Rabu, 28 Oktober 2009

MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG BERMAKNA ANTAR PASUTRI



Introduksi

Kegagalam dalam suatu pernikahan biasanya disebabkan oleh tidak adanya komunikasi di antara pasangan suami-isteri. Jikalau pun ada, komunikasi itu bersifat ala kadarnya saja. Mereka tidak mengerti atau mampu menciptakan dan membangun, serta menumbuh-kembangkan komunikasi yang bermakna.

A. DASAR MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG BERMAKNA

1. Pengertian Komunikasi.

Komuniaksi merupakan proses “sharing” diri. Baik itu secara verbal maupun non-verbal yang dilakukan dengan baik, sehingga pasangan dapat menerima dan mengerti apa yang anda “sharingkan” kepada pasangan anda.


SUAMI…… dialog ….. ISTERI


2. Memahami Hakekat Pernikahan Kristen.

2.1. Pernikahan Kristen berdasarkan pada inisiatif dan ran
cangan Allah (Kej 2:18).
2.2. Pernikahan Kristen dirancang Allah untuk menyelesai
kan problema pertama manusia, yaitu kesendirian-
kesepian (Kej 2:18-22).
2.3. Pernikahan Kristen dirancang Allah untuk memberikan
kebahagiaan bersama dan bukan kesedihan (Kej 23).
2.4. Pernikahan Kristen harus dimulai dari meninggalkan
semua hubungan yang lain dan membangun hubungan
yang baru serta permanen antara suami-isteri (Kej 2:24)
2.5. Pernikahan berarti kesatuan dalam pengertian yang seu
tuhnya dan termasuk di dalamnya kesatuan fisik yang
intim (Kej 2:24-25).
- Kesatuan daging, “bersetubuh” (Kej 4:1) menggunakan
kata “to know”: artinya adalah pengenalan fisik yang
intim dan pengenalan diri yang lembut.
- Dalam Perjanjian Baru (PB, Ef 5:22-23) Roh Kudus
mengidentikkan kesatuan suami-isteri dengan hubun
gan Kristus dengan gereja-Nya.
2.6. Pernikahan bersifat: pertama monogami dan bukan
poligami. Kedua adalah heteroseksual, bukan homosek
sual.

B. KIAT MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG BERMAKNA

1. Unsur-unsur yang terlibat di dalam berkomunikasi:
1.1. Aspek Rohani: dimensi rohani sebagai dasar dimensi lainnya (bd. Flp 2:1-5).

ROH ……………………………. ROH

- Keduanya telah beriman kepada Yesus.
- Keduanya bertumbuh secara rohani (nampak dalam
kerinduan untuk berdoa, merenungkan dan mempe
lajari firman Allah serta beribadah dalam perseku
tuan).

1.2. Aspek Jiwa:


JIWA …...pikiran…...JIWA
ROH ……...perasaan……...ROH
ROH…...kemauan…..ROH

a. Pikiran. Bagaimana keduanya dapat menyatukan pikiran.
Baik itu dalam pendapat atau pemahaman, persepsi, plan
ning, pendidikan, dsb.
b. Perasaan. Di mana menyangkut dengan penerimaan,
c. Kemauan. Setiap individu memiliki perbedaan gaya
dalam mengungkapkan kemauannya. Carilah pola yang
tepat guna atau dalam mengungkapkan kemauannya.
Berusahalah untuk memahami kemauan pasangan anda.
Hindarilah egoisme dan berusahalah dalam memenuhi ke
butuhan pasangan anda.

1.3. Aspek Fisik:

TUBUH………………………………...TUBUH
JIWA………………………...JIWA
ROH……………….ROH

kebutuhan fisiologis
(sandang, pangan, papan dan seks)

- Pertahankan dan tumbuh-kembangkan hubungan
seks yang positif.
- Hindarilah hal-hal yang mengganggu: berdiam diri,
curiga, marah, sakit hati, salah mengerti, takut,
perasaan bersalah, dll.
- Lakukanlah pemanasan “fore play” sebelum ber
hubungan intim.

C. MEMAHAMI PERBEDAAN PSIKOFISIOLOGIS

Bagian ini membahas masalah perbedaan fisik dan psikis yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya:
Suami lebih bersifat pelaku. Seharusnya suami-suami adalah seorang pengambil keputusan, “inisiator”. Sedangkan isteri lebih bersifat menunggu.
Suami cenderung mengambil resiko atau kesempatan dalam memikul tanggung jawab. Sedangkan isteri mendapatkan pemenuhan diri dengan cara “menjadi sesuatu”.
Suami cenderung berpikir dengan menggunakan “logikanya”, sedangkan isteri dengan perasaan, “hati”.
Suami cenderung berurusan dengan dunia luar, pekerjaan, dll. Sedangkan isteri senang dengan urusan rumah tangga.
Suami sering tidak peka terhadap kebutuhan isterinya, sedangkan isteri cenderung lebih sensitif.
Suami sebagai pria adalah pengamat wanita, sedangkan wanita bukan. Wanita adalah penonton.

D. PERBEDAAN PSIKOSEKSUAL

Orientasi. Suami lebih berorientasi terhadap aspek fisik, yakni kesatuan fisik atau seks menjadi prioritas utama. Sedangkan seorang istrei lebih berorientasi pada aspek emosi, keamanan, kenyamanan, holistik. Namun seks merupakan salah satu prioritas dan bukan yang utama.

Stimulus “rangsangan”. Suami terangsang melalui mata, wangi-wangian dan tubuh/fisik. Sedangkan isteri mengalami kenikmatannya berdasarkan sikap, kata-kata, jamahan dan kepribadian.

Kebutuhan. Suami membutuhkan penghargaan, respek dan dikagumi. Sedangkan isteri lebih membutuhkan pengertian, kasih dan rasa aman.
Kenikmatan. Puncak kenikmatan suami ditandai dengan tercapainya orgasme. Sedangkan bagi isteri, tanpa orgasme pun sudah merasa puas.

E. POLA KOMUNIKASI

1. Suami-suami apabila berkomunikasi akan mempertimbangkan terlebih dahulu masalah yang ada dengan sangat hati-hati. Mereka akan mendiamkan dan mengamatinya, apakah masalah itu akan terselesaikan dengan sendirinya atau tidak? Dalam proses ini, kadang-kadang para suami tidak perlu berbicara. Apabila cara ini berhasil, maka ia akan merasa tenang. Namun apabila tidak mungkin tercapai, maka ia akan menjadi seperti seekor “harimau buas” dan diungkapkannya dengan bentuk kemarahan.
2. Suami lebih cenderung berkomunikasi dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah se-rasional mungkin. Sedangkan seorang isteri akan lebih mengutamakan masalah hati.
3. Suami pada umumnya lebih bersifat non-verbal, sedangkan sang isteri mengungkapkannya dengan bahasa verbal.

F. MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG BERMAKNA

SEPASANG KUDA YANG SALING TERIKAT

Gb. 1. Keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda, tetapi keduanya telah terikat dalam sebuah tali “ikatan” pernikahan.

SEPASANG KUDA YANG SALING TARIK-MENARIK

Gb. 2. Konflik mulai dialami oleh pasangan suami-isteri, karena keduanya tidak menyadari perbedaanmasing-masing.
Gb. 3. Kedua-duanya tidak memahami dan tidak mau memahami pasangannya, sehingga pada akhirnya konflik seumur hidup dalam pernikahan tidak bisa dihindarkan lagi. Pada akhirnya, pernikahan bukan lagi dapat membahagiakan dan menjadi “sorga” dalam keluarga, melainkan sebuah ikatan pernikahan dianggap sebagai “neraka” yang membuat stress dan frustasi.

SEPASANG KUDA YANG BERHADAP-HADAPAN DENGAN TALI YANG SUDAH MENGENDUR

Gb. 4. Keduanya mulai memahami perbedaannya masing-masing. Baik itu mengenai latar belakang budaya, kepribadian, sifat maupun karakter. Kemudian keduanya dapat mengkomunikasikan dengan baik kemauan dan kebutuhannya masing-masing guna mendapatkan solusi atau jalan keluar.

SEPASANG KUDA YANG SALING BERBAGI BERSAMA

Gb. 5. Pasangan suami-isteri sudah memahami kebutuhan pasangannya dan mulai berusaha untuk saling memenuhinya demi kebahagiaan bersama demi mewujudkan kelanggenggan dan keharmonisan hubungan pasangan suami-isteri yang ditundukkan pada kehendak dan takut akan TUHAN. Kehendak dan kemauan masing-masing individu harus ditundukkan dalam pikiran Kristus sebagai TUHAN atas rumah tangga Kristen.


“Pernikahan membutuhkan perasaan kebahagiaan, kegembiraan,romantisme dan misteri. Problem seringkali timbul jika kita mengharap setiap waktu bisa hidup dalam suasana seperti itu. Kita memulai perkawinan kita dengan keyakinan bahwa pasangan kita itu merupakan orang yang tepat. Perasaan cinta dan romantisme pun masih terasa saat itu. Romantisme yang sehat adalah apabila terdapat keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Tetapi sayangnya, beberapa orang yang berpegang pada satu hal saja dan melupakan yang lainnya” (Norman Wright)


Bagaimanakah dengan pernikahan saudara??? Pastikan anda dan pasangan anda berada
pada komunikasi dan relasi yang ditundukkan pada kehendak Kristus atas rumah tangga saudara!!!



Sumber:
- Pusat Pelayanan Konseling Bandung
- Norman Wright, Melestarikan Kemesraan dalam Pernikahan. (Yogyakarta: Andi Ofset, 1994)

NB: catatan kuliah Konseling Keluarga (Institus Alkitab Tiranus Bandung)& materi untuk seminar keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar