Rabu, 28 Oktober 2009

MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN ANAK-ANAK




Introduksi

Banyak orang tua yang kurang memahami arti shema Israel dalam Ulangan 6:4-7: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau sedang berbaring dan apabila engkau bangun”.

Di bawah ini saya akan menunjukkan salah satu contoh dari penerapan shema Israel itu, yaitu bagaimana mengajarkan Firman TUHAN dalam tindakan dengan menjalin komunikasi dengan anak-anak dalam keluarga.

Proyek Keluarga

Dalam menjalin komunikasi dengan anak-anak yang terpenting salah satunya adalah bahwa anak-anak bisa memandang ayah mereka itu sebagai orang yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Ada sebuah pengalaman bahwa ada seorang ayah yang kurang keterbukaan dengan anak-anaknya. Suatu sore si ayah tersebut memberitahukan kepada anaknya bahwa setelah mereka siap tidur, ayah tersebut bersedia menjadi “Bapak Penjawab” dan mereka boleh mengajukan pertanyaan apa saja kepada ayahnya. Tidak perlu waktu yang lama untuk waktu bersama dengan anak-anaknya dan anak-anaknya sangat senang dengan waktu yang khusus bersama ayah mereka.

Dampaknya bahwa anak-anak itu lebih cepat siap tidur, karena menantikan waktu khusus bersama ayahnya.

Mereka tahu bahwa mereka tidak usah takut lagi mengajukan pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Jika ayah tidak tahu jawabannya, maka ayah memakai hal itu sebagai kesempatan untuk mencari jawaban dalam kamus, ensiklopedi, konkordasi, atau buku referensi lainnya. Hal ini memacu seorang ayah untuk terus belajar dan menambah wawasannya. Kalau masih belum menemukan jawabannya juga, maka ada kesempatan untuk menjadikan proyek untuk hari besoknya bersama dengan isterinya (isterinya menolong mencari jawabannya juga). Ada ke untungan berganda, yaitu membuat komunikasi suami-isteri menjadi lebih bermakna dan dibangun bersama dalam suasana kasih yang indah.

Sang ayah menentukan batasan waktu untuk kegiatan ini, kalau tidak, anak bisa sampai larut malam. Dengan adanya batasan waktu seorang anak dapat lebih belajar menghargai waktu yang ada (berdisiplin). Kadang-kadang seorang ayah perlu membuat surprise dengan sebuah cerita atau dengan fakta-fakta yang menarik, baik dari sejarah maupun mengenai riwayat hidupnya.

Keuntungan Proyek Ini

Anak mulai menikmati waktu bersama dengan ayah mereka setiap malam.
Anak-anak akan lebih menghargai ayahnya (figuran).

Proyek ini melatih anak untuk memakai buku-buku referensi demi mencari jawabannya sendiri (merangsang anak untuk gemar membaca Alkitab).

Proyek ini memberi si ayah itu kesempatan menghubungkan ilmu pengetahuan dengan prinsip-prinsip Alkitabiah. Misalnya konter tentang kesalahan “Teori Evolusi Darwin”.

Proyek ini juga memperluas atau memperdalam pengertian mereka tentang Allah sebagai Bapa yang prihatin dan peduli terhadap anak-anak-Nya dan yang mau memberi jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan.

Langkah-Langkah dalam Menjalankan Proyek Ini

Pikirkan penyampaian jawaban dengan sejelas mungkin.
Setiap anak harus diberi jumlah waktu yang kira-kira sama untuk mengajukan sebuah pertanyaan.

Setiap pertanyaan harus dianggap penting dan sama pentingnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.

Tunjukkanlah kegembiraan apabila ada sebuah pertanyaan tentang TUHAN Allah atau kehidupan Kristen.

Kalau anak-anak mulai membahas pertanyaan atau jawaban di antara mereka, maka biarkanlah selama percakapan itu masih terarah (tugas pembimbingan).

Berikanlah perhatian sepenuhnya kepada mereka pada saat ini sebelum anda terlambat (urgen). Mungkin ibu bisa dapat mengontrol telepon dan gangguan lain pada saat kegiatan itu berjalan.


PEMANFAATAN JAM MAKAN


Menurut penelitian bahwa yang paling banyak terjadi perselisihan dalam keluarga adalah terjadi satu jam sebelum makan, maka hal ini dapat diubah menjadi hubungan yang indah bersama dengan antar anggota keluarga.

Sebelum Jam Makan

1. Sikap dan tingkah laku yang negatif: Keluarga belum siap, karena tidak ada jadwal tetap. Anak perlu dipanggil beberapa kali. Anak kecil sering kali mengganggu ibunya sementara ibunya sedang memasak.

Hal-hal positif yang bisa diharapkan: Sebuah jadwal yang tetap perlu supaya anak-anak tahu kapan harus pulang dan siap makan jam berapa. Anak perlu dilatih datang pertama kali waktu dipanggil. Atau mungkin lebih baik kalau mereka tahu akan dipanggil yang kedua kalinya bahwa setelah dipanggil pertama kalinya mereka masih punya waktu empat-lima menit untuk membereskan permainannya, cuci tangan, dll.

Tetapi harus langsung datang pada panggilan yang kedua. Bapak menolong dengan mengurus anak-anak (kecil) supaya mereka tidak mengganggu. Bapak mengurus pembersihan meja, dapur, dan menyiapkan piring. Mungkin si bapak bisa memakai waktu itu untuk bermain bersama dengan anak-anaknya sambil memberikan teladan hidup.

Tujuan: Supaya anak-anak belajar taat terhadap orang tuanya, dan juga supaya bapak terlibat dalam kegiatan anak-anaknya.

2. Sikap dan tingkah laku yang negatif: Stress, depresi atau ada perselisihan. Penyampaian kabar buruk sebelum jam makan. Pertengkaran di antara anak-anak. Tidak suka makanan yang disediakan. Bapak membawa pulang masalah-masalah dari tempat kerja. Jam makan bentrok dengan kegiatan malam.

Hal-hal positif yang bisa diharapkan: Kabar buruk dan atau keputusan besar disimpan sampai sehabis makan. Anggota keluarga tidak boleh mengucapkan ketidaksukaan terhadap makanan yang tersedia di meja makan. Jam makan dicocokkan dengan kegiatan malam (fleksibel). Bapak yang memimpin atau mengambil alih dalam penyelesaian pertengkaran (konflik) antar anggota keluarga.

Tujuan: Suasana yang terpusat pada kekeluargaan. Kerukunan antara anak dan orang tua.

3. Sikap dan tingkah laku yang negatif: Kurang keterlibatan anggota keluarga dalam mempersiapkan makanan. Bapak dan anak hanya menunggu waktu dipanggil untuk dilayani. Tidak ada tawaran bantuandari pihak bapak dan anak.

Hal-hal positif yang bisa diharapkan: Anak yang lebih besar menolong mempersiapkan makanan dan meja makan. Anak memilih musik untuk mengiringi jam makan. Ibu mempersiapkan makanan yang enak dilihat dan enak dimakan. Ayah mengerjakan yang mungkin terlalu berat dilakukan bagi anggota keluarga yang lain.

Tujuan: Jam makan menjadi sebuah proyek keluarga daripada seluruh keluarga terus dilayani oleh sang ibu. Di sinilah satu dengan yang lain saling melayani bersama (keharmonisan), tidak ada istilah bos dan bawahan, yang ada adalah kawan sekerja bagi dan dalam keluarga.

Pada Waktu Sedang Makan

Doa sebelum makan: Jangan mengijinkan anggota keluarga memakai doa yang dihafalkan. Mengusulkan topik doa untuk anak-anak. Berjabatan tangan satu sama yang lain atau kembangkan bahasa kasih pada waktu berdoa. Kutiplah sebuah ayat Alkitab untuk dibacakan bersama. Tidak usah doa atau pun renungan yang panjang pada waktu makan.

Berdoalah setelah makan dan mengucapkan syukurlah kepada TUHAN atas makanan yang sudah dimakan bersama hari ini.

Tujuan: Waktu berdoa yang berarti dan bukan sebuah kebiasaan saja, sehingga menanamkan iman dan pengharapan anak kepada TUHAN Yesus.

Makanan
Makanan yang enak dilihat dan enak dimakan (perlu variasi dan kreatif dalam menghidangkan makanan agar tidak bosan). Bapak menjadi teladan bagi anak-anaknya dengan mengucapkan terima kasih atas makanan dan susah payahnya.

Orang tua melatih anak untuk memuji orang lain dengan memuji anak karena datang tepat pada waktu dipanggil, karena bersih, sikap yang baik, dll. Setiap kita anggota keluarga tidak boleh mengeritik makanan, baik dengan perkataan maupun dengan sikapnya. Masing-masing bergiliran untuk mengambil makanan, apa yang mungkin terlupakan atau mau mau menambah, supaya sang ibu bisa duduk lebih tenang.

Tujuan: Menunjukkan sikap berterimakasih kepada sang ibu yang baik hati. Menunjukkan sikap terima kasih kepada TUHAN atas segala-galanya yang Ia sediakan (pemeliharaan-Nya). Memberikan penghargaan atas segala tanggung jawab dan perhatian sang Ibu untuk keluarga.

Percakapan

Bapak: Persiapkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong anak membahas kegiatan dan pengalaman mereka hari itu. Mungkin bisa mempersiapkan sebuah topik setiap hari untuk dibahas bersama. Atau, membahas pengalamannya sendiri hari itu yang menarik. Sedapat mungkin hindarilah kritikan dan disiplin yang tidak perlu atau tidak menguntungkan pada waktu makan. Cobalah untuk mengalihkan percakapan dari topik-topik yang bisa menimbulkan pertengkaran di antara anak-anak.

Ibu: Janganlah memakai jam makan sebagai wadah untuk menceritakan segala kesalahan-kesalahan anak kepada sang bapak. Hal ini bisa merusak suasana yang nyaman.

Anak: Setiap anak diberi kesempatan berbicara tanpa diganggu atau dipotong oleh yang lain, sehingga anak akan merasa dihargai dan memiliki kemampuan untuk berpendapat dan belajar bertanggung jawab dengan pendapatnya.
Tujuan: Bapak mengambil peranan sebagai kepala keluarga, guru, dan imam. Menolong meringankan tugas ibu sebagai ibu rumah tangga. Menambah harga diri anak. Mengubah kecenderungan negatif menjadi hal-hal yang positif. Menciptakan “suasana sorga” dalam keluarga.

Gangguan
Televisi dimatikan!!! Menghidupkan musik yang kalem. Selanjutnya harus ada polisi tetap mengenai dan menangani telepon. Jam makan jangan sampai ada gangguan, jika ada telepon lebih baik titip pesan atau menelepon setelah jam makan? Kenakalan di meja makan harus langsung di tanggulangi secara konsekuen. Satu orang di tugaskan (secara bergilir) untuk men gambil barang yang dibutuhkan, angkat telepon, ganti musik, dll. Setiap orang harus dilatih untuk pamit dari bapaknya pada waktu mau meninggalkan meja makan.
Tujuan: Demi kerukunan antar anggota keluarga. Memiliki percakapan dan komunikasi yang yang bermakna dan tanpa gangguan. Penentuan prioritas.

Pembersihan
Setiap orang ikut dalam pemberesan meja dan dapur sesuai dengan usia dan kemampuannya masing-masing. Mungkin mau bernyanyi bersama sambil membereskan semuanya juga boleh. Bukan Ibu yang mencuci piring jikalau anak-anaknya sudah dianggap mampu mencuci piring!!! Pekerjaan rumah (PR sekolah) dikerjakan sebelum jam makan atau sesudahnya.

Tujuan: Menjalin persatuan dan kesatuan antar anggota keluarga. Membangun sikap yang bertanggung jawab dan disiplin.


Dan kamu, bapa-bapa,
janganlah bangkitkan amarah
di dalam hati anak-anakmu,
tetapi didiklah mereka
di dalam ajaran dan nasihat TUHAN

(Efesus 6:4)


NB: MATERI SEMINAR KELUARGA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar