Sabtu, 24 Oktober 2009

SEORANG MURID SEJATI















APA UNTUNGNYA MENJADI SEORANG MURID???????????



Potret seorang murid sejati


TUHAN Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal diriNya, memikul salibNya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23)



Prawacana
Murid adalah kata yang paling sering diucapkan oleh TUHAN Yesus kepada mereka yang hidupnya sangat erat dengan-Nya. Kata “murid” dalam bahasa Yunani adalah “mathetes,” yang dipergunakan sebanyak 269 kali dalam PB. Kata murid berarti orang yang ‘diajar’ atau ‘dilatih.’

Alkitab belum berubah. Persyaratan untuk menjadi seorang murid tetap sama. Para murid (kesebelas plus) telah memberi teladan dan arti seorang murid. Billy Graham berkata, “Keselamatan diberikan dengan cuma-cuma, tetapi menjadi seorang murid, meminta agar orang itu mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya.” Ada tiga prinsip dasar yang dibahas:

PEMURIDAN ADALAH MENUJU SERUPA DENGAN SANG GURU AGUNG:
a. ketaatan.
b. tidak ada jalan pintas.
c. tidak ada ‘jalan’ balik.


PEMURIDAN ADALAH MENUJU SERUPA DENGAN SANG GURU AGUNG

Di perjalanan menuju ke Damsyik, pertobatannya, mengantar Paulus menuju tujuan ilahi. Sejak perjumpaan itu, Paulus tidak sama lagi, pribadi dan seluruh tujuan hidupnya berubah (KPR 9). Seharusnya tanpa kecuali, setiap orang percaya, termasuk Anda dan saya, sejak berjumpa dengan Yesus Kristus, TUHAN, dalam perjalanan rohani, apakah melalui tantangan, kesukaran hidup, aniaya, bahkan penjara, semua itu merupakan kesempatan menuju proses menjadi serupa dengan DIA, Sang Guru Agung (Rm 8:28-29).

Tiga prinsip dasar sebagai seorang murid

Pertama, Ketaatan.
Allah mempunyai rencana dalam hidup Anda. Namun, hal itu tidak terjadi dalam waktu semalam. Sebagaimana Paulus, dampak dari perjumpaan di Damsyik, dan bersama wujud nyata kuasa tanpa batas pengendali hidupnya, bertahun-tahun kemudian, sekalipun sebagai seorang tawanan, tanpa rasa takut, ia berdiri di hadapan raja Agripa, dan berkata dengan mantap, “Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari surga itu tidak pernah aku tidak taat” (KPR 26:19). Baginya, ketaatan adalah langkah pertama, sedangkan langkah berikutnya menuju tujuan ilahi, menjadi ‘serupa’ dengan Sang Guru Agung, adalah penyerahan diri. “Harga pemuridan” adalah mutlak. Artinya, menjadi seorang murid harus rela membayar harga untuk melakukan apa saja yang diperlukan untuk mentaati dan mematuhi Amanat Agung Allah.

Kedua, Tidak ada jalan pintas.
Siapapun dia, tidak ada yang bersedia dijual sebagai budak. Selama tigabelas tahun, Yusuf, tiga kali dipermainkan oleh sang waktu. Yusuf dipisahkan dari pengaruh ayahnya, Yakub, dan menghadapi permusuhan yang sangat dalam dari saudara-saudaranya (tidak ada satupun yang merasa iba kepadanya). Sumur kering, dijual kepada pedagang asing, rantai besi berkarat mengikat kaki dan tangannya, para pedagang asing itu membawanya ke Mesir, ke kota metropolitan, dan sampai ke tangan Potifar, kemudian dipenjarakan secara tidak adil, difitnah isteri Potifar, tetapi semua itu, dijadikan sarana oleh Allah, menuju rencana-Nya yang indah bagi Yusuf. Inilah pernyataan yang tepat untuk Anda dan saya, “Seorang hamba Allah yang setia, tidak digentarkan sekalipun berjalan dalam kegelapan (baca: kepahitan ataupun luka yang menuntut jiwanya), maupun diterpa badai, semua itu, adalah peluang ’kesempatan’ baginya, menuju tujuan Allah.” (Charles Stanley).

Selama tigabelas tahun, Yusuf melewati pasang surutnya kehidupan ‘padang gurun’, seakan-akan tanpa harapan, sebelum Allah mengangkatnya menjadi penguasa kedua di istana Firaun. Dua tahun kemudian (baca: tahun ke limabelas), ia menyaksikan kesetiaan Allah kepada saudara-saudaranya, “Allah telah menyuruh aku mendahului kamu…, bukan kamu yang menyuruh aku, tetapi Allah, Dialah yang menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai penguasa atas seluruh tanah Mesir” (Kejadian 45:7-8). Luar biasa! Sekarang perhatikanlah apa yang diucapkan Yusuf sesudah Yakub mati, ketika itu, saudara-saudaranya masih meragukan mengenai ketulusannya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20).

Ketiga, Tidak ada jalan balik “no turning back.”
Goliath adalah raksasa yang sangat ditakuti pada masa itu oleh Israel, tetapi berbeda dengan Daud. Pengalamannya bersama TUHAN Allah ketika menggembalakan kawanan ternak milik keluarganya, dijadikan referensi untuk meyakinkan raja Saul (1 Samuel 17:37), agar beliau mengijinkannya untuk menghadapi raksasa Filistin itu. Tidak ada kata mundur atau jalan balik. Umban dan sebuah batu, tetap menjadi senjata andalannya. Inilah peluru kendali pertama, dan berbeda ketika peluru itu (baca: batu), dikendalikan Allah, tepat menuju sasaran dan mematikan raksasa Filistin yang ditakuti itu.

Ketiga prinsip pemuridan; ketaatan, tidak ada jalan pintas dan tidak ada jalan balik, merupakan cara yang dipakai Allah dalam membentuk seseorang menuju serupa dengan gambar-Nya. Untuk memperjelas ketiga hal di atas, maka akan diuraikan prinsip segi tiga menuju “Potret Seorang Murid Sejati”, yaitu
(a) Harga yang harus dibayar.
(b) Kesucian hidup sebagai pola hidup.
(c) Menampilkan hidup yang mempesona.


Harga yang harus dibayar
“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:33). Proses menjadi seperti Kristus di mulai dari keselamatan. Itu berlanjut sepanjang hidup Anda di bumi. Karena itu, ijinkanlah ‘salib-Nya mematikan struktur lama Anda, maka Dia akan membongkar seluruhnya ‘struktur si aku’ dan membangun struktur baru, yaitu di dalam ‘struktur Kristus’ (Kolose 3:1-3). “Selama seorang murid mengenakan bekas luka, mereka maju terus (baca: bertumbuh menjadi kuat), tetapi bila mereka memakai medali (baca: mahkota dan atribut dunia dan sederetan gelar dan penghargaan), tujuan mereka mengendur. Seorang murid sejati, imannya mengagumkan orang-orang diseputar hidupnya, ketika ia dijadikan makanan singa” (Vance Havner).

John Bunyam adalah contoh dari seorang murid sejati. Ketika berada di penjara karena mengabarkan Injil, ia diberi tahu, “Berjanjilah untuk tidak mengabarkan Injil lagi dan engkau dapat ke luar dari penjara hari ini juga, sehingga isteri dan anakmu Mary yang buta, tidak terlantar!” Dengan berani ia menjawab, “Jika bapak membebaskan aku hari ini, aku akan mengabarkan Injil lagi mulai besok.” Musuh-musuhnya tidak dapat menggoyahkan imannya. Keputusannya tidak berubah, sebab ia tahu, Allah yang setia, Dialah yang akan memelihara isteri dan anaknya. Bersediakah Anda dan saya membayar harga, sebagaimana John Bunyam?

Kesucian hidup sebagai pola hidup

Sama seperti manusia lainnya, Yakub adalah manipulator ulung, dia berdusta, menipu dan mencuri. Tetapi paska perjumpaan dengan TUHANnya di sungai Yabok, ia menjadi orang yang diubahkan. Namanya, kepribadiannya, segala sesuatu tentang dirinya, berubah. Di sungai Yabok, ia diberitahu bahwa, “Namamu tidak disebut lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia dan engkau menang.” (Kejadian 32:28).

Setiap orang percaya kepada Yesus, baginya, salib adalah lambang abadi dari kepedulian dan kasih-Nya yang bersifat pribadi, yang telah mengubah kepribadian Anda dan saya. Karya salib tidak berakhir di Golgota, melainkan berlanjut ke dalam setiap aspek kehidupan, yang memanggil setiap orang percaya untuk menanggalkan kehidupan lama dan mengenakan manusia baru, sesuai dengan kehendak Allah (Efesus 4:20-24). “Allah tidak pernah mengecewakan kita, Dia mengasihi kita dan hanya mempunyai satu maksud untuk kita. Kesucian adalah prioritas bagiNya.

Menjadi seperti Kristus berarti Anda dan saya berjalan dalam kesucianNya” (Elizabeth Elliot). Rasul Petrus menegaskan, “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Petrus 1:15-16).

Apa yang Kristus kehendaki bagi murid-murid-Nya? Azas yang sama berlaku dalam kehidupan Kristen hari ini. Ia menghendaki Anda dan saya melakukan perintah-Nya (Yoh 14:15). Mengikut Yesus bukanlah seperti mengemudi di jalan raya yang penuh pemandangan alam dengan pengalaman yang indah silih berganti. Gereja masa kini telah meracuni kaum Kristen, melalui berbagai pesona. Salah satunya, bahwa cukup dengan sebotol minyak urapan, maka seluruh jalan di depannya menjadi rata tanpa rintangan. Yesus tidak pernah mengatakannya. Jalan sempit dari pemuridan seringkali menurun sebelum menanjak, kepahitan dan penuh dengan parutan, sebelum mengecap keindahan. “Tiada mawar tanpa berduri” (tidak ada kebahagiaan dan sukacita tanpa penderitaan).

Menampilkan hidup yang mempesona
Pertumbuhan rohani tak pernah berhenti. Tujuan Allah bahwa Anda dan saya ‘serupa dengan gambar Anak-Nya’ adalah suatu keharusan dan bukanlah suatu pilihan (Roma 8:28). Setiap hari, pencobaan dan peperangan rohani berjalan terus. Musuh ‘si iblis’ tidak pernah berhenti, putus asa dan terus mencari kesempatan untuk menampi Anda dan saya (1 Petrus 5:8).

Setiap orang percaya masa kini bukannya menjalani kehidupan yang benar-benar terpisah berdasarkan otoritas Kerajaan Allah yang memerintah, banyak di antara kita menjalankan kehidupan yang tidak berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya (John Bevere). Coba bandingkan dengan hidup para murid pertama, yang hidupnya mempesona masyarakat di sekeliling mereka (KPR 5:13).
Sekapur Sirih

Menjadi murid adalah sebuah sikap. Tindak-lanjut dari suatu sikap adalah kesediaan untuk dibentuk. Dan harga untuk suatu pembentukan adalah ketaatan, sebagai buah pertobatan sejati. Allah memuji para bapa-bapa rohani (Ibrani 11) dan mengukir nama-nama mereka dalam monument ilahi sebagai buah dari suatu ketaatan.

Pada umumnya, kedua langkah awal, yaitu sikap dan kesediaan untuk dibentuk dapat dilalui oleh seorang murid, tetapi memasuki fase ketiga, banyak orang yang mundur atau gugur dikarenakan suatu harga yang harus dibayar, yaitu ketaatan (bandingkan. Yohanes 6). Contoh klasik bahwa seorang muda kaya yang datang kepada Yesus. Pemuda itu dengan bangga menjelaskan bahwa semua hukum Musa ‘semuanya’ sudah dilakukannya. Tetapi ketika TUHAN Yesus berkata kepadanya, “hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kamu miliki ‘semuanya-tidak ada yang tersisa’ dan berikanlah kepada orang-orang miskin, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku” (Markus 10:21). Alkitab menjelaskan, “ketika mendengar perkataan itu, ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” (Markus 10:22). Bagi pemuda kaya ini, ia bersedia patuh, menjalankan semua hukum, asalkan yang satu, yang ia miliki, yaitu ‘hartanya’ tetap menjadi miliknya.

Tahukah Anda, kebanyakan para murid mundur ataupun gugur disebabkan tidak memiliki daya tahan dalam “ketaatan-kesetiaan.” Mengikuti TUHAN Yesus berarti Anda dan saya haruslah memenuhi syarat yang ditetapkan TUHAN.

Dengan demikian, menyenangkan TUHAN, seharusnya merupakan prioritas yang kuat dari seorang murid sejati. Yang pasti, sampai TUHAN Yesus datang kedua kali, semua sarana, dipakai TUHAN, sebagaimana Musa dan Laut Merah, Daud dan Goliat, Yusuf dan sumur kering, Daniel dan gua singa, rasul Paulus pindah dari satu penjara ke penjara yang lainnya, agar dunia tahu bahwa Anda dan saya adalah murid-Nya.


SUMBER: lebar bahasan isu-isu guys counseling center lampung; catatan kuliah IAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar