Rabu, 28 Oktober 2009

PASUTRI sebagai Tim dalam Pelayanan







Dasar Pelayanan PASUTRI

1 Timotius 3:11, isteri-isteri (ay.8-10,12) dan penilik jemaat (ay.1-7) yang melayani bersama suami yang melayani bersama suami (ay.13). Kuasa (kepemimpinan, tanggung jawab) menata ciptaan Allah diserahkan kepada laki dan wanita (“supaya mereka berkuasa,” Kejadian 1:26), karena kedua-duanya “segambar dengan Allah (Kejadian 1:26-28).

Bandingkan dengan Priska (Priskila) dan Akwila yang disapa sebagai teman sekerja Paulus dalam pelayanan (Roma 16:3). Mereka menampung Paulus (Kisah Para Rasul 18:2); menyertai perjalanan Paulus (mungkin membiayai Paulus) (ay.18,19); merevisi ajaran Apolos (Kisah Para Rasul 18:26); (2 Timotius 4:19;18,19,26; Roma 16:3; 1 Korintus 16:19); menyediakan rumah sebagai “gereja”, tempat ibadah atau persekutuan (Roma 16:5; 1 Korintus 16:9).

Perana dan dukungan unik isteri (bdk. Kej 2:18,20), yang tidak dapat diberikan oleh sesame rekan lelaki dalam pelayanan. Secara khusus, dukungan menghadapi lawan jenis yang secara kodrati memiliki perbedaan dengan lelaki (perbedaan sosio-psikologis, perbedaan komunikasi). Sebaliknya, perempuan pun memerlukan perhatian dan “perlindungan” yang tidak dapat atau tidak boleh diberikan oleh lelaki lain, kecuali suaminya sendiri.

Sekalipun suami ditetapkan oleh Allah sebagai kepala dalam keluarga dan dalam ibadah, namun sebaliknya, bahwa suami pun tidak dapat hidup sendiri dan melayani sendirian. Ia memerlukan penolong sepadan. Isteri adalah “contoh unik, spsifik, istimewa” (Kejadian 2:17) dari hal-hal “baik” dalam Kejadian 1 (ay. 4:terang; 10:darat dan laut; 12: tetumbuhan, pepohonan buah; 18: benda-benda penerang di cakrawala, matahari, bulan, bintang; 21: mahkluk laut dan burung di udara; 25: binatang-binatang darat dan ternak; 31: sungguh amat baik. Kesegambaran Allah dalam diri manusia yang ditampilkan dalam Kejadian 1 ditampilkan kembali dalam analogi kesegambaran suami isteri (Adam-Hawa) dalam pasal 2 (bdk. Efesus 5:31-32).

“Ditempatkan” (wayyasem, Kejadian 2:8) dan “ditempatkan” (wayyanihehu, 2:15): “rest” (istirahat) dan “safety” (aman), - Allah “memasukkan” manusia ke dalam taman agar manusia “sentausa” dan “aman” di hadapan Allah, di mana ia dapat bersekutu dengan Allah (Kejadian 3:8). Dengan mengembalikan kata ganti feminism dalam Kejadian 2:15 (-nya) (dan bukan mengubahnya menjadi maskulin singular), maka l’ obdah ul’ somrah yang diterjemahkan sebagai “mengusahakan dan memelihara” dapat diterjemahkan (ulang) menjadi “to worship and obey”. Manusia ditempatkan di taman Eden bukan hanya untuk menjadi tukan kebun, melainkan untuk menjadi imam (Wahyu 22:1-5, puncak pemulihan taman Eden, pemulihan ibadeah secara paripurna).

Jemaat sebagai Keluarga Allah

Jemaat adalah keluarga Allah (1 Timotius 3:15), oleh karena itu, maka pelayanan menurut adanya pelayan yang menampilkan teladan hidup keluarga (ay.1) dan teladan “manajemen” keluarga. Pelayanan itu sendiri merupakan “manajemen” rumah Allah (Titus 1:7).

Salah satu cirri “roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan” (1 Timotius 4:3) ialah “melarang orang kawin” (ay.3); dengan demikian menyangkali syarat pelayanan yang Allah tetapkan (salah satu syarat utama dalam pemilihan atau penentuan majelis “tua-tua” gereja ialah: kehidupan rumah tangga yang benar; 1 Timotius 3:4,5; Titus 1:6-7).

Jika peneladanan dan pengorbanan merupakan dasar otoritas dalam pelayanan, maka pasutri yang saling melayani dan menopang dalam keluarga, akan “berbicara” lebih efektif dalam pelayanan jemaat. Jemaat yang terdiri dari berbagai orang dan berbagai “kebiasaan,” bisa menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan-perbedaan (baik sebagai lelaki-perempuan maupun sebagai suami-isteri, atau bapa-ibu) dapat ditangani secara kreatif dan produktif (alih-alih negatif-destruktif). Semakin benar (sesuai kehendak Allah) kesatuan kehidupan rumah tangga pasutri yang bertugas sebagai tua-tua dan diaken, maka semakin ringan ringan energi “terkuras” untuk “mengurusi” jemaat (kepemimpinan aras “level” atas berpengaruh langsung kepada kondisi kepemimpinan level bawah dan atau para “pengikut”).

Bagaimana memperkaya pelayanan Tim Pasutri

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat melihat bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita berterimakasih, namun rasa terimakasihlah yang membuat kita bahagia

Persekutuan keluarga yang berdasarkan Alkitab dan menggumuli terus-menerus Firman Allah (bd. 1 Timotius 5:18; 2 Timotius 3:16; 4:4). Tim berkembang dan semakin “sempurna” lewat belajar dan belajar. Bahkan, tugas utama majelis adalah peranan sebagai nara sumber (bd. Kisah Para Rasul 6; Efesus 4:11-), bukan sebagai “opas” gereja.

Pasangan hidup (isteri terhadap suami dan sebaliknya, suami terhadap isteri) merupakan “top priority” (prioritas utama) dalam pelayanan. Pelayanan terhadap isteri atau terhadap suami harus diutamakan lebih dari pelayanan kepada anak, jemaat dan orang tua. Maksudnya adalah bahwa laki-laki adalah diberikan mandate sebagai pemimpim (sebagai pengambil setiap keputusan dalam keluarga) dan menempatkan posisi perempuan pada posisi yang sebenarnarnya, -”penolong sepadan.” Keluarga menjadi contoh tertib hidup; ketika suami dipulihkan, maka istri ikut dipulihkan. Jika suami-isteri dipulihkan, maka anak pun ikut dipulihkan. Jika keluarga keluarga dipulihkan, maka kota pun ikut dipulihkan. Dan jika kota sudah dipulihkan, maka bangsa pun akan mengalami pemulihan (transpormasi).


Sewaktu Anda membangun sebuah team,
pertama , Anda harus mencari orang yang cinta untuk menang,
apabila tidak ketemu, maka Anda cari orang yang benci untuk kalah



Sesuatu Yang Serba Lucu

Lucu ya, mudah sekali manusia membuang TUHANnya bagaikan sampah, tapi kemudian bertanya mengapa dunia menjadi begitu menakutkan tak terkendali. Lucu ya, kita mudah sekali percaya dengan bacaan yang ditulis di koran, tapi kita selalu meragukan apa yang tertulis dalam Alkitab. Lucu ya, semua orang ingin masuk sorga, tapi mereka tidak mempercayai, tidak memikirkan, tidak mewartakan ataupun melaksanakan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Apakah dunia ini sudah separah itu? Lucu ya, kita dengan mudah mengatakan: “Aku percaya kepada Allah,” tapi kita tetap mengikuti setan, yang notebene setan juga percaya kepada TUHAN (jadi apa bedanya?). Lucu ya, pembicaraan-pembicaraan mengenai hal-hal yang vulgar, kasar, keras, jorok, begitu mudah tersebar, terbuka di cyberspace, tapi diskusi mengenai Yesus sangat dibatasi, bahkan di sekolah maupun di tempat kerja. Lucu ya, kita bisa begitu bersemangat dan berapi-api memuliakan TUHAN pada hari Minggu, tapi pada hari-hari kerja kita menjadi pengikut Kristus yang tersembunyi, karena takut dan tidak yakin akan reaksi teman-teman kita. Lucu ya, kita sibuk memikirkan apa nanti reaksi orang, tapi kita lupa memikirkan apa yang TUHAN pikirkan tentang kita. Lucu ya, mungkin Anda tersenyum atau bahkan tertawa saat baca tulisan ini, tapi sebenarnya Anda sedang mentertawakan diri Anda sendiri (hahahahahaha……..).

Orang yang mau BELAJAR dewasa harus berani mentertawakan diri sendiri dan ditertawakan oleh orang lain?



Sumber: lembar bahasan isu-isu guys counseling center lampung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar