Kamis, 29 Oktober 2009

Pray until something happens - HANA








1 Samuel 1:1-19
Elkana memperisteri dua wanita. Keluarga ini cukup menarik untuk disimak oleh kita disebabkan ada pelajaran yang dapat kita ambil bagi pertumbuhan kerohanian kita di saat keadaan yang semakin tidak menentu sekarang ini.



HANA
Mandul
Dikasihi
Rendah hati
Saleh
Hati yang hancur



PENINA
Subur
Dipakai ‘melahirkan anak’
Sombong ‘angkuh,
Tradisi ‘agamawi’
Mencari pemenuhan harga diri


Hana mandul dan dikasihi sekalipun tidak melahirkan anak bagi Elkana sebab “TUHAN menutup kandungannya” (1 Sam 1:5,6b). Sementara Penina subur dan dipakai untuk melahirkan anak bagi Elkana (1:4). Hana adalah seorang yang rendah hati dan mencari Allah bukan hanya sebatas kegiatan-kegiatan agamawi “tradisi” (1:3,7a). Penina memanfaatkan anak-anaknya hanya sebatas “kebahagiaan lahiriah” dan bahkan menyakiti, memandang rendah, serta menghancurkan hati Hana (1:6,7b).

Tahun demi tahun Hana berdoa untuk mendapatkan anak (sebab setiap kali beribadah Hana mendapat satu bagian saja, -ayat 5). Alkitab menggambarkan bagaimana suasana hati Hana dari tahun demi tahun dan bukan hari demi hari lagi. Perhatikanlah ayat 8: Elkana bertanya kepada Hana: “Mengapa engkau menangis? Mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga daripada sepuluh anak laki-laki? Elkana mengerti dan “tahu” apa yang dirindukan oleh Hana sebagai seorang isteri dan ibu, tetapi ia pun tidak dapat berbuat apa-apa. Justru disinilah puncak pergumulan Hana!

Pada umumnya ada empat hal yang dialami oleh seseorang jika berkeadaan demikian, yaitu:

1. Kehilangan rasa berarti atau berharga.
2. Kehilangan rasa diterima, ketertolakan, “belonging.” Ada seorang ibu muda yang sangat cantik, tetapi ditinggal suaminya yang menyeleweng dan sekarang wajahnya terlihat jauh lebih tua dari usia yang sebenarnya.
3. Kehilangan rasa dimiliki, sekalipun Elkana menghiburnya.
4. Kehilangan rasa aman, manusia membutuhkan pijakan yang pasti, pelabuhan bagi dirinya dan butuh tempat untuk berlabuh.

Tetapi “Hana menanti waktu yang tepat.” Saya ingin mengajak ibu-ibu untuk memasuki lebih dalam lagi. Saya mencoba untuk mengimajinasikan motivasi hati manusia pada umumnya, khususnya dalam kasus Hana:

Isi doa pada umumnya demikian:

TUHAN berilah seorang anak untuk menegakkan nama suami saya.Karena disakiti “tahun demi tahun” motivasinya berubah dari doa yang umum menjadi doa kemarahan: “TUHAN berilah saya anak karena musuhku.”
Sekarang, bukan kemarin, Hana mengubah isi doa dan motivasinya “Bukan juga karena kurang dikasihi oleh suaminya” (1:8), atau disebabkan untuk menyaingi pesaingnya “Isteri muda suaminya”, tetapi untuk kemuliaan TUHAN.

Perhatikanlah isi doa Hana:

a. Dengan hati yang sedih dan menangis “hati yang hancur”, tersedu-sedu, ia berdoa kepada TUHAN (1:10) Mzm 51:19

b. Hana “merendahkan hatinya”, “Jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hambaMu dan mengingat dan tidak melupakan” 1:11a)

c. Hana bernazar: “TUHAN berilah saya anak dan saya akan , menyerahkan kepadaMu … (1:11b). Sekali lagi, perhatikanlah ayat 11b “janji atau nazar ini adalah untuk kemuliaan TUHAN, bukan untuk menyakiti hati Penina pesaingnya yang selalu menyakitinya”.

Buatlah jalanMu
dalam saya,
ku tanah liat
Kau Penjunan,
bentuklah aku sesukaMu, aku menunggu
di kakiMu




Iman adalah sebuah investasi “benih yang di tanam” dan berorientasi pada perubahan.


Ada tiga sikap iman:

1. Fight to the finish: Hana terus menerus berdoa. Rasul Paulus memakai istilah “tidak tawar hati” (2 Korintus 4:16). Ketika Mike Tyson bertanding melawan Hollyfield ada sebuah komentar yang menarik dari reporter, yaitu; bukan “How to wun but how the winner is?”

2. Weigh your life, yang mengandung dua arti: a. menimbang, b. membongkar hidup. Arti kedua lebih tepat, “bongkar hidup”. Iman berorientasi pada perubahan “tidak mau berada pada situasi dan kondisi yang lama.” Pengalaman Petrus dalam Matius 14:28-29, “Lord if its you, tell me to come to you on the water.”

3. Focus your eye on Him, arahkanlah mata Anda kepada Dia. (Ibrani 12:2).


Mataku tertuju padaMu, segenap hidupku kuserahkan padaMu,
bimbing aku masuk rencanaMu, untuk membesarkan KerajaanMu, ku mau mengikuti kehendakMu ya Bapa, ku mau selalu menyenangkan hatiMu
(2 Korintus 4:18)


PENUTUP


Sekarang bacalah 1 Samuel 1:18, iman tidak hanya berorientasi pada perubahan tetapi bersedia menunggu waktu Allah:

a. Hana mau makan,

b. Mukanya tidak muram lagi.

Sebelum ke Bait Allah, mukanya muram tetapi setelah ia meletakkan imannya di mezbah Allah, tampil beda. Sekarang bacalah 1 Samuel 1:19a, bagian ini sangat indah. Keesokan harinya, bangunlah pagi-pagi, lalu “sujud menyembah di hadapan TUHAN,” sebelum pulang. 1 Samuel 1:19b “Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.” 1 Samuel 1:20, setahun kemudian mengandunglah dan melahirkan seorang anak laki-laki.

Apa yang Hana lakukan selama satu tahun? Apakah ia putus asa? Jawabnya , tidak! Dan ketika anak itu lahir maka diberinya nama Samuel “Aku telah memintanya dari TUHAN” (1:20). Sekarang bacalah ayat 21-28.

Hana melakukan apa yang ia minta karena anak ini milik TUHAN (nazar, Bilangan 6:5)) dan bukan lagi miliknya. Sekarang perhatikanlah 1 Samuel 2:3,5 dan bacalah 1 Samuel 2:21, “luar biasa bukan?” (Mzm 126:3-5; 55:23; 51:19)


Sumber: catatan kuliah IAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar