu dan berpengaruh, ia tidak menyalahgunakan kekayaannya untuk terjun dalam dunia pergaulan bebas. “Jangan mencuri!” Kita ingat akan barang-barang yang pernah kita pinjam (hutang) tetapi tidak kita dikembalikan, uang yang kita kumpulkan secara licik, menjadi pencuri di rumah sendiri. Tetapi pemuda itu luar biasa. Ia masih menerima tantangan hukum: “Jangan mengucapkan saksi dusta!” “Jangan mengurangi hak orang lain! Dan hormatilah ayah-ibumu!” Tanpa tergoyang dan tertunduk dengan malu; sedangkan kita sebagai seorang muda masa kini teringat segala dusta yang kasar atau halus, segala usaha mengangkat diri dan menyingkirkan orang lain dan segala sikap serta pembawaan diri yang tidak menghormati orang tua.


Hukum Allah sungguh menjadi cermin dalam hidup kita, sehingga kita bisa tahu siapa sebenarnya kita. Hukum Allah itu menyadarkan dan menginsafkan kita akan dosa untuk memperoleh pengampunan dan penebusan dosa dari TUHAN Yesus. Pemuda itu berani berkata: “Semua itu sudah kuturuti sejak masa mudaku”. Kalau begitu, mengapa ia masih gelisah, datang pada Yesus dan bertanya mengenai hidup kekal?

Penyakit dosa menggerogoti kita dari dalam sehingga kita menjadi orang yang hidup dengan kegelisahan. TUHAN Yesus membuka inti masalah pemuda itu: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki”. Jelas, bahwa si pemuda selama itu menggantungkan hidupnya kepada kekayaannya. Memang ia percaya TUHAN, tetapi ia juga lebih mengasihi uangnya, gaya kehidupannya dan kehormatannya di dunia ini. Ia telah melanggar Hukum Allah yang pertama: “Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku”.

Allahnya adalah harta dan kekayaannya. Ia tidak mengasihi Allah “dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi” (Mat 22:37). Alkitab berkata: “Barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian daripadanya, ia bersalah terhadap seluruhnya” (Yak 2:10), makanya ia tidak memiliki kepastian keselamatannya.

TUHAN Yesus menantang pemuda itu untuk mengambil keputusan: “Datanglah kemari dan ikutlah Aku!” Hal ini berlaku juga bagi kita untuk menentukan masa depan kita: Pertama, berpaling dari apa yang menjadi ilah kita selama ini, baik itu harta, orang yang kita cintai (kekasih), rencana yang kita pegang kuat-kuat, ego kita atau ilah yang lain lagi. Kedua, melepaskan dan menjadikan Yesus sebagai Penguasa Tunggal hidup kita yang sesungguhnya; berpaling dalam arti mengikut Dia sepenuhnya tanpa ada kata “jika” dan “andaikata”. Jangan mengulang kesalahan pemuda kaya itu untuk yang kedua kalinya! “ia pergi dengan sedih”.


Panggilan TUHAN dalam Hidup Seorang Muda

Sebenarnya seorang Kristen tidak ada istilah melayani paroh waktu, ia seharusnya senantiasa melayani TUHAN secara purna waktu; baik di mimbar, kantor, sekolah, kota-desa, dengan gaji kecil-besar, pimpinan-bawahan bahwa semuanya itu membutuhkan SK dari TUHAN sebagai “Boss Tertinggi”. Cara kerja dan pembawaan diri di tempat kerja mempunyai etika dan etos kerja yang berbeda dengan orang dunia (Roma 12:2; 1 Yohanes 2:15-17), sehingga memungkinkan menjadi saksi. Siap sedia meluaskan lingkaran kesaksiannya dari tempat asal-usulnya (Yerusalem), ke daerah sekitarnya (Yudea), melintasi batas suku dan bangsa (Samaria) bahkan sampai ke ujung bumi (KPR 1:8).

Bagaimana dengan hidup Anda? Apakah hidup kekristenan Anda mempunyai sasaran dan tertuju pada sesuatu, dengan tekad bulat untuk memanfaatkan tahun-tahun Anda bagi Yesus Kristus? Atau, apakah Anda luntang-lantung tanpa tujuan, melamun dan menyia-nyiakan waktu dengan melamun saja tiap hari. Jika kita mau sukses, maka kita perlu mengadakan penyerahan diri tanpa syarat kepada TUHAN dan mempersembahkan hidup kita di dalam hadirat TUHAN, sebagai wujud ibadah yang sejati (Roma 12:1).




Reaksi Seorang Muda Terhadap Panggilan TUHAN

Tidak semua orang menjawab panggilan TUHAN dengan menyerahkan diri tanpa syarat kepada TUHAN. Sebaliknya, banyak yang melarikan diri seperti pemuda Yunus, yang mungkin karena begitu kuatnya dia memegang rencana hidupnya sendiri dan tidak mengijinkan TUHAN masuk di tengah-tengah ambisi dan aspirasinya. Mungkin karena tidak menyetujui tempat penugasan TUHAN seperti Yunus ke Niniwe atau mungkin karena mereka merasa tidak mampu melaksanakan panggilan TUHAN seperti Musa dan Yeremia (Keluaran 4:10-14; Yeremia 1:4-10).

Banyak orang muda membuat nazar yang tidak dapat dibenarkan dengan mengatakan bahwa, “Saya mau dipakai TUHAN asalkan segala kebutuhan saya dicukupi dan menyenangkan!” Ini bukan penyerahan total, tetapi penyerahan bersyarat. Keputusan untuk menyerahkan kehidupan kita seluruhnya kepada TUHAN mencakup seluruh waktu kehidupan kita. TUHAN tahu kebutuhan dan apa yang kita perlukan, “Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu” (Matius 6:32).



10 Tips Meraih Sukses


“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi” (Pengkotbah 9:10). Jangan tunda sampai hari esok, jika Anda bisa melakukannya hari ini!

“Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan jangan memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik” (Pengkotbah 11:6).

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah TUHAN”(Roma 12:11)

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk TUHAN dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).

“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kolose 4:2).

“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada” (Kolose 4:5).

Pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, melainkan mereka yang tidak pernah berhenti mencoba”

Kegagalan adalah tidak berhasil memberikan semua hal yang kamu dapatkan ke dalam proyekmu (rencana dan ambisimu). Anda tidak gagal karena membuat suatu kesalahan atau tidak melakukan sesuatu dengan sempurna, atau sekalipun Anda tidak melakukan sesuatu sama baiknya dengan yang Anda sanggup lakukan pada suatu waktu pada masa yang akan datang. “Kegagalan bukan sekedar tidak berhasil, tetapi kegagalan adalah tidak mencoba kembali setelah tidak berhasil”.

“Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh” (Filipi 3:16).

Di manapun Anda berada dalam pertumbuhan Kristen, berikanlah yang terbaik. “Keberhasilan pribadi bagi kita datang pada saat di mana kita tidak dapat melakukan hal yang lebih baik lagi dari pada yang kita sedang lakukan pada saat ini”.

Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.
Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. Bersukacitalah senantiasa.

Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya

(Ams 24:10; 24:16; 1 Tes 5:16-18; Ef 2:10)


SUMBER: LEMBAR BAHASAN ISU-ISU GUYS COUNSELING CENTER LAMPUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar